Nona berambut hitam terlihat seperti berumur 20 tahun, sementara ia berumur 18 tahun belum lama ini, ok…? Mungkin ia terlihat tua, jadi terlihat seperti paman tua?
Juga… nama lain? Ia langsung ingat nama-nama ID di grup itu. Ada nama seperti Raja Sejati Gunung Kuning, Sungai Utara si Pendekar Kelana, XX Tuan Goa, XX Tuan Istana… tiba-tiba ia merasakan sakit di hatinya.
"Uhuk, kau panggil aku Song Shuhang. Ditambah, kita tidak membicarakan nama lain dulu," balas Song Shuhang. Ia tidak mau disebut sebagai chuunibyou.
"Oh? maaf, Senior. Aku lupa sesaat." Bulu Lembut merasa malu. Sebagai pendekar, itu biasa untuk menyebutkan nama lain di tempat umum; ia hanya terlalu senang hingga lupa akan hal itu.
"Uhuk, kau harus stop memanggilku Senior." Song Shuhang batuk 2 kali dan ia rasa sakit batuk semakin parah.
"Baiklah." Meskipun Si Bulu Lembut membalas dengan lembut, ia merasa sedih didalam hatinya- senior ini terlihat bukan tipe yang mudah didekati? itu benar, lagipula, tidak semua anggota di grup itu sebaik Senior Sungai Utara.
Juga, senior ini jelas-jelas ada di area Jalan Lou Xin tapi tidak berkata apa-apa di grup. Mungkin dia tipe yang cuek dan tidak ingin membantu? Berpikir begitu, ia menjadi seakan-akan sedih.
Ketika ia bengong, Song Shuhang menambahkan. "Kau boleh memanggilku Song Shuhang."
"Eh?" si Bulu Lembut tertegun. " Ini terlihat tidak sopan?"
"Pastikan panggil aku Song Shuhang, kalau tidak, Shuhang, Hang kecil, dan Song kecil juga tidak apa-apa." balas Song Shuhang dengan tegas.
Jika si Bulu Lembut terus menerus memanggilnya 'senior' setiap kali ia berbicara, ia akan merasa sangat malu karena ini adalah dunia nyata.
"Shuhang… Senior." Saat si Bulu Lembut berbicara, ia merasa canggung dan menambahkan Senior di belakangnya.
Namun ia langsung tenang dan menunjukkan wajah ceria- sepertinya senior ini baik hati, bukan senior yang dingin dan cuek. Kelihatannya, mungkin senior ini mau menolongnya!
Song Shuhang mengeluarkan tangannya dan mengusap wajahnya sepertinya ia menyerah. "Baiklah, terserah kau bagaimana kau mau memanggilku."
"Ayo berbincang sambil jalan," lalu Song Shuhang mengambil koper besar itu. Lebih baik mecari tempat yang tidak bising untuk berbincang, orang lain akan tidak nyaman dengan koper besar ini menghalangi jalan.
"Ayo berbincang sambil jalan," lalu Song Shuhang mengambil koper besar itu. Lebih baik mecari tempat yang tidak bising untuk berbincang, orang lain akan tidak nyaman dengan koper besar menghalangi jalam.
Si bulu lembut langsung mengikuti Shuhang dengan tenang.
"Aku melihat di log obrolan grup. Tempat yang kau tuju itu seharusnya area Jalan Lou Xin yang ada di Kota J." balas Song Shuhang.
"Ya, area Jalan Lou Xin. Senior, tunggu sebentar, mungkin…" sebenarnya si Bulu Lembut itu pintar dan bisa menebak dari cara bicara Song Shuhang. Wajahnya menjadi lesu. "Mungkin ini bukan Jalan Lou Xin?"
"Ini memang benar Jalan Lou Xin. Tapi, ini Jalan Lou Xin di distrik Jiangnan bukan Kota J." desah Song Shuhang sambil membalas.
"…" wajah kecilnya langsung memerah karena malu. Setelah sekian lama, dengan lembut ia bertanya, "Senior Song, kau tahu cara ke area Jalan Lou Xin di Kota J?"
"Aku belum pernah kesana, tapi kau bisa pakai navigasi?" Song Shuhang tersenyum dengan ramah.
Si Bulu Lembut menunduk dan langsung mengeluarkan ponselnya… tapi ketika jarinya menyelusuri layar, tiba-tiba ada suara yang manis dan layar itu menjadi gelap.
Si Bulu Lembut mengangkat wajahnya dan melihat Song Shuhang dengan tatapan ingin menangis. "Senior Song, ponselku mati."
"…" lagi-lagi Song Shuhang merasa sakit hati. Gadis cantik berambut hitam ini terlihat konyol?
Kemudian, ia memberikan ponselnya. "Pakai ini."
"Terima kasih, Senior!" dengan senang ia mengambil ponsel Shuhang dan menyelusuri beberapa kali.
Tiba-tiba, suara itu terdengar lagi dan layarnya menjadi gelap.
Lagi-lagi, si Bulu Lembut mengangkat kepalanya dan menatap Song Shuhang dengan tatapan ingin menangis. "Senior Song, ponselmu juga mati."
Sial. Lalu Song Shuhang ingat baterai ponselnya tinggal hanya 6 % ketika ia keluar. Setelah 3 jam dipakai untuk membuka internet tadi, baterainya langsung habis.
