Chereads / Just you / Chapter 35 - Chapter 7 [part 5]

Chapter 35 - Chapter 7 [part 5]

Chapter 7 [Part 5]

Pukul 15.15

Chelsea sudah sampai rumahnya, ia pun memanggil-manggil kakaknya, karena biasanya Julio sudah pulang dari tempat kerja sebelum Chelsea akan tetapi Chelsea tidak menemukan Kakaknya, ia berfikir mungkin Kakaknya masih berada di tempat kerjanya. Lalu, ia pun mendengar suara ketukan pintu, Chelsea langsung berjalan cepat menuju pintu dan membukanya.

"Akhirnya kamu pulang Kaka—eh? Kak Herry rupanya."

Semangat untuk menyambut Kakaknya pun langsung hilang karena yang mengetuk pintu adalah Herry, bukan Kakaknya. Herry hanya tertawa kecil.

"Hihihi… memangnya Julio belum pulang?"

"Belum."

"Eh tunggu? Kenapa kamu memakai seragam sekolah? Bukannya sekarang hari minggu?"

"Ohh… aku memang habis pergi ke sekolah, yah tugas osis menumpuk. Aku harus menyelesaikannya hari ini, karena itu aku pergi ke sekolah"

"Heee… kamu terlalu rajin Chelsea. Oh iya, ini aku bawa kue."

Chelsea langsung tersenyum lebar, Chelsea pun mengajaknya untuk masuk sambil menunggu kakaknya pulang. Chelsea mengambil piring kecil, dalam kotak itu ada 3 kue dan mereka makan masing-masing satu.

"Bagaimana enak?"

Chelsea mengangguk dengan semangat.

"Baguslah kalau begitu, tapi kamu jangan makan yang ini, ini untuk kakakmu loh." ucap Herry sambil menunjuk kue yang masih di dalam kotak.

"Iya, iya."

Setelah lama mengobrol, diri Chelsea merasa tidak tenang, ia berjalan kesana-kemari. Herry hanya bisa melihat Chelsea yang tidak tenang, Herry pun hanya menghela nafas.

"Chelsea, tenanglah… kakakmu mungkin sedang sibuk disana."

"Uuuuh! Tetap saja aku merasa sesuatu yang buruk. Kakak, kamu kemana sih?"

Chelsea malah semakin tidak tenang, ia duduk di sofa lalu berdiri lagi, lalu berjalan menuju pintu dan kembali lagi. Ia melakukan itu terus menerus. Tak lama handphone Herry pun berbunyi. Ada yang menelepon dan itu ternyata Julio.

"Nah ini Kakakmu menelepon." ucap Herry sambil menjawab teleponnya.

Chelsea pun bergegas menghampiri Herry. Ia langsung mendekatkan telinganya di handphone Herry agar bisa mendengar suara Kakaknya itu.

"Halo, Julio. Kau kemana? Adikmu khawatir loh melihatmu belum pu– eh? A-Apa!?"

***

Pukul 15.30

Jessica dan Ellie sedang berjalan-jalan, lebih tepatnya mereka habis berbelanja.

"Hei Jessica." panggil Ellie

"Apa?"

"Aku lihat Julio akhir-akhir ini tidak sering masuk, sudah seminggu loh dia tidak masuk."

"Mana aku tau."

"Tapi kan. Kamu dekat dengannya sampai-sampai kamu lupa dengan sahabat mu ini." ucap Ellie sambil pura-pura menangis

"Jangan bilang gitu dong, aku tidak seperti itu… buktinya sekarang aku bersamamu." ucap Jessica yang menanggapinya serius.

Ellie pun tertawa, ia pun memberi tahu Jessica kalau dirinya hanya bercanda. Jessica terlihat sedikit kesal dan langsung mendahului Ellie.

"Hoii, tunggu aku dong!"

Mereka pun berniat untuk pulang ke rumah karena sudah mulai sore hari, Ellie pun mengajak Jessica menuju jalan pintas agar cepat sampai ke rumah mereka.

"Ellie, kamu serius? Ini gang nya sepi loh."

"Tentu saja, lagi pula ini adalah gang yang membuat kita cepat pulang."

"Tapi… ini…"

"Sudahlah, kalau ada apa-apa tenang saja, kamu yang bakal atasi. Hehehe."

"Lah kok aku!?"

"Iya dong, ingat saat pertama masuk sekolah? Kamu kan melawan murid berbadan besar itu, pasti gang seperti ini bukan apa-apa untuk mu kan?"

"Bukan apa-apa, apanya!?"

"Sudah-sudah… lagi pula kita sudah berada di dalam gang, kalau kembali lagi malah nguras waktu, ayo." ucap Ellie sambil menarik tangan Jessica

Dengan terpaksa, Jessica akhirnya mau memasuki gang itu, semakin memasuki gang itu, semakin sepi, sedikit gelap juga karena cahaya matahari tidak bisa menerangi jalan mereka karena terhalang gedung.

"Gelap… aku tidak suka ini." ucap Jessica

"Ah, aku baru ingat. Kamu tidak menyukai tempat yang gelap dan sepi seperti ini ya."

"Kenapa kamu baru ingat!"

"Maaf. Tapi tenang saja, ada aku disini."

"Tetap saja aku takut!"

