Chereads / Mahakarya Sang Pemenang / Chapter 40 - Jangan Menyerah, Nak! Bagian 2

Chapter 40 - Jangan Menyerah, Nak! Bagian 2

Di luar lapangan, Tang En merasa cemas tentang nasib Wood, dan di dalam lapangan, Wood juga mencemaskan dirinya sendiri.

Dia tidak buta atau bodoh. Dia melihat Tony Twain yang muncul mendadak di pinggir lapangan dan tahu bahwa ini adalah kesempatan yang baik untuk menunjukkan kemampuannya. Rekan-rekan satu tim di sekitarnya berusaha keras untuk tampil baik dan dia juga tidak mau ketinggalan. Tapi…

Tidak ada yang mau mengoper bola padanya, karena kalau bola dioperkan padanya, itu hanya akan membuat seluruh penampilan tim tampak buruk. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk turun tanding. Para pemain itu biasanya tertawa bersama, tapi ketika tiba saatnya, siapa yang tidak ingin membuat diri mereka sendiri lebih unggul? Tidak ada yang bisa dilakukan. Ini adalah kenyataan kejam sepakbola profesional. Seseorang tidak bisa mengeluh tentang orang lain yang tidak memberi mereka kesempatan jika dia sendiri tidak memiliki kekuatan untuk itu!

Melihat rekan-rekan satu timnya — bagaimana mereka semakin mendekati gawang saat mereka semakin ditekan oleh lawan dan bagaimana, sebagai striker kedua, semakin sering dia menendang semakin jauh pula dirinya dari gawang — Wood bertanya-tanya apakah penampilannya akan berakhir begitu saja? Dia memikirkan tentang melepaskan kaus merah itu untuk kembali bekerja menjadi tenaga pindahan, pekerjaan yang tidak memerlukan skill dan kesadaran tentang posisi — selama dia masih kuat dia bisa melakukannya — adalah yang paling cocok untuk orang tak berpendidikan sepertinya.

Tapi ketika dia memikirkan ibunya yang tercinta di rumah, dia tidak mau mengakui kekalahan.

Semakin sering anak itu menendang posisinya semakin ke belakang... Tang En menggelengkan kepalanya. Jika striker berjarak 40 meter dari gawang, apa ia masih akan dianggap sebagai ancaman? Anak bodoh itu, kalau dia tidak masuk ke area gawang, bagaimana dia bisa menembakkan bola ke gawang? Kalau dia tidak mencetak gol, bagaimana dia bisa meyakinkan orang lain tentang kemampuannya? Aku tahu aku mungkin berharap terlalu banyak darimu terutama karena kau baru bermain sepak bola dua bulan terakhir... Tapi bahkan satu gol pun bisa menyelamatkan karirmu, kau bodoh! Bahkan jika itu artinya menggunakan tanganmu untuk mencetak gol, selama kau melakukannya sedemikian rupa hingga wasit tak bisa mengetahuinya!

Tang En menatap arlojinya dan melakukan sedikit perhitungan mental. Lima menit lagi adalah akhir pertandingan. Melihat kondisi Wood, sepertinya tak ada yang bisa diharapkan.

Dia bangkit dari kursinya dengan niatan untuk pergi lebih awal. Dia tidak bisa berkata pada Wood, "Jangan buang-buang waktu di sini." Pendekatan terbaik adalah dengan pergi dari sini.

Kerslake menatap Twain. "Tak ingin menonton lagi, Tony?"

Tang En menggelengkan kepalanya karena kecewa dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Kemudian dia berbalik dan berjalan menuju koridor pemain.

Pada saat ini, Nottingham Forest akhirnya dihadiahi tendangan sudut berkat serangan beruntun mereka. Kecuali kiper, hampir semua pemain bergegas ke area penalti lawan. Mereka bermaksud untuk mencetak gol untuk meninggalkan kesan yang baik bagi manajer Tim Pertama.

Hanya George Wood yang dengan bodohnya berdiri di antara garis luar penalti dan lingkaran tengah, meskipun tingginya 1,85 meter, ia tidak berpikir untuk bergabung dan bersaing memperebutkan bola atas.

Ketika tendangan sudut dilakukan, tidak satupun pemain Forest berhasil menerima bola. Bola disundul menjauh oleh pemain West Ham dan mengarah langsung ke sayap kanan.

