Saat aku tiba di rumah, aku melihat ada beberapa orang yang aku rasa mereka semua adalah teman Felix. Masuk ke rumah dan bertemu dengan Felix.
Sambil memperhatikan tingga teman-teman Felix berucap " Dimana Lisa?."
"Oh, dia. Dia sedang pergi, aku tidak tahu kemana. Mungkin dia sedang berkumpul dengan teman-temannya," jawab Felix.
"Oh begitu, aku harap kakakmu menyiapkan semuanya" jawabku.
"Tenang saja dia akan menyiapkan sekolahmu besok",
"Huh, semoga saja begitu," kataku sambil melangkah pergi ke kamar.
"Felix, dia siapa?"tanya Kay
"Dia namanya Anita, dipanggil dengan nama An. Orang yang dititipkan pada kakakku," jawab Felix.
"Oh begitu!"
"Kita jadikan jalan?,"Tanya Sabastian.
"Ya jadi, tapi menunggu Kak Lisa datang",
"Dia kemana?",
"Nanya lagi nih anak, udah aku jawab baru aja",
"Hehehe…iya maaf",
"Ngomong-ngomong dia sekolah dimana? Aku belum pernah lihat dia loh! Asalnya dari mana?,"tanya Won.
"Bawel loh, dia itu manusia ya asalnya dari bumi lah. Mau dari mana lagi,"sambung Kay.
" Yeh…siapa juga yang mau nanya sama cwok kayak loh. Bawel!,"seru Won.
"Dia dari kota, lupa aku kota mana yang penting dia tanggung jawab Kak Lisa sekarang,"jawab Felix.
"Lama gak sih lagi menunggu, aku haus nih!,"seru Sabastian.
"Ah, iya gue ambilin minum buat loh!,"jawab Felix berjalan ke ruang dapur.
Beberapa menit kemudian Felix datang sambil membawa minuman dan makanan ringan untuk teman-temannya. Menunggu dengan mengisi aktifitas membaca buku, main game hingga bercanda gak kerasa udah setengah jam menunggu. Akhirnya orang yang ditunggu-tunggu pun datang. Lisa datang dengan membawa belanjaan yang cukup banyak. Meletakkannya di atas meja lalu berucap " Kalian mau jalan kan? Hati-hati di jalan jangan ngebut,"pesan Lisa pada mereka semua.
"Oke, siap bos!,"jawab mereka serentak.
Felix dan sahabatnya pergi. Lisa duduk di sofa sambil melepas lelah. Lisa berteriak, "An, aku belikan kamu baju seragam sekolah. Aku sudah daftarin kamu nih, mau dicoba gak baju seragamnya?."
Seketika aku mendengar hal itu secepatnya keluar kamar dan melihat Lisa duduk di sofa. " Apa ini untukku?"
"Iya, buat kamu. Di coba dulu, aku beli dan takutnya gak muat",
"Kenapa gak ngajak aku?",
"Aku gak mau buat kamu lelah, kan aku dibayar untuk menjaga dan melindungimu",
"Tapi tak begini kan? Ya sudahlah aku coba dulu", mengambil tas belanjaan dan masuk ke kamar. Mencoba pakaian yang dibelikan Lisa di depan cermin. Pakaian yang dibelikan Lisa muat di badanku, aku tidak menyangka dia tidak akan ceroboh meski pertama kalinya aku bertemu dengannya dia bersikap ceroboh. Melepaskan pakaian lalu mengganti pakaian dengan yang kukenakan sebelumnya. Lalu merapikan seragam itu dan memasukkannya ke lemari. Berjalan keluar kamar mendekati Lisa.
"Lisa, pakaiannya bagus dan muat di badanku. Terima kasih",
"Ya tak masalah, besok aku akan mengantarmu ke sekolah. Kamu bisa pulang sendirian,
Ya aku harap kamu gak marah. Jangan ngadu ke papa kamu ya! Jangan pecat aku",
Seketika itu juga aku heran akan tingkahnya seperti itu, " Apa kamu pernah dipecat sebelumnya? Karena apa?",
"Aku terlambat, dan sering ceroboh parahnya karena aku hampir saja kerjasama perusahaan gagal",
"Dengan siapa?',
"Hampir dengan para tamu,"jawabnya dengan malu-malu.
"Apa Yoong dan Alex Chan ada disana juga saat itu?",
"Ya ada, kau kenal pria itu?",
"Tidak cuman bertanda,"kataku menyudahi.
Pukul 08.00 malam aku sarapan bersama Lisa, tetapi Felix tidak ada. Dia belum pulang.
"Lisa, apa Felix seperti ini setiap hari tingkahnya?,"tanyaku.
"Ya dia begitu, tapi dia adik yang baik kok. Dulu aku bekerja hingga malam dan jam segini aku belum pulang. Kemungkinan sekarang rumah ini sedang tidak orangnya, hingga jam 10 malam aku baru pulang. Karena itulah aku masih dipertahankan di perusahaan",
"Hah, menurutmu ayahku itu pemimpin yang bagaimana?",
"Dia pria yang baik hingga mau saja menerima pekerja seperti diriku yang ceroboh ini mengasuh dirimu. Dia pria yang menepati janji",
"Ya begitu, aku mendengar dari beberapa orang juga begitu. Tapi sekarang aku gak tahu apa alasan ayah dan ibuku memintaku untuk tinggal di kota ini. Aku sangat tidak suka jauh dari kakakku",
"Jika kamu rindu kakakmu, mengapa tak telpon dia saja? Dia pasti juga sedang merindukanmu"saran Lisa.
