"Chun Er," pangeran itu berbisik. Dia sudah bukan pangeran yang tampan dan ceria dari masa lalu, namun lebih terlihat seperti orang tua sekarang. Dia menggenggam lengan adiknya dengan erat, dan melanjutkan, "Kakak sudah mengecewakanmu."
Zhao Chun Er tetap diam, menggeleng dengan keras. Air mata yang ia tahan selama perjalanan akhirnya tumpah, menetes ke kanan dan kiri saat dia menggeleng.
Chu Qiao perlahan berdiri, tidak ada yang menyadari ataupun melihat ke arahnya. Di dalam keadaan ini, bayangannya terasa semakin tidak berarti. Tak bisa disangkal dia bertanggung jawab atas keadaan hari ini, karena dia yang mengatur hukuman mati untuk kesepuluh pria itu. Gadis muda ini berbalik badan dan mengambil pedangnya dari atas tanah. Dia mengambil sepotong tikar yang sobek dan berjalan keluar dari pintu.
Pintu depan tertutup dengan berderit. Hujan tumpah dengan deras. Ditambah lagi dengan angin yang dingin, cuaca sangat keras dan tidak bersahabat.