Seorang pemain West Ham yang mengenakan kaus nomor 8 menghentikan bola dengan indah dan kemudian berbalik untuk membuat serangan balik!

Beberapa penggemar Forest di tribun mengoloknya. Pada saat ini area penalti tim Forest sedang kosong, tak ada pemain lain kecuali kiper.

"Sial!" Kerslake mengutuk.

Saat mendengar penggemar mengolok dengan keras, Tang En berbalik untuk melihat apa yang terjadi di lapangan.

Kemudian dia melihat pemain nomor 8 West Ham menggiring bola dengan kecepatan tinggi sementara semua pemain Forest saling bertatapan kosong di sisi lain lapangan, bahkan tidak berusaha untuk menghentikannya. Mungkin mereka merasa tidak lagi bisa menyusulnya...

Tetapi seseorang muncul di pandangannya.

George Wood!

"Dari mana datangnya b*jingan itu?" Manajer tim pemuda West Ham tak mengira masih ada bek Forest disana.

Wood memotong lapangan dan mengejar pemain West Ham yang menggiring bola; kecepatan pengejarannya sangat mengagumkan! Melihat sosoknya yang cepat, Tang En tiba-tiba merasakan déjà vu, seolah-olah dia pernah melihatnya di suatu tempat sebelum ini...

Jarak antara Wood dan pemain yang menggiring bola semakin pendek dalam sekejap.

"Astaga..." seru asisten pelatih di sebelah Kerslake. "Dia sangat cepat!"

"Apa gunanya dia cepat?" Kerslake menjawab. "Dia bukan pemain bertahan! Dia tak pernah berlatih bertahan ...."

Dia belum menyelesaikan kalimatnya ketika dia melihat George, yang berlari dengan kecepatan tinggi, membalikkan tubuhnya dan melayang ke depan dengan kaki di depan tubuhnya dan kepala ditarik ke belakang. Kemudian dengan menggunakan kekuatan momentum itu, tanpa ampun... menginjak kaki pemain yang menggiring bola! Terkena tendangan Wood, pemain West Ham yang menggiring bola itu langsung terbang ke pinggir lapangan, bersama dengan bola yang bergulir keluar.

"Ya Tuhan!"

"Astaga!"

Para manajer dari kedua tim berseru pada saat yang sama. Karena di stadion yang benar-benar kosong, mereka bisa mendengar suara kertakan dengan jelas, bunyi tulang yang patah...

Pemain West Ham, yang terbang karena tendangan dan terusir keluar lapangan, tak lagi bangkit. Ia memegangi kaki kanannya dan berguling-guling di tanah. Dokter tim West Ham bergegas menghampirinya.

Tiupan peluit wasit terus terdengar di lapangan, saat para pemain West Ham bergegas menghampiri si pelaku. Tapi mereka semua dihentikan oleh para pemain Forest, dan ada beberapa konfrontasi fisik di antara para pemain. Sebenarnya para pemain Forest itu tidak memikirkan tentang Wood, tapi mereka lebih mengkhawatirkan para pemain lawan — sejak mereka melihat Wood yang, dengan satu pukulan, melumpuhkan pemain terbesar dan terkuat di tim mereka, Eddie, dan bagaimana Eddie hampir shock karenanya, tidak ada lagi anak yang berani mencari gara-gara dengannya.

Ngomong-ngomong, Eddie adalah pemuda malang yang kemudian dijual dengan harga murah ke Notts County. Dari tim Liga Satu ke tim Liga Dua, titik balik nasibnya terjadi karena dia menggunakan sumpah serapahnya yang biasa "dibesarkan oleh pelacur" untuk menghina seorang pemula yang tidak bisa bermain sepakbola.

Para pemain tim Forest beranggapan bahwa George Wood, yang tidak tampil baik di depan manajer, pastilah berada dalam suasana hati yang buruk dan karena itu, temperamennya akan menjadi kasar. Para pemain West Ham yang berlari mendekatinya akan menjadi seperti domba di mata harimau yang ganas, dan mereka tidak ingin terjadi pertempuran berdarah di stadion kandang mereka.

Wasit menghabiskan banyak upaya untuk memisahkan pemain kedua tim dari satu sama lain. Dia kemudian berjalan ke arah George Wood, yang baru saja bangkit dari tanah dan mengangkat tangannya. Kartu berwarna merah terang ditunjukkan sekilas ke arahnya. Dia diusir dari lapangan.

