Malam itu, hujan mengguyur tanpa henti. Suara petir bergemuruh di atas langit kelabu, seolah-olah dunia ingin menenggelamkan semuanya dalam kegelapan abadi.
Di antara dinginnya hujan, seorang anak laki-laki berusia sekitar sepuluh tahun tersungkur di atas tanah basah. Napasnya tersengal, tubuhnya penuh luka dan darah yang bercampur dengan lumpur. Matanya yang dulu berkilau kini tampak hampa, kehilangan cahaya yang pernah ada.
Namanya Eldric Arkanis.
Dan malam itu, dia kehilangan segalanya.
---
Keluarga yang Direnggut
Tiga jam sebelumnya, Eldric masih berada di rumah bersama orang tuanya. Sebuah rumah kecil di pinggiran Desa Raevan, tempat kaum lemah tinggal. Desa ini dikuasai oleh Klan Vyreth, salah satu keluarga bangsawan yang mengendalikan wilayah ini dengan tangan besi.
"Kau harus tetap kuat, Nak." Kata Darian Arkanis, ayahnya, sambil mengelus rambut Eldric.
Eldric mengangguk kecil. Ibunya, Selene Arkanis, sedang menyiapkan makanan sederhana untuk mereka bertiga.
Mereka bukan keluarga kaya. Mereka bahkan bukan pejuang. Tapi mereka bahagia. Setidaknya, hingga malam itu tiba.
Tiba-tiba, pintu rumah mereka dihantam keras.
BRAK!
Pintu kayu rapuh itu hancur, dan beberapa pria bersenjata masuk. Mereka mengenakan jubah hitam dengan lambang ular emas melingkar—simbol Klan Vyreth.
"Tangkap mereka." Salah satu pria itu berbicara dingin.
Ayah Eldric langsung berdiri, melindungi keluarganya. "Tunggu! Kami tidak melakukan apa pun!"
Salah satu pria itu menyeringai. "Benarkah? Lalu kenapa kau menyentuh Fragmen Hukum yang dilarang?"
Eldric tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi ayahnya tampak terkejut. "Aku tidak menyentuh apa pun! Aku hanya menemukan pecahan batu itu di hutan! Aku bahkan tidak tahu itu apa!"
Lelaki berjubah hitam itu mendecakkan lidah. "Itu cukup menjadi alasan."
Tanpa peringatan, dia mencabut pedangnya dan menebas ayah Eldric.
Crasch!
Darah menyembur. Tubuh Darian Arkanis terjatuh, matanya terbuka lebar.
"I—ayah?" Eldric membeku.
Ibunya berteriak dan berusaha lari, tetapi pria lain menusukkan belati ke dadanya.
Tug!
Selene Arkanis tersungkur ke tanah, darah mengalir membasahi lantai kayu.
Dunia Eldric hancur dalam sekejap.
Seorang pria berjubah hitam menatapnya. "Bunuh anak ini juga."
Eldric tidak bisa berpikir. Dia hanya bisa melihat mayat kedua orang tuanya, tubuhnya gemetar.
Saat pedang itu hampir menebasnya—
BOOM!
Ledakan tiba-tiba mengguncang rumah mereka. Api berkobar, menghancurkan dinding kayu. Sesosok bayangan muncul dalam kekacauan itu.
"Cepat lari, bocah!" suara itu terdengar kasar.
Seseorang menarik tangan Eldric dan membawanya keluar dari rumah yang terbakar. Dia tidak tahu siapa orang itu, tetapi kakinya otomatis berlari mengikuti.
Hujan turun deras, memadamkan api yang mulai menjalar.
Di belakang mereka, para pria berjubah hitam berteriak. "Tangkap mereka!"
---
Dunia yang Tidak Menerimanya
Eldric terus berlari. Napasnya tersengal, tubuhnya gemetar kedinginan.
Orang yang menyelamatkannya, seorang pria bertopeng, berhenti setelah mereka mencapai hutan.
"Kau anak dari Darian Arkanis?" tanyanya.
Eldric masih terlalu syok untuk menjawab.
Pria itu menghela napas. "Kau tidak bisa kembali ke desa itu. Mereka akan memburumu sampai kau mati."
Eldric akhirnya sadar. Dia telah kehilangan rumahnya. Orang tuanya telah tiada.
Dunia ini telah membuangnya.
Tanpa sadar, air matanya jatuh. Tetapi sesuatu dalam dirinya juga mati malam itu.
Rasa hangat dan kepolosan yang pernah ada dalam hatinya perlahan menghilang. Yang tersisa hanyalah kedinginan.
---
Diburu Tanpa Belas Kasihan
Beberapa hari berlalu. Eldric terus bersembunyi di hutan. Dia tidak memiliki makanan, dan tubuhnya semakin lemah.
Namun, masalahnya tidak berhenti di situ.
Klan Vyreth masih mencarinya.
Mereka percaya bahwa keluarga Arkanis menyimpan sesuatu yang berharga, sesuatu yang bisa mengubah nasib dunia ini.
Pada hari kelima, Eldric hampir mati kelaparan. Saat itulah dia tertangkap.
Beberapa pria berjubah hitam menemukannya di tepi sungai.
"Akhirnya kau ditemukan."
Salah satu dari mereka menendang Eldric, membuatnya terjatuh ke tanah.
Dia terlalu lemah untuk melawan.
"Anak ini harus dibawa kembali ke tuan kita."
Tapi sebelum mereka bisa menyeretnya—
CRACK!
Sebuah ledakan energi muncul dari Eldric.
Semua orang terdiam. Mereka bisa merasakan sesuatu yang aneh dari bocah ini.
Sesuatu yang seharusnya tidak ada dalam dirinya.
Mata Eldric melebar. Dia bisa merasakan sesuatu dalam tubuhnya. Sesuatu yang bergetar di dalam darahnya, seolah-olah… sesuatu yang telah terkunci lama mulai terbuka perlahan.
Pria berjubah hitam itu mundur selangkah. "Apa ini? Kenapa auranya berubah?"
Namun, sebelum mereka bisa melakukan apa pun, suara gemuruh terdengar dari kejauhan.
Sebuah bayangan besar melompat dari pepohonan—
Seekor binatang buas raksasa!
GRRRROAAAAA!!!
Hewan itu menerjang, mencabik salah satu pria berjubah hitam dalam sekejap. Darah menyembur ke mana-mana.
Kesempatan itu dimanfaatkan Eldric. Dengan sisa tenaga, dia berlari masuk ke dalam hutan.
Para pria berjubah hitam terlalu sibuk menghadapi monster itu untuk mengejarnya.
Eldric terus berlari. Dia tidak tahu ke mana, yang dia tahu hanya satu hal—
Dia harus bertahan hidup.
---
Arah Baru
Beberapa jam kemudian, Eldric tiba di sebuah gua yang tersembunyi. Nafasnya masih tersengal, tubuhnya penuh luka dan lumpur.
Namun, saat dia melangkah masuk ke dalam gua, matanya tiba-tiba melihat sesuatu.
Sebuah altar batu yang tertutup debu, dengan lambang yang samar-samar terlihat di permukaannya.
Simbol itu… entah kenapa terasa familiar.
Saat tangannya menyentuhnya, sebuah suara bergema di dalam pikirannya.
"Akhirnya kau datang… Pewaris terakhir…"
Eldric membelalakkan matanya.
Dan itulah awal dari semuanya.
---