Chapter 9 [Part 2]
Julio terpaku, tubuhnya seolah tersetrum ketika Bella mencium keningnya. Ia perlahan menyandarkan tubuhnya, Julio pun melihat kalung itu. Kalung bulan sabit milik Bella yang berharga, di berikan kepadanya. Julio menghela nafas lalu menaruh kalung itu di atas lemari kecil.
"Ada-ada saja." ucap Julio pelan.
***
Di tempat lain, Herry dan Chelsea tengah berjalan pulang. Akan tetapi mereka pergi dahulu ke rumah Chelsea untuk mengambil beberapa pakaian.
"Kak Herry tunggu di luar ya."
Herry hanya mengangguk. Chelsea berdiam diri sejenak di depan pintu, ia menoleh sedikit kebelakang lalu berkata "Kak… Tolong beritahu dia untuk berhati-hati… Tadi itu… Berbahay sekali loh."
Herry sedikit menunduk, ia mengerti apa yang Chelsea katakan.
"Baiklah. Aku mengerti, Aku akan memperingatinya lagi."
Chelsea mendengar itu hanya sedikit tersenyum.
"Baguslah kalau begitu."
Setelah itu, Chelsea masuk kedalam. Sedikit muram, ia terlihat benar-benar merasa khawatir dengan apa yang Chelsea katakan. Memang benar apa yang chelsea katakan, itu adalah suatu hal yang berbahaya. Tapi apa maksud mereka?
Beberapa saat kemudian, Chelsea kembali. Ia membawa tas yang cukup besar.
"Itu sepertinya bukan baju saja ya?"
Chelsea tersenyum lalu berkata "Iya dong, kan harus bawa buku pelajaran juga."
"Iya ya."
Lalu, mereka pun pergi ke rumah Herry. Sepanjang jalan, Chelsea hanya terus terdiam, ia masih memikirkan kakaknya dan juga ayahnya. Meski begitu, tidak ada yang bisa dia lakukan. Herry yang melihat Chelsea murung langsung menegurnya. Ia bertanya "Kamu kenapa? Kamu terlihat murung begitu?"
Chelsea menoleh dan tersenyum. Tapi, Herry tau kalau senyumannya itu di paksakan. Chelsea hanya menjawab "Tidak apa-apa, kok."
Herry tau, Chelsea tidak pandai berbohong. Mendengar perkataanya yang seperti itu, itu sudah jelas Chelsea sedang berbohong, ada yang di tutupi oleh Chelsea. Herry bimbang, ia tidak tahu harus memilih untuk menanyakan lagi demi mengetahui apa masalahnya atau menghargai sikap Chelsea. Jika ia memilih menghargai sikap Chelsea, maka ia harus berhadapan dengan Kakaknya, karena ia pasti di tanyai jika mengetahui sikap Chelsea yang murung seperti ini. Tapi, jika ia memilih untuk mencari tahu apa masalahnya, ia takut menjadi orang yang selalu ingin tahu masalah orang lain.
"(Agh… ini menyebalkan, yah tidak apalah, daripada aku dimarahi Julio.)" gerutu Herry di dalam hatinya.
Herry mencoba bertanya sekali lagi kepada Chelsea tapi…
"Umm… Chel–."
"Kak, apa menurut Kak Herry… Ayah ada hubungannya dengan Kak Julio yang dipukuli?"
Chelsea bertanya lebih dulu. Pertanyaanya membuatnya sedikit terkejut, ia tidak tahu apa yang harus ia jawab.
"Kenapa kamu berfikir seperti itu?"
Chelsea menghela nafas lalu sedikit tersenyum yang terlihat di paksakan.
"Entahlah… Hanya saja, Aku sedikit bingung. Darimana yah Ayah tau kalau Kak Julio masuk rumah sakit, di handphone Kakak saja nomor Ayah tidak pernah ia simpan. Karena itu lah aku berfikir… Kalau ayah memang ada hubungannya dengan Kak Julio."
Penjelasan Chelsea membuat Herry berfikir keras, Penjelasannya masuk akal, tapi apa memang mungkin ayahnya sendiri yang melakukannya? Perntanyaan itulah yang terus ada di kepala Herry. Herry mencoba tenang dan berfikir lagi.
"Maaf atas perkataan ku tadi… Kak Herry tidak usah memikirkannya, lagipula Kak Julio sudah menyuruhku untuk tidak ikut campur lagi. Jadi lupakan saja ya." ucapnya sambil tersenyum.