Kerslake menutupi wajahnya dan tidak ingin menonton. Meski Twain tidak mengatakan apa-apa, dia tahu bahwa masa tinggal anak itu di Nottingham Forest sudah berakhir, benar-benar berakhir!

Pada saat ini, Wood benar-benar kehilangan semangatnya. Dia menundukkan kepala, berjalan otomatis ke ruang ganti, tak mempedulikan teriakan para pemain dan manajer West Ham di sekitarnya. Dia juga tidak melihat manajer tim remaja, David Kerslake, menggelengkan kepalanya karena kecewa. Bahkan ketika dia melewati Twain, dia tidak berhenti sejenak dan hanya berjalan terus dengan kepala tertunduk.

Dia diikuti oleh dokter tim West Ham yang bergegas melewati Twain dengan timnya membawa tandu yang mengangkat pemain West Ham nomor 8 itu di atasnya, merasa kesakitan. Tujuan mereka bukanlah ruang ganti pemain untuk tim tamu, melainkan rumah sakit lokal terdekat.

Tang En memandangi punggung orang-orang itu, sedikit menggelengkan kepalanya, kemudian kembali ke area teknis tim tuan rumah.

Tidak mudah mengembalikan situasi di lapangan agar menjadi normal, dan Kerslake juga tidak berniat melakukan penyesuaian lagi. Bagaimanapun, bahkan ketika George Wood berada di lapangan, tim Forest tetap seolah hanya memiliki 10 pemain. Dia berbalik dan terkejut melihat Twain kembali lagi. Tapi ini lebih baik, sudah waktunya untuk menjelaskan semuanya. Twain yang membawanya ke tim, jadi seharusnya Twain pulalah yang mengeluarkannya dari tim.

Jadi, dia mendekati Twain.

Ketika melihat Kerslake membuka mulutnya, Tang En bergegas mendahuluinya, "Ini benar-benar berantakan."

Kerslake mengangguk setuju.

"Perselisihan kita dengan West Ham baru saja membesar, ya?" tanya Tang En.

Kerslake masih mengangguk setuju. Pria di hadapannya ini masih diingat oleh orang-orang London Timur atas ucapannya yang menyumpahi degradasi Tim Pertama mereka, dan sekarang tim pemuda telah melumpuhkan striker utama mereka.

"Apa yang akan kau lakukan?"

Kerslake berkata kepada Twain tanpa ragu, "Tony, kurasa kita harus mengeluarkannya."

"Aku tidak setuju denganmu, David," Twain tertawa. "Aku akhirnya menemukan posisi yang paling cocok untuk anak itu."

Kerslake agak terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa pelanggaran barusan malah mengubah pendapat Twain tentang Wood.

"Mampu menyaingi kecepatan striker, memiliki tubuh lebih kuat dari bek tengah, stamina untuk berlari bolak-balik dari area penalti ini ke area penalti lawan selama 90 menit, tackling yang agresif... Bisakah kau menebak posisi apa itu?"

Manajer tim pemuda memikirkannya, dan kemudian berkata, "gelandang bertahan."

"Jawabanmu benar!" Tang En bertepuk tangan dengan senang. "Posisi gelandang bertahan! Tak jadi masalah kalau dia tak bisa mencetak gol, banyak gelandang bertahan tidak selalu bisa mencetak 10 gol di sepanjang karir mereka..."

"Tapi, Tony. Wood sudah..."

"David," kata Tang En tegas. "Memberinya kesempatan lagi artinya juga memberiku kesempatan. Aku mempercayai visiku. Kau tahu? Meski itu tadi adalah pelanggaran yang memalukan, dan teknik bertahan yang gagal, dari sana aku bisa melihat semua kualitas yang seharusnya dimiliki oleh seorang gelandang bertahan yang hebat. Membiarkannya menjadi striker itu kesalahan kita. Tanggung jawab atas hal ini seharusnya tidak diberikan padanya! Beri dia kesempatan lagi!"

Kedua lelaki itu saling menatap, dimana setelah beberapa saat Kerslake mengalah dan membuang muka. Dia kemudian mengangguk dan berkata, "Baiklah. Aku akan membiarkannya berlatih pertahanan mulai besok lusa dan memulai latihan dari awal!"

