kChapter 9 [part 1]
Di pagi hari yang cerah, mungkin. Seorang gadis yang berparas cantik dan menawan turun dari mobilnya. Siswa dan siswi entah itu Smp atau Sma yang menyadari kehadirannya langsung memandanginya. Ia di kagumi oleh seluruh siswi dan di sukai oleh banyak siswa. Ia sudah menjadi gadis no.1 di sekolahnya. Tentu saja ia menjadi Nomor 1, selain parasnya yang cantik, dia juga baik hati. Ia tidak pernah melihat orang dari kasta mereka. Dia bernama Bella, Bella seorang ketua Osis di sekolah Sma 1. Siswi yang berhasil meraih banyak prestasi dari akademik dan non-akademik. Dia terlalu sempurna untuk menjadi seorang siswi, Tentu sudah banyak siswa yang menyatakan perasaanya kepada Bella, akan tetapi semuanya dia tolak!
Bella selalu bilang kalau dirinya tidak tertarik dengan yang namanya cinta. Dia hanya fokus pada sekolah dan juga fokus untuk mengatur masa depan yang cerah dan baginya cinta hanya mengganggu prosesnya itu. Akan tetapi, perkataanya itu hancur seketika ketika dia melihat seseorang.
"Apa!?"
Bella sangat terkejut mendengar perkataan Herry yang memberitahu semua anggota eskul sastra kalau Julio masuk rumah sakit.
"Kamu tidak bercanda kan?" tanya Bella.
"Untuk apa aku bercanda? Memang itu kenyataanya, Chelsea juga hari ini tidak masuk ke sekolah karena ingin menemani Kakak–"
"La-Lalu bagaimana keadaanya sekarang? Apa lukanya parah? Apa ada tulang yang patah?"
"Te-Tenang dulu Bella. Mungkin lebih baik kalau kamu melihatnya sendiri."
"Kalau begitu ayo pergi! Kegiatan hari ini di tiadakan!" ucapnya langsung pergi begitu saja. Namun langsung di tahan oleh Sophie.
"Aduh! Apa sih!"
"Maaf, Tapi sekarang masih jam sekolah."
"Kan bisa izin!"
"Tapi tugasmu sedang menumpuk di ruang Osis."
Bella langsung terdiam, memang tugasnya untuk kegiatan sekolah sedang menumpuk di ruangan Osis. Jadi dia tidak bisa mengabaikannya begitu saja, akan tetapi, ia juga sangat ingin menemui Julio.
"Kenapa Julio bisa masuk rumah sakit? Apa dia sedang jadi jagoan?" tanya Lily dengan sinis.
"Bukan begitu, dia bilang, ia dipukuli oleh seseorang sepulang kerja."
"Kerja?"
"Ya, dia kerja paruh waktu."
Herry pun mengusulkan untuk menemui Julio saat sepulang sekolah nanti
"Bagaimana bila nanti kita menjenguknya?"
"Setuju!" ucap Bella yang sangat bersemangat.
"Tapi bagaimana dengan tugas osis mu?" tanya Selvia.
"Tenang saja! Akan aku selesaikan!" ucapnya langsung berlari keluar ruangan.
"Kalau begitu, sepulang sekolah nanti, kita berkumpul di depan gerbang sekolah, setelah itu kita langsung ke rumah sakit." ucap Herry.
Semuanya pun menyetujui usul dari Herry dan
Mereka pun kembali ke kelas masing-masing. Namun, tidak dengan Selvia, ia terlihat sangat khawatir. Herry pun menepuk pundaknya lalu tersenyum. Selvia yang mengerti maksud dari Herry hanya tersenyum tipis, lalu ia pun berjalan di belakang Herry.
***
Di depan gerbang, hampir semua anggota eskul sastra berkumpul di depan gerbang, yang belum datang hanyalah Bella dan Solphie. Sepertinya mereka masih berada di ruang osis. Tak lama, mereka pun mulai terlihat, terlihat Bella yang berlari mendekat… dengan sangat cepat. Karena terlalu cepat, kakinya pun tersandung batu dan terjatuh. Semuanya menatap kasihan kepada Bella yang terjatuh, sementara Herry berusaha menahan tawanya. Herry pun langsung di tendang dengan keras oleh Lily yang merasa tidak terima karena Herry menertawai Bella.
"Agh! Kau ini apa-apaan sih?"
"Jangan tertawa idiot!"
Sophie yang berada di belakang Bella pun langsung menolongnya bangung dan yang lain pun langsung mendekati Bella.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Sophie.
"T-Tidak, aku tidak apa-apa." lirih Bella.
"Lagipula kenapa kamu berlari seperti itu, kami tidak akan meninggalkan kamu kok." ucap Jessica.
"Iya, maaf."
