bandung ,12 juli 2012.
Hari itu, awal semester di kelas 3 SD, aku sedang duduk diam di bangkuku, menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong seperti biasa. Tidak ada yang spesial—hanya hari lain yang harus dilewati di sekolah.
Namun, suasana kelas tiba-tiba menjadi sedikit berisik. Seorang anak baru datang, ditemani Bu Heni, wali kelas kami.
"Anak-anak, ini teman baru kalian. Perkenalkan namanya," kata Bu Heni sambil menatap anak itu dengan senyum hangat.
Gadis itu maju selangkah, tampak agak canggung, tetapi tetap tersenyum.
"Hai, aku Alma !" katanya dengan suara yang ceria.
Aku melihatnya sekilas. Rambutnya dikuncir dua, matanya berbinar, dan dia tampak seperti tipe anak yang mudah bergaul.
"Silakan duduk, Alma. Kamu bisa duduk di bangku kosong di sebelah Alvin," kata Bu Heni sambil menunjuk bangku kosong di sebelahku.
Aku sedikit terkejut. Biasanya, anak-anak baru duduk di belakang, tapi entah kenapa kali ini Bu Heni langsung menempatkannya di sebelahku.
Saat dia berjalan ke arahku, aku menegakkan punggungku sedikit, bersiap menghadapi kenyataan bahwa sekarang aku punya teman sebangku baru.
Saat dia berjalan ke arahku, aku menegakkan punggungku sedikit, bersiap menghadapi kenyataan bahwa sekarang aku punya teman sebangku baru.
"Hai," sapanya sambil duduk dan meletakkan tasnya.
Aku hanya mengangguk pelan.
Dia menatapku sebentar, lalu menyandarkan punggungnya di kursi. "Kamu pendiam banget, ya?"
Aku menoleh sebentar, lalu mengangkat bahu. "Hmmm."
Alma tersenyum kecil. "Oke. Berarti aku bakal jadi yang paling banyak ngomong di sini."
Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa pertemuan ini akan mengubah banyak hal dalam hidupku.