Aurel menghembuskan napas berat setelah wawancara selesai. Ia duduk di kursi di sudut lobi, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berdetak cepat. Wawancara barusan berjalan cukup lancar, tetapi bayangan Adrian yang terus memperhatikannya dari kejauhan membuatnya sedikit gugup.
Tiba-tiba, suara notifikasi di ponselnya berbunyi. Email diterima. Dengan jantung berdebar, ia segera membukanya.
> Selamat! Anda diterima sebagai asisten pribadi CEO Magnus Corporation.
Aurel terbelalak. Asisten pribadi CEO?! Bukankah itu berarti…
"Jadi kau benar-benar diterima."
Suara berat itu membuatnya tersentak. Adrian berdiri di depannya dengan tangan di saku celana, ekspresinya tetap dingin, tetapi ada sesuatu di matanya yang sulit diterjemahkan.
"Kak… Aku—"
"Sekarang kau bukan hanya adik iparku, tapi juga bawahanku," potong Adrian. "Mulai besok, kau akan bekerja langsung denganku. Pastikan kau siap."
Aurel mengangguk cepat. "Aku akan berusaha profesional, Kak."
Adrian menatapnya sesaat sebelum berbalik pergi. Namun, sebelum ia benar-benar menjauh, ia berkata tanpa menoleh, "Di kantor, panggil aku Adrian. Bukan Kak."
Aurel mengerjapkan mata. Apa itu tadi?