Chereads / Warisan bulan / Chapter 3 - Legenda Dewi Bulan

Chapter 3 - Legenda Dewi Bulan

Langit biru membentang luas di atas Desa Kiat. Awan tipis melayang perlahan, menciptakan bayangan samar di tanah yang mulai menghangat oleh cahaya mentari. Angin sepoi-sepoi menggoyangkan dedaunan di pepohonan tua yang tumbuh di sekitar akademi pedesaan, membawa suara riang tawa dan obrolan anak-anak yang tengah berlatih.

Di salah satu sudut akademi, di bawah naungan pohon ek besar yang usianya hampir menyamai desa itu sendiri, seorang bocah kecil duduk diam di atas kursi kayu. Tubuhnya mungil, jauh lebih kecil dibandingkan anak-anak lain di sekitarnya. Rambut putih peraknya berkilauan saat tertimpa sinar matahari, kontras dengan kulit pucatnya yang bersih seperti porselen.

Di sampingnya, seorang pemuda remaja duduk bersila di tanah, menopang sebuah buku besar di pangkuannya. Ia memiliki wajah ramah dengan mata cokelat hangat yang memancarkan ketulusan. Namanya Shen Jinhai, salah satu murid terbaik di akademi ini.

"Jadi, Linn," Shen Jinhai tersenyum sambil membalik halaman buku, "apa kau suka membaca?"

Anak kecil bernama Wen Linfeng itu menoleh perlahan, menatap pemuda itu dengan mata biru jernihnya yang bercahaya seperti permata. Ia tidak menjawab, hanya mengangguk pelan. Tangannya yang mungil terulur, menyentuh ujung halaman dengan rasa ingin tahu.

Di kejauhan, seorang gadis kecil berusia sekitar tujuh tahun sedang memperhatikan mereka. Wajahnya bulat dengan pipi sedikit kemerahan, menambah kesan lugu pada ekspresinya. Rambut hitam pekatnya dikuncir dua dengan pita merah kecil di masing-masing sisi. Matanya yang berwarna hijau kecokelatan berbinar penasaran.

Namanya Mei Yulan. Anak perempuan yang selalu ceria dan sering berlarian ke sana kemari tanpa mengenal lelah.

"Heii, Shen Jinhai-gege, kau lagi baca apa dengan Linn?" Mei Yulan berseru sambil berlari mendekat.

Shen Jinhai menoleh dan tersenyum. "Legenda Dewi Bulan," jawabnya sambil menepuk halaman buku dengan lembut.

Mei Yulan memiringkan kepalanya, lalu duduk di sebelah kursi Linn dengan mata berbinar. "Ah, aku tahu legenda itu! Guru Qingshan pernah menceritakannya. Katanya, Dewi Bulan memiliki rambut panjang berkilau seperti perak dan mata yang bersinar seperti langit malam, kan?"

Linn mengangkat wajahnya, menatap halaman buku dengan penuh perhatian. Di sana, sebuah ilustrasi menggambarkan seorang wanita cantik berambut perak yang berdiri di bawah sinar rembulan, memeluk seorang bayi dengan ekspresi penuh kasih sayang, tetapi juga kesedihan yang mendalam.

Di sampingnya, tergambar seorang pria dengan tubuh bersisik kehitaman. Tanduk melingkar di kepalanya, ekor panjang membentang di tanah, dan sayap naga yang sobek terbuka lebar seolah kehilangan kekuatan. Sebuah pedang besar tertancap di dadanya, cahayanya meredup, menandakan akhir dari pertempuran yang telah usai.

Legenda itu mengisahkan kisah tragis tentang Dewi Bulan yang jatuh cinta pada pria berdarah naga—makhluk yang seharusnya menjadi musuhnya. Namun, pria itu mengkhianatinya demi kekuatan yang lebih besar, memaksanya untuk mengakhiri hidup satu-satunya orang yang ia cintai.

Dari cinta yang hancur itu, lahirlah seorang anak. Seorang keturunan yang membawa darah keduanya, takdirnya belum ditentukan, tetapi diwarisi dengan kekuatan yang berpotensi mengubah dunia.

Linn menatap gambar itu lama. Tangannya yang kecil menyentuh ilustrasi sang dewi. Dadanya terasa sesak oleh perasaan aneh yang tak bisa ia jelaskan.

Shen Jinhai memperhatikan ekspresi bocah kecil itu dan bertanya dengan lembut, "Linn, kau menyukai gambar ini?"

Linn mengangguk pelan. Kemudian, dengan suara kecil dan cadel, ia berkata, "Ibu…"

Mei Yulan terkejut. "Eh? Kau memanggilnya 'Ibu'?"

Shen Jinhai ikut terdiam sejenak, tetapi kemudian tersenyum lembut. "Mungkin karena dia terlihat seperti ibu yang baik, ya," ujarnya, menepuk kepala Linn dengan penuh kelembutan.

Namun, di kejauhan, seseorang sedang mengamati mereka.

Berdiri di dekat gerbang akademi, seorang pria tinggi berjubah biru tua dengan bordiran awan perak mengawasi pemandangan itu dengan mata tajam. Rambut panjangnya yang hitam diikat sederhana di belakang kepalanya, beberapa helai berayun tertiup angin.

Ia tetaplah Shen Jinhai—tetapi bukan sekadar murid terbaik di akademi. Di balik identitasnya sebagai pemuda biasa, ia menyimpan pengetahuan dan kepekaan yang jauh lebih dalam dibandingkan yang lain. Dan saat ini, ia tidak bisa mengabaikan sesuatu yang mengusik pikirannya.

Di saat yang sama, seorang wanita berdiri di beranda rumah utama akademi, mengamati dari kejauhan dengan ekspresi lembut. Yue Xiulan, yang telah mengasuh anak ini selama lebih dari setahun, tidak bisa menahan senyum hangatnya saat melihat betapa Linn sudah mulai berbaur dengan anak-anak lain.

Namun, jauh di dalam hatinya, ia merasa… seakan ada sesuatu yang akan terjadi.

Dan ia tahu, suatu hari nanti, jawaban dari semua misteri yang mengelilingi anak itu akan terungkap.