Chereads / Just you / Chapter 34 - Chapter 7 [Part 4]

Chapter 34 - Chapter 7 [Part 4]

Chapter 7 [Part 4]

Pagi hari, Julio seperti biasa membuatkan sarapan, setelah itu membersihkan rumah dan pergi berangkat bekerja. Julio terlihat bersemangat untuk pergi bekerja, ia sangat senang setiap pergi bekerja karena masalah keuangan mereka telah teratasi.

Saat sampai cafe, Julio langsung memakai seragamnya dan membersihkan meja dan merapihkan bangku. Julio juga sudah akrab dengan orang-orang yang bekerja disana, Julio di terima dengan baik oleh mereka.

Pukul 08.00, cafe dibuka, beberapa pelanggan pun datang. Julio sekarang sudah di percaya untuk melayani pelanggan, ia pun mulai menanyakan pesanan pelanggan lalu mengantarkan pesanan mereka. Dari pagi hari menuju siang hari, pelanggan semakin ramai, Julio dan yang lainnya makin sibuk. Tidak ada waktu istirahat, Julio berjalan kesana kemari membawa pesanan pelanggan. Ia melayani pelanggan dengan sangat baik, bahkan sang atasan sempat memujinya, tapi Julio tidak bisa berbangga diri karena rasa lelahnya.

Pukul 14.00, sudah saatnya Julio untuk pulang kerumah, akan tetapi atasannya tidak mengijinkan Julio karena cafe sedang banyak pelanggan, Julio tidak kecewa dengan perintah atasannya itu, karena dengan di perpanjang waktu kerjanya, pasti ia akan mendapat upah tambahan.

*kring*

Suara bel pintu berbunyi, seorang wanita muda dengan pakaian yang terlihat sedikit aneh untuk digunakan di tempat umum masuk ke cafe. Ia terlihat seperti keturunan bangsawan, itu terlihat dari baju dan topinya yang memiliki motif yang berbeda dari yang lain, Julio pun mendekatinya dan menanyakan pesanannya.

"Nona, ingin pesan apa?"

"Es kopi dengan susu, tanpa gula."

"Baik, nona."

Julio pun pergi, saat sedang menunggu pesanan wanita itu di buat, salah seorang pegawai mendekati Julio.

"Hei, sepertinya wanita itu keturunan bangsawan." ucapnya dengan sedikit bercanda

"Heh, ternyata kita berpikiran sama. Yah, siapa juga yang tidak berpikiran seperti itu, pakaiannya saja 'Wah'." kata Julio lalu tertawa kecil.

Orang itu pun ikut tertawa, pesanan wanita itu sudah jadi, Julio pun mengambil pesanannya, sebelum ia pergi, orang yang berbicara dengan Julio memegang pundak Julio.

"Berhati-hatilah." ucapnya dengan raut wajah serius

Julio pun mengangguk, ia berjalan dengan sangat hati-hati. Akan tetapi…

*bugh… Praankk!*

Kaki Julio tersandung sesuatu dan kopi yang ia bawa pun tumpah tepat mengenai paha wanita itu. Wanita itu sontak langsung berteriak, Julio tediam sesaat, ia merasa saat ia melangkah, ia tidak melihat benda apapun yang ia lewati, tapi apa yang membuatnya tersandung?

Jantung Julio berdetak tidak karuan, tubuhnya terasa lemas, seluruh pandangan yang ada di cafe itu tertuju padanya, Julio langsung membereskan pecahan gelas yang sebelumnya jatuh ke paha wanita itu lalu jatuh ke lantai.

Julio meminta maaf berkali-kali. Ia sangat menyesal dengan apa yang ia lakukan, padahal ia sendiri tidak mengerti apa yang membuatnya tersandung.

"Apa-apaan ini! Apa kau tidak punya mata saat melangkah!? Kau buta? Lihat apa yang kau perbuat!"

"Maaf, aku minta maaf, aku benar-benar menyesal."

"Panggil atasanmu kemari!"

