Chereads / Just you / Chapter 32 - Chapter 7 [Part 2]

Chapter 32 - Chapter 7 [Part 2]

Chapter 7 [Part 2]

"Huuh… aku tak menyangka akan sesulit ini."

Julio sedang beristirahat di taman kota, sudah sekitar 4 jam ia mencari pekerjaan paruh waktu di kota. Tapi, ia belum mendapatkannya juga.

"Ayolah! Aku harus mencarinya!" ucap Julio yang kembali bersemangat mencari pekerjaan kembali.

Ia mencari ke beberapa toko, tapi ia selaku di tolak karena sudah tidak menerima pekerja lagi, Ia berjalan lagi… ia berjalan… berjalan, semakin jauh dari rummah. Tapi, Julio tidak peduli yang ia pedulikan hanya bisa mendapat pekerjaan untuk keluarganya.

Kadang Julio di tolak dengan kasar oleh pemilik Julio, ia di dorong sampai terjatuh. Tapi ia tidak bisa marah, kalau ia marah bisa-bisa ia akan memberikan pengaruh buruk saat melamar bekerja.

Pukul 15.30

Julio beristirahat di jembatan penyebrangan sebentar. Ia menatap kebawah, kejalan yang dilalui oleh kendaraan, Julio menggelengkan kepalanya.

"Ayo… ini baru hari pertama! Aku tidak boleh kalah di hari pertama!" ucap Julio lalu menepuk-nepuk pipinya.

Julio berjalan pulang, meskipun ia merasa kecewa dengan hasil pencariannya hari ini. Tapi ia tidak boleh memasang wajah murung, ia harus bisa tersenyum demi Adiknya. Jika tidak, maka Chelsea akan khawatir.

***

Julio berada di depan rumahnya, ia membuka pintunya dan masuk. Chelsea sepertinya belum pulang, ia jadi memiliki waktu untuk memasak makan malam.

Setelah memasak, ia beristirahat sebentar. Ia melihat jam yang sudah menunjukan pukul 6 sore.Tak lama, Chelsea pun pulang, Julio hanya bisa tersenyum melihat Adiknya sudah pulang. Begitupun Chelsea yang tersenyum kepada Julio karena ia tidak mengetahui apa yang sudah dialami Kakaknya. Chelsea langsung pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, Julio sudah sangat mengantuk karena kelelahan tapi itu ia tahan agar Chelsea tidak bertanya-tanya.

Setelah itu, mereka makan malam. Julio bertanya bagaimana di sekolah, Chelsea menjawabnya dengan cerianya, Chelsea memberitahu Julio tentang Sophie yang meminta maaf.

"Ah itu. Bilang saja untuk jangan pikirkan hal itu." ucap Julio.

"Itu aku sudah bilang, tapi sepertinya Kak Sophie masih merasa bersalah."

Julio hanya tertawa kecil. Setelah itu, Chelsea pergi ke kamarnya dan Julio membereskan piring makan mereka tadi. Setelah itu, ia kekamarnya dan melempar tubuhnya ke kasur. Ia tidak bergerak sama sekali, nafasnya terengah-engah. Julio tersenyum.

"Baiklah, ayo semangat, masih tersisa 20 hari lagi. Ini bukan waktunya untuk kecewa!"

***

Paginya, Julio seperti biasa membuatkan Chelsea sarapan, membersihkan rumah dan pergi mencari pekerjaan ke kota.

Pukul 09.14

Di sekolah, Herry tidak terlalu fokus melihat dan mendengar penjelasan pak guru. Ia terlihat sangat bosan karena sahabatnya tidak hadir lagi, ia hanya memutar-mutar pulpennya di meja. Pak guru yang tahu Herry tidak mendengarkan penjelasannya langsung memanggil Herry untuk menjelaskan kembali yang sudah di jelaskannya.

Herry melirik ke kanan dan ke kiri, ia mencari bantuan tapi teman sekelasnya tidak ada yang membantunya, ia melirik ke Jessica, tapi Jessica pura-pura tidak tahu kalau ia sedang dalam masalah. Jessica hanya melihat-lihat isi bukunya dan mengabaikan Herry.

"(Sialan kau Jessica, jangan pura-pura tidak tahu woy!)" ucap Herry dalam hati

"(Maaf, aku tidak mau terlibat.)"

"Makanya! Kalau bapak menjelaskan kamu itu dengar! Jangan melamun lagi!" kata Pak guru yang memperingatkan

Herry hanya mengangguk, lalu duduk kembali dan pak guru pun melanjutkan penjelasanya yang belum selesai.

Beberapa saat kemudian, pak guru selesai memberi penjelasan dan bel istirahat pun berbunyi, Herry menghela nafas yang amat panjang. Ia merasa lega akhirnya telah selesai penjelasan yang tidak ia mengerti sama sekali.

"Haaah… selesai."

Herry menyandarkan tubuhnya ke bangku, ia menoleh ke luar jendela. Ia merasa sangat bosan, karena biasanya ia mengobrol dengan Julio, entah itu hal penting atau tidak.

Ia berdiri mendekati Jessica, Herry langsung menatap tajam Jessica, Herry sepertinya sedikit kesal karena tidak di beri pertolongan saat ia di tegur pak guru.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu?"

"Kenapa kau tidak membantuku?!"

"Salah sendiri kenapa tidak mendengarkan penjelasan pak guru."

