Hamburg, Jerman.
Malam ini, Aidan memilih untuk menikmati secangkir kopi di ruang tamunya yang sangat luas. Ditemani dengan beberapa cemilan ringan, ia semakin dibuat betah berlama-lama duduk di sofa empuk untuk merebahkan lelahnya usai menyelesaikan sebuah kasus.
Bagi Aidan, sebetulnya rumah ini terlalu luas untuk ditinggali seorang diri. Namun, mau bagaimana lagi? Rumah ini adalah bentuk insentif yang diberikan oleh perusahaan tempatnya bekerja--Vanguard Detective, karena performanya yang cemerlang belakangan ini. Bagaimana tidak? Dalam satu bulan terakhir, Aidan berhasil menyelesaikan 7 kasus pembunuhan. Membuat ia dinobatkan sebagai detektif tercerdas di perusahaan tersebut. Dengan kegemilangannya, Aidan mulai merasa bahwa tidak ada kasus yang tidak bisa ia pecahkan dengan kepalanya.
"Berita terkini mengabarkan! Malam ini, terjadi sebuah kasus pembunuhan yang menimpa seorang tokoh terkenal bernama Dr. Miriam Kassler."
Aidan segera meneggakan tubuhnya yang tengah bersandar pada sofa empuk. Rautnya serius. "Dr. Miriam Kassler ditemukan meninggal di ruang kerjanya dengan luka yang sangat mengenaskan. Polisi yang telah mendatangi TKP menemukan bahwa anak satu-satunya Dr. Kessler--Sarah Kessler, berada di tempat kejadian dan mengalami trauma yang berat. Polisi menyatakan bahwa ini bukanlah kasus pembunuhan biasa dan akan segera dilakukan investigasi mendalam."
Aidan masih ternganga. Tak percaya. Dr. Kessler terkenal dengan banyaknya bodyguard yang menjaganya. Ia juga merupakan tokoh public yang sangat terkenal. Untuk membiarkan sebuah kasus pembunuhan terjadi padanya, rasanya sangat mustahil. Kasus-kasus yang ditangani oleh Aidan memang cukup sulit. Namun, kebanyakan dari kasus tersebut menimpa orang-orang dengan tingkat keamanan yang rendah. Berbeda dengan kasus yang sedang ia tonton dalam berita televisi saat ini. Meski samar-samar, Aidan merasakan sebuah bahaya dan kejahatan yang sangat gelap dalam kasus tersebut.
"Drttt-Drttt." Sebuah panggilan telpon masuk.
"Iya, pak?" Sahut Aidan setelah mengangkat telpon tersebut.
"Kamu tahu berita terbaru malam ini, Aidan Reeve?" Tanya Liam Caldwell--Seorang mantan agen pemerintah yang kini mengelola perusahaan detektif swasta dan menjadi bosnya Aidan.
"Ya, pak. Aku baru saja menonton beritanya," ucap Aidan ragu.
"Ini adalah kasus besar. Banyak orang-orang dari Kessler Technologies yang menghubungiku untuk menangani kasus ini." Liam menjeda.
"Aku menunjukan untuk menangani kasus ini, apakah kamu siap?" Aidan menelan ludahnya berat.
"Bagiamana, Aidan? Apa kamu ragu?" Tanyanya lagi.
"Ini kasus besar, pak. Apakah bapak sendiri yakin untuk menyerahkannya padaku?" Tanya Aidan memastikan.
"Kamu adalah detektif muda tercerdas yang aku miliki. Dengan bakatmu, aku yakin kamu bisa menyelesaikan kasus ini," ucap Liam mantap.
"Bolehkah aku mengobservasi TKP terlebih dahulu sebelum memutuskan?"
"Dengan senang hati, Aidan. Segera aku kirimkan assisten-ku untuk menjemputmu sekarang."
"Baik."
Aidan pun segera bersiap untuk pergi ke tempat TKP. Tujuannya adalah ingin menilai sebesar dan seberbahaya apa kasus ini. Jika dirasa kasus ini bisa mengancam nyawa orang-orang yang ia sayangi, tentu Aidan tidak akan mau menangani kasus ini.
Aidan memasukkan sebuah note dan pulpen ke tasnya. Ia juga memasukkan sarung tangan, meteran, dan alat otopsi.
"Baiklah, semoga tidak terlalu merepotkan."
######
Tokyo, Jepang.
Saras Kessler tinggal di kantor pusat Kessler Technologies departemen penelitian. Sebagai anak dari pemilik perusahaan teknologi canggih masa depan, Saras menjabat sebagai ketua departemen dan bertanggung jawab untuk menghasilkan temuan-temuan baru tentang teknologi. Sejak muda, Saras sangat tertarik dengan dunia teknologi dan berniat untuk membantu ayahnya dalam menciptakan teknologi-teknologi masa depan. Ia menyelesaikan studi sarjana teknologi informasinya di Stanford University. Kemudian, ia mendapatkan gelar Magisternya di Massachusetts Institute of Technology. Tak heran, di umurnya yang genap 28 tahun, Saras telah menemukan temuan teknologi yang sangat membantu perusahaan ayahnya seperti rekayasa biometrik dan genetik, serta Saraslah yang telah menemukan dan mengembangkan teknologi Implants chip ke dalam otak.