"Tenang saja Bella, Julio tidak akan kemana-mana, kamu tidak perlu terburu-buru seperti itu." ucap Selvia yang menggoda Bella
Wajah Bella pun sedikit memerah karena mendengar perkataan Selvia.
"A-Aku tidak terburu-buru kok!"
"Lalu kenapa kamu berlari?"
Bella pun terdiam. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi, semua kata yang ada dalam pikirannya berantakan karena rasa malu yang menerjang dirinya. Wajahnya semakin memerah seperti batu bara.
"Berisiiiiiiiik!" teriaknya.
Semuanya otomatis menutup telinganya saat Bella berteriak, Selvia hanya tertawa pelan melihat reaksi Bella yang seperti itu.
"Sudah, lebih baik kita sekarang pergi ke rumah sakit." ucap Herry.
Mereka pun pergi, saat di jalan, mereka tak lupa untuk membeli sesuatu untuk Julio, sementara Sophie membelin perban dan obat merah untuk kaki Bella yang berdarah karena terjatuh tadi.
***
Di rumah sakit, Bella langsung menanyakan dimana ruangan Julio kepada perawat yang ada disana, setelah mengetahuinya, ia langsung berjalan mendahului yang lain menuju ruangan Julio.
"Dia benar-benar bersemangat." ucap Jessica.
"Tidak, itu terlihat kalau dia benar-benar khawatir." kata Herry lalu tertawa kecil.
Bella pun mendekat sedikit ke Herry lalu berbisik
"Hei, apa menurutmu Bella benar-benar–."
"Lebih baik jangan tanya, kau bisa menanyakan itu nanti."
Herry langsung mengerti apa yang dimaksud oleh bisikan Jessica. Tapi, Herry menyuruhnya untuk diam agar tidak menimbulkan masalah nantinya. Jessica hanya meng-iya kan saja perkataan Herry itu.
Sampai di depan pintu, Bella hanya terdiam dan menatap pintu itu, semuanya merasa heran dengan apa yang di lakukan ketua osis itu.
"Bella?" panggil Lily.
Dia tak bergeming sedikit pun, ia terlihat merasa ragu untuk membuka pintunya. Punggung Bella pun di tepuk oleh Sophie dan tentu saja itu membuatnya terkejut.
"Ah!"
"Kenapa kamu melamun?" tanya Sophie
Bella menggeleng kan kepalanya, ia pun memegang gagang pintu, lalu mendorongnya. Bella mendorong pintu itu sambil menutup matanya. Ia bukan merasa ragu, hanya saja ia merasa takut melihat kondisi Julio. Ia takut Julio terlihat kesakitan, ia takut melihat Julio terluka sangat parah. Ia sangat takut... Tapi…
"Bella?"
Suara yang tidak asing, Bella merasa sedikit tenang mendengar suara itu. Ia pun perlahan membuka matanya. Ia perlahan bisa melihat Julio yang tangan dan Kakinya di perban, begitu juga dengan bagian kepalanya. Bella gemetaran melihat kondisi Julio yang seperti itu, tapi, rasa itu tiba-tiba menghilang begitu saja saat melihat Julio tersenyum kearahnya.
Bella pun membalas senyumnya. Tiba-tiba pundak Bella di tepuk lagi oleh Sophie.
"Bella. Kamu menghalangi jalan."
"Ah maaf."
Bella dengan cepat masuk ke ruangan itu.
"Bagaimana kabarmu Julio?" tanya Sophie.
"Yah, aku merasa lebih baik, terima kasih sudah datang."
Julio melihat ke belakang Sophie, ia melihat Lily yang terlihat tidak merasa kasihan kepada Julio, ia malah menatap Julio dengan kesal. Entah apalah yang membuatnya kesal terhadap Julio.
Bella hanya terdiam melihat Julio yang sedang mengobrol dengan yang lainnya. Ia tersenyum, ia merasa senang ketika melihat Julio terlihat sedikit lebih baik, setidaknya itu tidak sesuai dengan bayangannya yang sangat buruk sebelumnya.
"Sebenarnya kau kenapa? Mau jadi jagoan lagi ya?" tanya Lily dengan sinis.
"Siapa juga yang mau jadi jagoan." jawab Julio.
Julio pun menjelaskan kepada yang lainnya tentang apa yang terjadi padanya. Ia menjelaskan kepada mereka seperti penjelasan Herry sebelumnya di sekolah. Meskipun kebenarannya masih Julio sembunyikan.
"Oh Julio, ini aku bawakan nanas yang sudah di kupas, jadi kamu hanya tinggal memakannya, kamu suka sekali nanas kan?" ucap Selvia sambil mengeluarkan nanas yang sudah di kupas yang ia beli di supermarket.
