Suara katapel perang yang menggelegar terdengar dari belakang. Gadis itu memutar kepalanya, dan bertemu dengan tatapan marah dari Yan Xun. Tangan pria itu mengambang di depan dadanya dengan mengancam, seperti sebuah golok yang siap menumpahkan darah, siap diayunkan ke bawah kapan saja untuk memberi aba-aba menembakkan panah.
Chu Qiao diliputi ketakutan. Hal itu membungkus seluruh dirinya, dan semua kebanggaan, harga diri, dan martabat yang sebelumnya oleh dimiliki gadis itu sudah dibuang jauh-jauh. Dia ambruk ke tanah dan bersujud berulang-ulang, dan tak lama kemudian dahinya sudah merah oleh darah. Air matanya mengalir dan kedua tangannya direntangkan, gadis itu memohon dengan keras, "Jangan! Kumohon, Yan Xun, jangan …."