Tang En tersenyum, "Terima kasih, David. Aku akan bicara dengan Wood." Menepuk pundak Kerslake, Tang En berbalik dan berjalan menuju ruang ganti tim tuan rumah.

Kerslake memanggilnya, "Tony, kenapa bukan posisi bek tengah?"

Tang En melambaikan tangannya, "Kalau di posisi itu kita akan memberi lawan kita beberapa tendangan penalti di setiap pertandingan."

George Wood sedang mandi sendirian di ruang ganti, ditemani suara air yang bergemericik. Dia berdiri tak bergerak di bawah pancuran, membiarkan air membasahinya.

Saat dia melihat pemain lawan nomor 8 mendapatkan bola dan menerobos, dia hanya punya satu pikiran waktu itu yakni menghentikannya. Tapi dia tidak ingin melakukan pelanggaran, dia hanya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jadi dia memilih cara yang paling sederhana, yang juga paling bodoh. Sekarang dia diusir dengan kartu merah, semuanya sudah berakhir. Dia sama sekali tidak cocok bermain sepak bola. Dia hanya ingin mengandalkan sepakbola profesional untuk menghasilkan uang agar bisa merawat ibunya dan untuk menghidupi mereka berdua. Itu sepenuhnya angan-angannya sendiri.

Lupakan saja, lebih baik kembali jadi tenaga pindahan...

Aku membayangkan bagaimana ibuku tersenyum di meja dan berkata, "George-ku juga seorang pemain sepak bola profesional."

Hatinya sakit. Pukulan terbesar baginya adalah mengecewakan kepercayaan dan harapan ibunya.

Mematikan keran, Wood keluar dari kamar mandi dan mulai berpakaian di depan lokernya. Saat ini, dia mendengar suara pintu di belakangnya, tapi dia tidak ingin berbalik untuk melihat siapa yang masuk.

"Kau anak yang menyedihkan. Dengan rambut menempel di dahimu, masih meneteskan air, kau kelihatan seperti anjing yang jatuh ke sungai dan diseret keluar dari sana." Tang En bersandar ke kusen pintu dan berkata dengan nada mengejek.

Wood berhenti menggerakkan tangannya, tapi dia masih tidak berbalik.

"Tsk tsk. Kau menerima satu kartu merah, dan rasanya seperti akhir dunia. Hei, bocah, apa ini kartu merah pertamamu? Kalau kau diam berarti kau mengakuinya... Haruskah kita pergi minum untuk merayakannya? Oh, kupikir pesepakbola profesional tidak bisa minum." Tang En tampaknya sedang melakukan pertunjukan satu orang. Dia mengajukan pertanyaan, tapi tidak menunggu jawaban Wood. "Lihatlah dirimu sekarang... Apa kau ingin pulang? Memanggil 'mama'mu, minta susu..."

"Bang!" Suara tajam memotong kata-kata Tang En, dan dia terkejut. Dia melihat pintu loker di sebelah loker Wood kelihatan penyok. Padahal seluruh loker terbuat dari besi...

"Tutup mulut baumu itu!"

Tang En mendengus, mengekspresikan rasa jijiknya atas ancaman yang dilontarkan anak itu. "Kalau kau pikir kau bisa memukulku, kau boleh mencobanya. Jangan pernah menganggap bahwa semua orang di dunia ini sama seperti makhluk tak berguna yang kau jatuhkan dengan satu pukulan. Kelihatannya kau punya banyak energi. Aku hanya akan mengajukan satu pertanyaan: Apa kau masih ingin bermain sepakbola?"

Wood akhirnya berbalik, dan Tang En melihat matanya yang merah. Dia tidak tahu apakah itu karena putus asa atau marah.

"Kau benar-benar pembohong! Kau bohong padaku, dan berkata aku bisa jadi bintang sepakbola, jadi aku keluar dari pekerjaanku untuk berlatih denganmu! Kau mau tahu jawabanku? Jawabanku — persetan denganmu!" Wood meraung marah.