Salah seorang pegawai pun memanggil atasan mereka, tubuh Julio gemetar. Ia melihat kebelakang lalu kebawah, ia tidak melihat benda apapun yang membuatnya tersandung. Tak lama atasan Julio datang menemui wanita itu.

"Apa anda atasan anak ini?"

"Iya, saya minta maaf atas apa yang telah ia perbuat, ia tidak sengaja menumpahkan kopi itu, saya benar-benar minta maaf."

Julio hanya menunduk, ia sudah putus asa. Meskipun ia membela, itu tidak akan berguna, karena ucapannya pasti tidak akan di dengar.

"Apa anda tau, sebentar lagi saya akan menemui orang yang sangat penting! Dan sekarang pakaian saya basah! Pakaian ini mahal, bahkan cafe ini saja tidak bisa menggantinya!"

"Saya benar-benar minta maaf."

"Anda bilang minta maaf? Oh apa anda fikir saya akan memaafkan anda begitu saja, anda telah memperkerjakan pelayan yang sangat ceroboh, pelayan ceroboh anda ini telah membasahi pakaian saya ini, apa anda fikir saya akan memaafkannya begitu saja."

"Kalau begitu, apa yang harus kami lakukan."

Julio mengangkat sedikit kepalanya dan terlihat senyuman licik wanita itu, Julio merasa ada yang tidak beres, tapi Julio tidak bisa melakukan apa-apa karena tidak bisa mendapat bukti ke tidak beresan yang Julio rasakan. Iya sedikit menengok kebelakang dan melihat ke arah lelaki yang mengenakan kemeja biru, lelaki itu juga terlihat tersenyum. Dugaan Julio benar, ada yang tidak beres. Julio melihat ke leher lelaki itu, ia melihat tato yang tidak asing di matanya , meskipun tidak terlalu jelas bagian bawahnya karena tertutup kerah. Tapi Julio tau tato itu, Julio juga melihat kearah leher wanita itu dan melihat sedikit tato yang sama dengan lelaki dengan kemeja biru itu. Julio sangat marah, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat, ia langsung menunduk sambil mengepalkan tangannya,

"Ganti rugi, atau anda pecat pelayan ini." ucap wanita itu.

Julio shock mendengar perkataan itu, amarahnya semakin bergejolak, nafasnya tidak teratur. Atasan Julio mencoba bernegosiasi lagi, tapi Julio menahannya

"T-Tapi apa tidak bi—."

"Pak, biarkan saja saya dipecat, ini kesalahan saya. Lagipula, memang itulah yang wanita ini inginkan!" ucap Julio sambil menatap tajam wanita muda itu.

Julio berbalik dan menuju kebelakang, ia melepaskan seragamnya dan menaruhnya kembali di ruang ganti, atasannya pun menghampirinya.

"Julio! Tunggu, kita bisa atasi ini. Kita bisa lakukan sesuatu."

"Pak, saya tidak mau membebani cafe ini, lebih baik saya keluar."

"Tapi Julio, kau sedang kesusahan kan."

"Maaf, itu bukan urusan bapak kan. Kalau begitu saya pamit terima kasih karena telah memperbolehkan saya bekerja disini."

Saat Julio ingin pergi, atasannya pun menahan lengan Julio.

"Julio… kalau begitu ikutlah ke ruangan ku."

Julio pun mengikuti atasannya keruangannya, ia meminta Julio untuk duduk.

"Aku tau itu bukan kesalahannmu, ada pelanggan yang tiba-tiba menghalangi jalan mu, entah itu sengaja atau tidak. Tapi, jika itu keputusanmu, terima lah ini." ucapnya sambil memberikan Julio amplop.

"Apa ini?"

"Itu gaji mu, meskipun cuma sebentar. Tapi kau berhak menerimanya, berkatmu juga cafe ini selalu ramai, yah banyak gadis-gadis yang kemari berkatmu hahahaha. Karena itu aku juga menambahkan bonus sedikit untukmu, terimalah. Ini hasil kerja kerasmu selama beberapa hari." ucapnya.

Julio hanya tersenyum lalu berterima kasih. Julio pun keluar, tapi suasana hatinya masih buruk, amarahnya tidak tertahan lagi. Sambil berjalan, ia memikirkan lambang yang ada di leher orang-orang itu.