Dengan canggung ia mengambil lagi ponselnya, Song Shuhang bertanya. "Bulu Lembut, apa kau sedang terburu-buru?"
"Aku tidak sedang terburu-buru, tapi lebih baik sampai di sana secepatnya, mungkin ada yang berubah setelah beberapa waktu." suaranya lembut - setelah sekian lama, ayahnya akan pulang dari rumah Senior Pedang Gila Super Ceroboh dan membawanya pulang.
Ya. Ini alasan yang ia berikan kepada Pedang Gila Super Ceroboh.
Jika ayahnya sudah pulang, dia tidak bisa kabur secara diam-diam.
"Lalu, kau mau ikut ke asramaku? aku bisa membantumu lewat komputer sambil mengisi ponselmu. Tapi, jaraknya 20 menit dari sini ke asramaku," saran Song Shuhang
Song Shuhang adalah tipe orang yang memiliki penampilan dan sifat yang cocok. Memiliki wajah yang baik dan baik hati.
Maka dari itu, tak mungkin Song Shuhang membiarkan si Bulu Lembut begitu saja. Kenyataan, selain gay, jarang lelaki yang akan membiarkan gadis cantik begitu saja.
"Asrama? apakah itu tempat tinggal Senior?" mata si Bulu Lembut berbinar. " jarak 20 menit tidak masalah!"
"Baiklah, ikuti aku?" Song Shuhang mencoba bertanya.
Si Bulu Lembut mengangguk dengan semangat sambil menarik kopernya dan mengikuti Shuhang dari belakang.
Song Shuhang diam-diam khawatir karena gadis ini terlihat mudah diculik dan dijual. Ia merasa cukup dengan dua permen untuk menculiknya.
❄❄❄
Ada pepatah awam, sesuatu akan lebih mudah di kerjakan ketika kedua orang itu kerjasama.
Cukup mengatakan, ketika lelaki dan wanita kerjasama, mereka akan merasa energik. Tapi… ketika Song Shuhang dan si Bulu Lembut berjalan selama sekitar 5 menit, ia lesu dan mulai bernapas berat.
Ia tersenyum dengan paksa dan melihat si Bulu Lembut sebelahnya. Kata-kata yang dikatakan oleh lelaki tampan tadi teringat dibenaknya.
Ada untungnya memiliki kaki yang panjang, kau setuju? selangkah sama dengan 2 langkah kakinya!
Meskipun si Bulu Lembut sudah memperlambat langkahnya, Song Shuhang masih berlari-lari kecil. Bagaimana ia tidak lelah?
"Senior, sepertinya kau terengah-engah?" kata si Bulu Lembut kebingungan melihat Shuhang. Itu tidak mungkin. Bagaimana berjalan hanya 5 menit membuat pendekar senior terengah-engah?
"Hu, kita tidak sedang terburu-buru jadi ayo jalan pelan-pelan saja." Song Shuhang mengatur napasnya.
"Ok." si Bulu Lembut mengangguk, terlihat mengerti, tapi sebenarnya tidak. Ia merasa 'senior' ini agak salah- terlihat seperti kurang berstamina.
Namun, ia adalah wanita yang bijaksana dan tidak akan ikut campur urusan orang. Karena senior tidak menjelaskan, ia tidak akan bertanya, kalau tidak mereka akan kesal.
Maka dari itu, si Bulu Lembut berinisiatif untuk menyamakan langkah dengan Song Shuhang dengan mengurangi panjang langkahnya.
Akhirnya Song Shuhang merasa lebih tenang.
Keduanya lama-lama meninggalkan area Luo Xin Street.
Kebetulan, di belakang mereka, ada 3 lelaki yang menilai kaki wanita di plaza umum. Mereka juga membawa bungkusan besar dan kecil sambil meninggalkan area Jalan Lou Xin.
"Eh? 100 poin, aku melihat 100 poin!" lelaki gemuk, Ah Xu, dengan senang menunjuk ke arah punggung si Bulu Lembut
lelaki tampan itu langsung ceria. "Dimana? aku harus menemuinya kali ini!
"Tidak ada kesempatan untukmu." kata lelaki berambut pendek dengan malas. "Ada lelaki di sebelahnya."
Lelaki tampan melihat Song Shuhang disamping si Bulu Lembut dan langsung putus asa. "Gadis itu sudah ada yang punya. Sial!"
"Meskipun ia sudah ada yang punya, kau masih ada kesempatan. Kau harus berani maju! Ah Xu tertawa dengan perlahan.
"Aku tidak tertarik dengan merusak hubungan orang." kata lelaki tampan dengan yakin.
Tiba-tiba, lelaki tampan itu menatap punggung Song Shuhang. "Hei, Apakah kau merasa pernah melihat lelaki itu?"
"Ya. Itu normal untukmu melihat dia terlihat akrab. Ketika kita berdiskusi gadis 100 poin tadi di plaza umum Luo Xin Street, dia duduk disebelah kita." balas lelaki pendek itu dengan malas.
"…" lelaki gemuk, Ah Xu
"…" lelaki tampan.
Dia duduk sebelah kita, dia hanya duduk di sebelah kita… kata-kata ini terngiang-ngiang di telinga lelaki tampan itu.
Lelaki tampan itu langsung berlutut. "Inikah yang dinamakan Dewa penakluk?!"