Senyumnya, mengartikan kesedihan yang dalam, kekecewaan, dan penyesalan. Ia sedih karena melihat Kakaknya yang masuk rumah sakit, ia kecewa karena tidak mengetahui siapa penyebabnya dan… Ia menyesal karena… Ia tidak dapat berguna untuk Kakaknya, ia merasa tidak dapat diandalkan sebagai adik. Perlahan air mata Chelsea jatuh, Herry hanya mengalihkan pandangannya sebentar, lalu ia pun mengelus kepala Chelsea. Air matanya jatuh semakin deras, tak lama dari situ, Hujan mulai turun. Chelsea dan Herry yang sadar hujan turun pun langsung bergegas ke rumah Herry karena rumahnya memang tidak jauh dari tempatnya sekarang.
Sampai di rumah Herry, mereka langsung di sambut oleh ibunya Herry. Ibu Herry pun bertanya "Wah, Chelsea! Ada keperluan apa kamu kemari?"
Chelsea hanya menunduk, lalu Herry pun menjawabnya "Umm… Mama, Chelsea untuk sementara waktu menginap di rumah kita, tidak apa-apa kan?"
Ibunya Herry pun senang karena Chelsea akan menginap. "Tentu saja boleh, tante akan merasa sangat senang kalau kamu menginap disini, Chelsea." ucapnya Sambil tersenyum.
"Ada satu kamar kosong, tapi sepertinya belum tante beresin, kalau begitu tante beresin dulu ya." lanjutnya.
"T-Tidak usah."
"Tidak apa-apa kok, kamu mandi saja dulu."
Chelsea hanya mengangguk, ia merasa tidak enak bila ia diperlakukan istimewa seperti ini. Lalu Herry pun menunjukan dimana kamar mandinya.
Di kamar mandi, Chelsea hanya berendam, ia terus memikirkan apa yang terjadi pada Kakaknya, ia juga terus merasakan kalau dirinya semakin tidak berguna, ia semakin merasa kalau dirinya beban bagi Kakaknya. Meski begitu, ia mengingat kembali perkataan Julio yang berkata kalau dirinya harus beramanya. Semakin memikirkannya, semakin membuatnya bersalah, perkataan Julio perlahan mulai menghilang dalam pikirannya. Semakin dalam, Chelsea perlahan tenggelam…
"Chelsea…"
Suaranya terdengar... Suara Kakaknya bergema di telinga Chelsea yang membuat Chelsea langsung tersadar. Chelsea perlahan menyusun kembali pikirannya yang tidak karuan. Ia menatap langit-langit sambil menghelan nafas, ia tersenyum.
"Aku malah akan membuatnya sedih kalau aku seperti ini."
Setelah Chelsea mandi dan berpakaian, Chelsea duduk di ruang tengah. Tak lama ibunya Herry datang dan berbicara dengan Chelsea. Ia merangkul pundak Chelsea, Chelsea hanya bisa tertawa kecil melihat ibunya Herry yang tidak berubah banyak setelah lama tidak bertemu dengannya.
"Chelsea… Tante tau apa yang sudah terjadi dengan Kakakmu. Tante turut perihatin dengan apa yang terjadi dengan Kakakmu, tapi jangan sampai itu membebanimu. B-Bukan maksud Tante untuk tidak memikirkan Kakakmu. Tapi, kamu percaya saja pada Kakamu… Dia pasti akan baik-baik saja, jadi jangan terlalu di pikirkan, kamu juga tau itu kan? Kamu yang selalu di dekatnya pasti tau bagaimana dia."
Chelsea hanya menunduk dan mengangguk perlahan. Apa yang di katakan oleh ibunya Herry itu benar, Chelsea lebih tau Julio dari siapapun, Chelsea tau Julio lebih kuat dari yang lain. Tapi, bukan berarti itu membuatnya tidak shock mengetahui Julio yang masuk rumah sakit. Ia tau Julio kuat, karena itulah ia takut.
Ibunya Herry langsung memeluk Chelsea dengan erat. Hangat… Chelsea mengingat rasa ini, ini mengingatkannya pada masa lalu. Masa dimana, keluarganya yang selalu bersama, selalu ada tawa di hari-harinya, Keluarga yang utuh yang sekarang sudah tidak mungkin untuk kembali. Chelsea takut akan kehilangan keluarganya lagi, melihat Kakaknya yang selalu melindunginya kini masuk rumah sakit, membuatnya semakin ketakutan. Perlahan air matanya jatuh, isak tangisnya mulai terdengar, ibunya Herry mengelus kepalanya, tangisnya mulai terdengar dan semakin keras.