Semuanya pun terkejut termasuk Julio sendiri. Semuanya menatap Selvia dengan heran. Selvia sendiri juga terkejut karena baru menyadari apa yang baru saja terjadi.
"Darimana kamu tau aku sangat suka dengan nanas? " tanya Julio dengan penuh rasa penasaran.
"A- Itu… A-Aku…Oh! Aku tau itu dari Herry, Herry yang memberitahu ku. Hehehe.." ucapnya
"A-Ah iya, aku yang memberitahunya, soalnya hanya Selvia yang tadi ke supermarket." ucap Herry.
Rasa heran mereka pun menghilang, tapi hanya Bella yang masih menganggap ucapan Selvia itu terlihat dibuat-buat alias hanya sebuah kebohongan.
Waktu pun berlalu, sudah hampir malam hari, semuanya pun pamit untuk pulang. Begitu juga dengan Chelsea, Chelsea hanya diizinkan satu hari oleh Julio untuk tidak masuk sekolah karena bersikeras untuk menemaninya, karena itu Chelsea harus bersekolah besok dan harus pulang sekarang.
"Herry, bisakah Chelsea untuk sementara menginap di rumah mu? Ibumu ada kan?"
"Yah tidak masalah sih, ibuku juga pasti senang bila Chelsea menginap."
"Chelsea, kamu untuk sementara menginap di rumah Herry, Aku tidak mau Kamu kenapa-kenapa."
Chelsea hanya mengangguk, itu adalah keputusan yang tepat, karena Julio takut orang-orang yang menyerangnya ikut melukai Chelsea, karena itu ia menitipkan Chelsea di rumah Herry.
"Kalau begitu, Chelsea. Kita pulang kerumah mu dulu untuk mengambil beberapa pakaian dan juga seragam."
"I-Iya."
Setelah itu, mereka pun keluar dari ruangan itu, hanya Bella saja yang belum keluar, ia sepertinya masih ingin bicara dengan Julio.
"Kamu tidak mau pulang?" tanya Julio.
"A-Ah… itu… Aku masih ingin bicara dengan mu." ucap Bella yang gugup
"Bicara apa?"
Bella pun terdiam kembali, ia seperti orang linglung, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan selanjutnya. Ia pun perlahan mendekati Julio.
"K-Kamu benar baik-baik saja, kan?"
"Ya, meskipun tangan kiri dan kedua kaki ku masih terasa sakit sih. Tapi, ya aku baik-baik saja. Ini bukan masalah untuk ku."
"Begitu, ya."
Bella terlihat benar-benar gugup, wajahnya perlahan-lahan mulai memerah. Ia merasa malu ketika dekat dengan Julio. Bella pun mengeluarkan sesuatu dari kantungnya, lalu memberikannya kepada Julio.
"Apa ini?"
"I-itu kalung, anggap saja itu sebagai hadiah dariku."
"Hadiah untuk masuk rumah sakit?"
"Waaaa… bukan begitu! I-Itu hadiah karena sebelumnya kamu sudah membantu ku. Aku benar-benar berterima kasih."
"Sebenarnya tidak usah kamu memberiku hadiah seperti ini. Aku juga tidak suka kalau ada yang suka membully tepat dihadapan ku. Meskipun itu dilakulan oleh teman ku sendiri dan juga kamu pernah mengunjungi ku ke kelas, itu membuat heboh sampai-sampai ada berita aneh… lalu bagaimana jika kamu kenapa-kenapa? Aku juga yang ditanyai nanti aku juga yang repot nanti." jelas Julio
Bella hanya tertawa kecil mendengar penjelasan Julio tadi, tapi Bella tetap ingin Julio menyimpan kalung berbentuk bulan sabit itu. Bella juga menjelaskan kalau Kalung itu adalah salah satu benda yang berharga dalam kehidupannya. Lalu Julio bertanya "Kenapa kamu memberikan ini padaku? Ini kan benda yang paling berharga bagimu?"
Bella hanya tersenyum lalu berkata. "Karena… aku sudah menemukan sesuatu yang lebih berharga dari kalung itu."
"Apa it–"
Bella pun mencium kening Julio dengan cepat lalu langsung mundur beberapa langkah lalu tersenyum manis ke arah Julio.
"Itu… RA-HA-SIA!" ucapnya lalu berlari keluar ruangan.
Entah darimana dia mendapatkan keberanian itu, tapi itu membuatnya benar-benar merasa senang, ia merasa lega, kekhawatirannya hilang begitu saja.
"(Karena... Hal yang berharga itu adalah.... Kamu!)"
Begitulah akhir dari hari ini, Bella seorang ketua Osis yang di kagumi oleh seluruh murid di sekolah dan menjadi pujaan hati oleh semua siswa dan juga yang tadinya seorang anti-cinta kini bisa merasakan bagaimana rasanya menyukai seseorang.
To be continue
=====================