"Ya aku akan menghubungi kakaku, terima kasih Lisa,"kataku sambil melangkah pergi ke kamar. Begitu tiba di kamar, menutup pintu lalu mengambil handphone di atas meja belajar. Menghubungi Kak Hyun. Menunggu beberapa saat, tapi tak ada jawaban juga darinya. Hingga kuputuskan untuk menghubungi kantor kakak. Tetapi anehnya saat itu yang menerima bukanlah sekretaris kakak melainkan orang yang tak dikenal. Secepatnya kucabut baterai handphone hingga tak ada komunikasi lagi. Aku yakin seseorang telah merentas alat komunikasi ini bahkan kantork kakak Ini aneh sekali dan apa yang telah terjadi disana?. Aku takut sesuatu telah terjadi menimpa kakak Hyun Lee.
Saat itu juga kucari tahu siapa yang berani-beraninya merentas telponku ini. Secepatnya kucari tahu dengan bantuan alat-alat yang kumiliki. Utamanya kucoba merentas balik siapa pelakunya diam-diam. Memang sulit, tapi jika Hyun Lee dalam bahaya setidaknya aku tahu dimana keberadaanya sekarang ini. Aku memang selalu terhubung dengannya tapi kali ini entah kenapa ada seseorang yang mencoba meretas komunikasi ini. Mungkin mereka merentas dari handphone milikku atau milik Kak Hyun Lee. Membuka komputer, tapi baru saja ingin mencari tahu Lisa datang dan langsung masuk ke kamarku.
"An, aku mau mengajak keluar sebentar mau? Jalan-jalan. Kebetulan di luar ada orang yang jualan makanan. Banyak loh, ayo ikut!,"ucapnya sambil menarik tanganku.
Aku menurut saja akan perkataannya itu, ya benar sekali apa yang dikatakan Lisa. Ada beberapa pedagang yang jualan keliling mampir di sini. Ini komplek yang ramai seperti pasar di malam hari. Memperhatikan Lisa yang memesan beberapa makanan, aku memikirkan kak Hyun. Aku takut sesuatu telah terjadi disana.
Lisa datang sambil membawa dua mangkok pentol kuah, ia memberikan satu mangkok padaku. Lalu Lisa duduk di sampingku dan menyantap makanannya dengan lahap.
Sementara aku hanya memandangi Lisa.
"Ada apa? Apa kau tak suka?,"tanya Lisa.
"Aku kenyang, boleh aku masuk!"
"Tidak, aku ingin aku tetap disini. E…ayolah temani aku disini,"pintanya.
Menatap langit sejenak, "Tapi aku mengantuk, aku mau tidur!,"seruku.
"Ya baiklah, tidur yang nyenyak ya,"senyumnya.
"Ya",
Lisa sangat memperhatikan kepergian An dari kejauhan, ia takut An akan mengetahui hal ini. Lisa baru saja mendapatkan informasi tadi sore mengenai keluarga An. Lisa tak diizinkan untuk melepaskan An dan pulang ke rumahnya. Lisa harus menahan An selama yang ia mampu untuk menjalankan tugas dari Hyun Lee.
Lisa juga telah diberitahu Hyun Lee tentang bagaimana diri An yang sebenarnya, hal itu mengingatkan Lisa untuk tidak meremehkan An. Meski kita bisa melihat An hanyalah gadis biasa yang berumur 19 tahun. Tetapi sebenarnya tidak, An telah dipersiapkan untuk masa depannya.
Lisa berdiri dan membayar makanan yang dipesannya lalu masuk ke rumah. Lisa mengambil handphone. Terus mengamati handphone, lalu menyalakan televisi. Lisa melihat berita mengenai Alex, pemilik perusahaan sekaligus bos besar dirinya. Segera saja dia mematikan televisi itu karena takut An mendengarnya. Lisa ingin menutupi semuanya dari An tentang keluarganya saat ini. Lisa berharap An akan aman dan baik-baik saja di kota ini bersama dirinya. Lisa benar-benar mengharapkan hal itu seperti yang diharapkan oleh Hyun Lee dan kedua orang tuanya.
Sebelumnya, ketika An menghubungi Hyun seorang peretas telah bersiap menemukan lokasinya. Tetapi begitu tak sampai 20 menit komunikasi terputus dan dirinya tidak menemukan lokasi tersebut. Peretas itu menghubungi atasannya memberitahukan bahwa seseorang telah menghubungi nomor ini ( nomor telpon Hyun) dengan tak lain penelepon adalah An, adik Hyun. Atasannya pun meminta dirinya untuk tetap merentas dan mencari tahu keberadaan An. Peretas tersebut harus menemukannya jika tidak nyawanya adalah taruhannya.