Chereads / Mahkota hancur, nama yang terlupakan / Chapter 2 - Bab 2 - Warisan yang Terlupakan

Chapter 2 - Bab 2 - Warisan yang Terlupakan

Gua itu terasa dingin dan sunyi. Cahaya bulan yang masuk dari celah-celah batu menerangi altar batu berdebu di depan Eldric. Tangannya masih gemetar setelah mendengar suara yang bergema di dalam kepalanya.

"Akhirnya kau datang… Pewaris terakhir…"

Suara itu terasa asing, tetapi sekaligus akrab. Seakan-akan sesuatu yang telah lama tersembunyi dalam dirinya baru saja terbangun.

Eldric menguatkan dirinya dan melangkah mendekat. Tangannya perlahan menyentuh permukaan altar.

BZZT!

Kilatan cahaya keemasan melesat dari altar, menyelimuti tubuhnya dalam sekejap. Eldric tersentak, rasa panas menjalar dari telapak tangannya ke seluruh tubuh.

Tiba-tiba, kesadarannya terseret ke dalam kegelapan.

---

Ingatan yang Terkubur

Saat Eldric membuka matanya, dia tidak lagi berada di dalam gua.

Dia berdiri di sebuah ruang kosong yang luas, dipenuhi bintang-bintang redup yang berkelap-kelip di kejauhan. Di depannya, berdiri sosok tinggi berjubah hitam dengan mata bersinar keemasan.

"Eldric Arkanis..." Suara berat itu menggema.

Eldric menatap tajam. "Siapa kau?"

Sosok itu tersenyum samar. "Aku adalah penjaga warisan ini. Dan kau... adalah pewaris terakhir."

Kata-kata itu membuat Eldric mengernyit. "Warisan? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan!"

Sosok berjubah hitam mengangkat tangannya, dan seketika, gambar-gambar mulai muncul di sekitar mereka.

Dia melihat perang yang mengerikan—ribuan pejuang berjatuhan, dunia terbakar, dan langit terbelah. Di tengah kehancuran itu, berdiri seorang pria dengan mata bersinar emas, menghunus pedang raksasa yang berdenyut dengan energi tak dikenal.

"Eldric... Keluargamu bukanlah keluarga biasa. Kau adalah keturunan terakhir dari garis darah yang pernah mengguncang dunia."

Eldric menahan napas.

"Dan karena itulah, dunia menginginkan kematianmu."

Gambar-gambar itu memudar, dan ruangan kembali gelap.

"Aku akan memberimu apa yang seharusnya menjadi milikmu," lanjut sosok berjubah hitam. "Tetapi ingat, kekuatan sejati bukanlah sesuatu yang diberikan begitu saja. Kau harus mengambilnya dengan darah dan penderitaan."

Seketika, rasa sakit yang luar biasa menusuk ke dalam tubuh Eldric.

"AAARRRGGHH!!"

Darahnya terasa mendidih, seolah-olah ada sesuatu di dalam dirinya yang sedang terbangun. Gambar-gambar aneh muncul di benaknya—simbol-simbol asing, mantra-mantra kuno, dan kekuatan yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya.

Saat kesadarannya kembali, Eldric tersungkur di lantai gua. Napasnya tersengal, keringat dingin membasahi tubuhnya.

Namun ada yang berbeda.

Di dalam dadanya, dia bisa merasakan sesuatu. Sebuah kekuatan yang sebelumnya tertidur, kini mulai bangkit perlahan.

Dan untuk pertama kalinya, dia menyadari satu hal—

Dia tidak lagi lemah.

---

Pemburu dalam Kegelapan

Di luar gua, hujan masih turun deras.

Namun, bahaya belum berakhir.

Beberapa sosok berjubah hitam diam-diam bergerak di antara pepohonan, mata mereka tajam menelusuri jejak yang ditinggalkan Eldric.

"Dia tidak bisa lari jauh."

Pemimpin mereka, seorang pria berambut perak dengan mata penuh kebencian, berhenti di depan mulut gua.

"Di sini..." gumamnya. "Aku bisa merasakan auranya."

Dia memberi isyarat kepada bawahannya. "Kepung tempat ini. Jangan biarkan bocah itu lolos."

Dalam sekejap, belasan pembunuh bergerak dalam keheningan, mengepung gua dari segala arah.

Di dalam, Eldric merasakan hawa membunuh yang mendekat. Matanya menyipit.

Mereka datang.

Tapi kali ini, dia tidak akan lari.

Dia akan membunuh mereka semua.

---