*Braak!*

Tempat sampah yang berada di belakang Jessica pun terjatuh tiba-tiba, spontan Jessica melompat ke punggung Ellie dan menyembunyikan wajahnya.

"Ngwaaaaaa! Ampuni aku…. Ampuni aku!"

"Berat! Berat! Jessica turun!"

"Gak, gak, gak!"

"A-Aku tidak ku–waaaah!"

*Brugh*

Mereka berdua pun terjatuh, meski begitu, Jessica tetap tidak mau melepaskan tangannya pada punggung Ellie.

"Aduuh! Jessica tenanglah, itu cuma kucing. Lihatlah."

Jessica pun menoleh ke belakang, dan ternyata itu memang yang sedang mencari-cari sesuatu di tempat sampah. Mungkin itu juga penyebab tempat sampahnya terjatuh, Jessica pun menghela nafas lega.

"Haah, syukurlah bukan apa-apa." ucap Jessica

"Aduh, ayo cepatlah. Nanti kita terlambat pulang." ucap Ellie sambil menekan-nekan punggungnya yang sakit karena terjatuh tadi.

"Maaf ya, pasti sakit tadi."

"Iya, tidak apa-apa kok." ucap Ellie sambil tersenyum.

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka. Setelah itu, akhirnya mereka pun bisa melihat jalan lagi, Jessica pun langsung berlari. Tapi, ia terjatuh. Seperti ada yang menyangkut di kakinya. Ellie pun mendekatinya dan melihat apa yang membuatnya terjatuh. Itu adalah kaki. Ellie terekjut dan juga ketakutan, ia bahkan tidak bisa berkata apa-apa setelah melihat kaki itu, ia perlahan mendekat agar bisa melihat tubuh dan wajah dari pemilik kaki itu yang tertutup bak sampah.

"Aduh sakit, aku merasa tersandung sesuatu."

Jessica pun menoleh ke belakang. Setelah melihat apa yang membuat, reaksinya luar biasa. Ia mematung. Ellie perlahan mendekat… lebih dekat… lebih dekat.

"Eh?! K-Kamu... Julio!?"

Julio, wajahnya babak belur, ia tidak sadarkan diri. Ellie mencoba memanggil-manggil Julio. Tapi tetap saja tidak sadar, akhirnya ia pun menyadarkan Sahabatnya terlebih dahulu yang mematung.

"Jessica cepat sadar! Itu Julio!"

"Uuuh– eh Julio? Dimana?"

"Itu disana!" ucapnya sambil menunjuk Julio yang babak belur

Jessica pun langsung mendekat dan memanggil-manggil namanya, sementara Ellie memanggil ambulan agar Julio di bawa ke rumah sakit.

***

Di rumah sakit, Ellie dan Jessica menunggu hasil pemeriksaan dokter, Jessica juga sudah memberitahu Herry tentang Julio yang babak belur. Tak lama setelah itu, Herry dan Chelsea datang. Chelsea yang sudah menangis langsung bertanya apa yang terjadi pada kakaknya. Akan tetapi, Jessica dan Ellie tidak bisa menjawab, karena mereka menemukan Julio sudah babak belur seperti habis di pukuli dan tidak sadarkan diri. Chelsea mengepalkan lengannya dan menunduk.

"Tidak akan ku maafkan… Tidak akan ku maafkan… Tidak akan ku maafkan… Tidak akan ku maafkan… Tidak akan ku maafkan…–"

"Chelsea tenanglah." ucap Herry.

"Mana bisa aku tenang! Seseorang telah melukai Kakakku! Seseorang telah melukai keluarga ku! Bagaimana bisa aku bisa tenang! Aku tidak akan memaafkan orang itu... Tidak akan pernah! Akan aku balas… kalau bertemu… tidak akan ku lepaskan! Aku bersumpah…"

Chelsea lepas kendali, ia terlihat sangat marah. Tatapannya pun berubah menjadi tajam, tangannya terus mengepal, ia tidak akan segan kepada seseorang yang melukai keluarganya, meskipun itu keluarga atau teman terdekatnya. Tidak akan pernah ia maafkan.

Tak lama dokter pun keluar, Chelsea langsung bergegas mendekati dokter itu dan menanyai kondisi Kakaknya.

"Dok! Bagaimana kondisi Kakak saya."

"Oh kamu adiknya, Kakak mu… mengalami patah tulang di tangan kirinya. Ia juga mungkin tidak akan sadarkan diri untuk beberapa hari, kamu boleh melihatnya, tapi jangan berisik. Ia membutuhkan istirahat."

"Oh begitu. Terima kasih."

Dokter itu pun pergi. Chelsea terus menunduk, ia ingin masuk, tapi ia tidak ada keberanian bila hsrus melihat Kakaknya yang babak belur seperti yang di ceritakan oleh Jessica dan Ellie.

Jessica pun mendekati Chelsea dan memegang pundaknya, Chelsea langsung menoleh dan menatap tajam ke arah Jessica yang membuat Jessica merinding dan langsung melepaskan lengannya pada pundak Chelsea.

"Kak Jessica… antar aku ke tempat Kak Jessica menemukan Kakak."

"Eh? Tapi kenapa?"

"Turuti saja perkataanku."

To be continue

============================