Herry menghela nafas, ia menatap terus ke arah meja Julio.

"Kau bosan ya?" tanya Jessica.

"Yah begitulah."

"Karena tidak ada Julio?"

Herry mengangguk.

"Kenapa bisa begitu?"

Herry terdiam sesaat, ia menatap ke arah jendela. Lalu, ia pun menghela nafas.

"Entahlah, aku hanya sedikit tertarik dengan manusia es itu." Herry terdiam kembali, ia melihat ke arah jam dinding lalu lanjut berbicara kembali. "Sejak aku kecil, aku selalu bermain bersamanya, ia… ia itu terlihat unik bagiku. Entah apa yang membuatku berpikir begitu, mungkin itu karena sifatnya atau mungkin karena kehidupannya. Aku tidak mengerti, kadang aku merasa iri dengannya. Aku sejak kecil selalu hidup dengan kedua orang tua ku, mereka selalu menyayangiku, hidup pun berkecukupan. Aku seharusnya menjadi anak yang sangat bahagia, Tapi… eh. Maaf, hahahahaha aku jadi bercerita tentang masa lalu."

"Hmm… yah tidak apa-apa, lanjutkan aku juga sedikit penasaran bagaimana kalian berteman. Lagipula, aku juga ingin mengenal Julio."

Herry menatap Jessica, ia pun tersenyum jahil.

"Kenapa kau ingin mengenal Julio?" tanya Herry.

"Eh!? Ya… umm… itu…"

"Kamu suka padanya kan!" kata Ellie dari belakang Jessica dengan sedikit keras

"Waah… E-Ellie, jangan buat aku kaget dong! Lagipula siapa yang suka sama manusia Es itu! Aku hanya penasaran kok!"

Wajah Jessica memerah. Herry dan Ellie pun tertawa kecil. Lalu Herry melanjutkan kembali ceritanya.

"Aku seharusnya menjadi anak yang sangat bahagia. Tapi, suatu hari sekitar 7 tahun yang lalu aku bertemu dengan anak lelaki dan perempuan di taman kota, mereka terlihat sangat menikmati waktu mereka, mereka tertawa, berlarian, dan bermain. Aku hanya bisa melihat mereka dari kejauhan, yah mungkin memang banyak anak-anak lain yang seperti itu, tapi hanya mereka yang membuatku tertarik. Anak laki-laki itu pun mengambil bola dari tas milik ibunya, ia bermain dengan anak perempuan itu, sampai anak laki-laki itu menendang dengan sangat keras sampai mengenai wajahku, hidungku berdarah, mereka dan ibunya pun menghampiri ku dan ibuku. Mereka meminta maaf atas apa yang di perbuat anak itu, anak itu juga meminta maaf padaku, seharusnya aku sudah menangis karena hidungku yang berdarah, tapi entah kenapa aku tidak mau itu. Aku pun tersenyum kepada mereka, mereka memberitahu nama mereka dan begitu juga aku, Anak laki-laki itu bernama Julio dan yang perempuan adalah Adiknya, bernama Chelsea. Orang tua kami hanya tertawa kecil saat itu, mungkin mereka senang kalau anak mereka bisa akur dan saat itulah aku berteman dengan mereka sampai sekarang."

Herry terdiam sesaat, wajahnya tiba-tiba berubah yang awalnya terlihat senang menjadi tak berekspresi.

"3 tahun setelahnya, aku sudah mengenal mereka berdua, aku juga sudah sering berkunjung ke rumah mereka. Mereka selalu menyambutku, kadang Rio juga berkunjung ke rumah mereka."

"Eh? Rio?"

Jessica bingung, ia sepertinya lupa kalau Rio juga teman masa kecil Herry, Julio dan Chelsea atau ia tidak mendengar perkataan Chelsea waktu kejadian di belakang sekolah. Herry mengingatkan kembali Jessica, sampai akhirnya Jessica ingat dan Ellie juga akhirnya tau kalau mereka punya hubungan sejak kecil. Herry pun melanjutkan ceritanya kembali.

"Aku sangat senang berkunjung ke rumah mereka, mereka punya sesuatu yang lebih kuat dari ku, hubungan keluarga mereka lebih kuat dari keluarga ku, keluargaku sangat sibuk, paling akhir pekan aku bisa mengabiskan waktu dengan mereka. Karena itu, aku sangat iri dengan Julio… sampai suatu hari, aku berkunjung ke rumahnya. Tapi, wajah Julio terlihat murung, begitu juga dengan Chelsea, Julio meminta ku agar pulang, ia sedang tidak ingin bermain. Aku kecewa, tapi aku tidak kesal, karena aku tahu kalau Julio dan Chelsea sedang ada masalah… hingga beberapa hari Julio dan Chelsea masih tetap murung, bahkan di sekolah juga begitu. Sampai akhirnya aku mengetahui apa penyebab mereka murung... keluarga mereka…"

*kriiiiiiiiiingggg*

Bel pun berbunyi, Herry mengakhiri ceritanya, Jessica dam Ellie memaksa Herry untuk melanjutkan ceritanya, tapi Herry tidak mau dengan beralasan waktu istirahat telah usai.

"(Keluarga mereka… ah, lebih baik aku tidak mengingat itu… tapi, aku menjadikan itu sebagai alasan untuk selalu mendukung mereka… karena aku adalah sahabat mereka.)"

To be continue

======================