"Lambang itu... itu… tidak salah lagi, lambang itu adalah 'bulan emas'." ucapnya dengan suara yang kuat.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di samping Julio, pintu mobil itu terbuka, 2 orang pria berbadan besar keluar dari mobil itu, lalu di susul wanita yang terlihat tidak terlalu tua dan juga seorang wanita yang mengenakan pakaian pelayan.

Julio tidak terkejut melihat orang-orang itu, Julio hanya mengepalkan lengannya dan melirik tajam orang-orang itu.

"Wah, wah, lama tidak bertemu ya. Cucu ku."

Julio menghela nafas, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia muak melihat wajah-wajah mereka.

"Mau apa kau menemui ku?"

"Hey, tidak sopan berbicara seperti itu kepada nenekmu,"

"Untuk apa aku bersikap sopan terhadapmu? Kau bahkan sudah menghancurkan keluarga ku demi ke egoisanmu dan barusan itu, itu adalah orang-orang suruhan mu kan? Membuatku di pecat dari pekerjaanku, itu karena ulah orang-orang mu kan."

Wanita itu pun tertawa, ia terlihat sangat puas melihat Julio yang mengetahui kalau itu adalah ulahnya.

"Waah, tapi bagaimana kau bisa tau?"

"Itu terlihat jelas, lambang dari keluarga utama berada di leher mereka."

"Hmm… sepertinya memang masih bisa terlihat ya, tapi tak apalah, melihat hasilnya saja sudah cukup bagiku."

Julio menunduk, ia sangat marah, ia pun langsung mengarahkan pukulannya ke wajah wanita itu, akan tetapi pukulannya langsung di tahan oleh pengawalnya. Julio pun langsung di seret ke gang kecil oleh kedua pengawal wanita itu.

"Ghhh! Lepaskan aku! Mau apa kau sebenarnya hah!?"

"Hahahaha, bukanya ayahmu selalu memintamu, tinggal lah di tempat kami, maka kami tidak akan mengganggumu lagi. Sederhana kan?"

"Tidak akan! Aku tidak akan pernah sudi untuk tinggal bersama dengan orang sialan seperti kalian! Kalian sudah menghancurkan keluarga ku! Aku tidak akan pernah memaafkan kalian!"

"Kenapa kau begitu keras kepala hah!? Itu hanya permintaan sederhana!"

"Kenapa kau tidak membunuhku saja? Bukannya semua akan lebih cepat selesai?"

Wanita itu pun langsung menarik rambut Julio ke atas. Mereka berdua menatap tajam satu sama lain.

"Pintar sekali kau berbicara! Kau sudah membaca surat terakhir darinya kan!? Jika aku membunuhmu maka semuanya akan hilang."

"Kalau begitu aku tidak akan pernah kembali. Kalian tidak akan pernah bisa memaksa kami."

Wanita itu terlihat kesal, ia melepaskan tarikannya, lalu memberi isyarat ke pengawalnya.

"Kenapa kau tidak menyerah saja? Bukankah hidupmu dan adik mu akan terjamin."

"Aku tidak peduli."

"Keras kepala."

Wanita itu dan pelayannya pergi kembali ke mobil sementata pengawalnya masih memegangi Julio, salah satu pengawalnya melepaskan Julio, ia berdiri di depan Julio dan...

*Bugh! Bagh! Bugh!*

"Agh…. Sial… ugh."

Setelah beberapa menit Julio berasama pengawal wanita itu, akhirnya pengawal itu meninggalkan Julio di gang kecil, Julio babak belur, ia tidak bisa bergerak. Tidak ada satu orang pun yang menolongnya, karena gang kecil itu memang tidak pernah di lalui oleh banyak orang. Julio hanya bisa berbaring, hidung, mulut dan kepalanya berdarah. Kaki dan tangannya tidak bisa di gerakan. Meski begitu, Julio masih bisa melihat dengan jelas. Perlahan matanya tertutup, kesadarannya perlahan menghilang.

"Chelsea… maaf."

To be continue

========================