Hujan deras di luar seakan mencerminkan hati Chelsea yang sedang bersedih, kilat yang menyambar yang mencerminkan hatinya yang kacau, dan awan yang gelap yang menunjukan hati Chelsea yang takut. Seolah, alam juga ikut merasakan apa yang gadis itu rasakan.
***
Di kamar tamu, Chelsea sedang merapikan pakaiannya, tak lama Herry pun masuk.
"Oh Kak Herry, ada apa?"
Herry menanyakan bagaimana keadaanya, Chelsea yang sudah merasa mendingan hanya bisa mengangguk sambil tersenyum. Herry bernafas lega, seolah telah menghilangkan beban dalam dirinya. Herry pun melihat terus ke arah Chelsea. Chelsea bingung, ia pun bertanya "Kak Herry kenapa?"
Herry terdiam cukup lama, lalu ia pun menggelengkan kepalanya "Tidak apa-apa." ucapnya. Ia pun pamit untuk kembali ke kamarnya dan menyuruh Chelsea untuk cepat tidur. Chelsea masih bingung dengan sikap Herry yang aneh tadi. Tapi, Chelsea tidak mau mengambil pusing lagi, ia sudah cukup lelah untuk hari ini, ia pun melanjutkan membereskan pakaiannya dan bergegas tidur.
Sementara itu, Herry tidak langsung pergi ke kamarnya, ia cukup lama berdiri di depan kamar Chelsea. Ibunya pun datang dan menegurnya "Herry, kamu sedang apa di situ? Jangan macam-macam loh!"
Mendengar tuduhan yang tidak-tidak dari ibunya, Herry pun langsung mengajak ibunya di ruang tamu.
Herry mencoba berbicara dengan ibunya tengang Julio yang masuk rumah sakit.
"Mama, Aku... Khawatir dengan Chelsea."
Ibunya pun memberi pengertian kepada Herry "Sudah, Chelsea pasti tidak apa-apa. Ia hanya ketakutan."
Namun, bukan itu yang Herry khawatirkan. Herry mengkhawatirkan hal lain, ia pun menoleh ke sekeliling mereka untuk memastikan keadaan sekitar ruangan.
"Bukan itu... Saat di jalan menuju kemari, Chelsea curiga kepada ayahnya sendiri kalau ayahnya lah yang sudah membuat Julio masuk rumah sakit. Aku khawatir kalau itu akan benar-benar membuatnya membenci ayahnya sendiri."
Ibunya pun mengerti, ia mengelus kepala anaknya sambil tersenyum "Kamu tidak usah khawatir seperti itu, lagipula belum ada buktinya kan? Chelsea itu tidak bodoh, jadi mana mungkin ia menyimpulkan hal seperti itu."
"Tapi, ma. Julio sendiri bilang itu adalah perbuatan dari keluarganya, dengan kata lain ayahnya pun terlibat dengan masalah ini. Sementara itu, Julio sangat tidak ingin kalau Chelsea membenci keluarga Ayahnya... Itu lah yang membuatku khawatir, sebagai teman mereka aku tidak mungkin mengabaikan ini, kan?"
Ibunya sedikit terkejut mendengar perkataan Herry, tapi ia kembali mendekatkan tanganya pada kepala Herry. Bukan untuk mengelusnya, tapi menyentil jidat Herry. Sentil yang keras membuatnya kesakitan.
"Aduh! Mama apa-apaan sih."
Sang ibu hanya tertawa lalu berkata. "Kalau begitu kamu hanya perlu membantunya kan?"
Sang ibu pun berdiri dan berkata lagi. "Kamu boleh membantu mereka, asal kamu tidak boleh terlalu ikut campur dengan urusan keluarga mereka. Kamu mengerti? Kalau begitu cepat tidur, kamu besok sekolah."
Ibunya pun pergi menuju kamarnya. Herry hanya menghela nafas dan berkata "Haah, Mama. Kalau itu sih aku juga sudah tau."
Herry pun tertawa pelan.
"Kalau mama sudah bilang begitu, maka tidak ada pilihan lain,kan?"
To be continue.
===================