"Aku membohongimu? Nak, kau bisa disambar petir setelah menuduhku tanpa alasan," seru Tang En. "Idiot mana yang datang ke depan pintuku dan berkata, 'Kupikir Anda harus mengontrak pemain bintang terbaik Inggris?' Siapa itu? Bukannya itu pemuda yang berdiri di depanku? Apa yang pernah kukatakan? "Jangan pernah meremehkan sepakbola profesional, atau itu akan menghukummu." Aku mengatakan itu, kan? Apa menurutmu sepakbola profesional itu sangat sederhana sampai-sampai kau bisa sebagus pemain superstar setelah dua bulan latihan? Menurutmu, tempat ini tempat apa?" Tang En tiba-tiba meninggikan suaranya, menunjukkan cara yang ia gunakan untuk mengarahkan pertandingan di depan 30.000 penonton dan meraung, "Menurutmu, dimana kau sekarang? Ini adalah ruang ganti City Ground, yang digunakan Tim Pertama! Semua pemain di sini adalah pesepakbola profesional, dan siapa di antara mereka yang tidak harus menjalani lebih dari 10 tahun latihan keras sebelum mereka mendapatkan kesempatan ini? Kau hanyalah pemula bodoh yang baru dua bulan latihan!"

Saat Tang En menegurnya, Wood tidak bisa membalas. Bahkan, dia tidak tahu harus mengatakan apa.

"Apa menurutmu ruang ganti ini untuk orang-orang sepertimu? Kalau bukan untuk mengurus rumput di kompleks latihan, anak-anak sepertimu mungkin takkan bisa menginjakkan kaki di ruangan ini seumur hidup mereka! Selama lebih dari 120 tahun, tak terhitung sudah berapa banyak pria, 100 kali lebih baik daripada orang bodoh sepertimu, yang telah menggunakan ruangan ini. Beberapa diantara mereka adalah pemain sepakbola profesional yang terbaik, sukses dan terkenal. Beberapa lainnya hanyalah orang-orang tak dikenal yang terlupakan. Kenapa ada perbedaan seperti itu? Karena yang terakhir memandang rendah sepakbola profesional. Mereka tidak menganggap serius pekerjaan yang bisa memberi mereka kehormatan, uang, wanita cantik, ketenaran, dan status. Jadi, sepakbola profesional menghukum mereka, membuat mereka tak berharga dan semua uang mereka, wanita cantik, ketenaran, dan status semuanya hilang sekejap! Dan sekarang giliranmu, Nak..."

Tang En menatap Wood yang terdiam, dengan ekspresi angkuh. "Kau dikeluarkan dengan kartu merah. Penampilanmu yang sangat buruk itu sangat mengejutkan, dan tak ada potensi sama sekali. Siapa pun bisa langsung memberimu hukuman mati. Kau sudah tamat, pertandingan sudah selesai! Tapi, apa kau menyerah? Apa kau sudah menyerah? Apa kau rela mengecewakan ibumu? Jawab aku!"

Wood menggigit bibirnya, dan tangannya mengepal. Seluruh tubuhnya gemetaran.

"Pertandingan ini sudah berakhir, dan masih ada pertandingan berikutnya. Kau kalah di sini, dan kau masih bisa memenangkannya lagi di pertandingan berikutnya. Tapi kalau kau berhenti disini dan berlari pulang seperti bayi, maka kukatakan padamu, kau takkan pernah mendapatkan kesempatan untuk memenangkan apa yang sudah kau hilangkan! Tak akan pernah!" Tang En berkata kepadanya dengan marah sambil melangkah maju dan berhenti di hadapan Wood.

"Sekarang, jawab aku: Apa kau masih ingin bermain sepakbola? Apa kau masih ingin jadi superstar dengan penghasilan £ 120,000 seminggu?"

"Katakan... katakan padaku, bagaimana aku bisa melakukannya?" akhirnya Wood berbicara lagi, suaranya bergetar.

Tang En menghela nafas lega di dalam hati, dan nadanya menjadi jauh lebih lembut. "Dengarkan aku, kembalilah. Kembalilah ke kompleks latihan, latihlah dirimu sendiri sesuai dengan posisi baru yang telah diatur oleh pelatih untukmu. Dengarkan setiap pelatih, jangan membantah mereka, jangan kehilangan kesabaran, dan gunakan 24 jam seolah mereka adalah 72 jam. Lalu buktikan dirimu di pertandingan berikutnya. Selangkah demi selangkah! Jangan tidak sabaran, dan jangan berhenti di tengah jalan. Kau akan berhasil, aku janji!"

Melihat mata Wood, Tang En menambahkan, "Kreditku dijamin bank, Nak." Lalu dia meringis.