Gedung departemen yang Saras pimpin ini bersebelahan dengan ruang ayahnya yang berada di departemen teknisi dan pengembangan, membuat Saras bisa dengan mudah mengunjungi ayahnya jika ada waktu luang.
Sore ini, di sepanjang lorong penghubung antara departemen penelitian dengan departemen teknisi dan pengembangan terasa sangat ramai. Banyak orang lalu lalang dengan berbagai pekerjaannya. Wajar saja, hari ini adalah hari di mana teknologi baru dalam mobil listrik akan diluncurkan secara global. Teknologi yang ditanamkan dalam mobil listrik tersebut adalah penerapan dari sistem rekayasa biometrik dan genetik. Sehingga, mobil listrik tersebut akan lebih terjaga keamanannya.
Saras ditemani oleh satu-satunya orang yang ia percayai, asisten pribadinya--Eloise Nicole, yang telah lama ia kenal. Tak lupa, Saras juga membawa robot kesayangannya yang ia ciptakan sendiri untuk pertama kali. Robot ini menyimpan banyak data pribadi Saras, ia disistem dengan Rekayasa Genetik dan Artificial Intelligence sehingga sebanyak apapun apapun data yang dimasukkan oleh Saras akan tetap terjaga dengan aman.
"Katanya, nona Saras ingin membawakan kue spesial untuk tuan Kessler?"
"Tidak apa-apa, Loise. Hari ini kita berdua sangat sibuk, jadi mungkin besok?" Jawab Saras.
"Kalau begitu, akan saya siapkan dengan benar. Sehingga sebanyak apapun jadwal yang ada, kita bisa tetap membuatkan kue yang enak untuk tuan Kessler." Saras tersenyum.
"Ayo, lebih cepat. Aku ingin berbincang banyak dengan ayahanda hari ini." Loise mengangguk dan mengikuti kecepatan langkah Saras yang bertambah.
Hari ini, sebetulnya Saras ingin menceritakan tentang pria yang ia cintai--Adrian Hawke. Saras telah mengenal pria itu sejak menjalani studi sarjananya. Mereka juga telah menjalani hubungan begitu lama tanpa diketahui oleh Dr. Kessler. Alasannya karena Adrian kini hanya bekerja sebagai teknisi di perusahaan Kessler Technologies. Kemarin, Adrian berkata bahwa ia berniat untuk menikahi Saras. Namun, ia tidak punya cukup keberanian. Maka dari itu, kini Saras berniat untuk berbicara dengan ayahnya untuk merestui cinta mereka berdua.
Sesampainya di ruangan Dr. Kessler, Saras masuk sendiri tanpa ditemani Eloise dan robotnya. Saras mendapati bahwa ayahnya kini sedang berbincang dengan asistennya--Ethan Blake. Ethan Blake adalah seorang ilmuwan kepercayaan Dr. Kessler yang sangat ahli di bidang teknologi. Mereka kini sedang berbincang mengenai sesuatu yang sangat serius, dan Saras memilih untuk menunggu di belakang.
Lama waktu berlalu, matahari kini telah terbenam. Namun, percakapan mereka berdua masih saja belum selesai. Padahal, sebentar lagi akan ada peluncuran mobil listrik terbaru. Saras yang telah lama mengepalkan kedua tangannya menahan sabar, kini memilih untuk angkat suara.
"Ayah," Panggil Saras agak kencang dari belakang.
Dr. Kessler menolehkan pandangannya ke arah Saras. "Bisa kamu tunggu sebentar?Ayah sedang membahas sesuatu yang penting saat ini."
Saras menghembuskan napasnya. Ia lalu melihat jam yang melingkar di tangannya. "Sudah pukul tujuh," gumam Saras. Ini adalah waktu peluncuran dilaksanakan. Benar saja dugaannya, Saras tidak akan mendapatkan jatah berbincang dengan ayahnya.
"Ayah, ini sudah pukul tujuh malam. Agenda peluncuran mobil listrik terbaru kita akan dilaksanakan," ucap Saras mengingatkan.
Dr. Kessler kembali menatap Saras. Namun, kali ini dengan mimik yang agak kesal. "Biarlah! Aku sudah mengatur orang-orang dalam peluncuran tersebut sehingga aku tidak perlu hadir," sahut Dr. Kessler dengan nada sedikit jengkel.
Aneh, pikir Saras. Seharusnya agenda ini dihadiri oleh ayahnya. Namun, kenapa malah ia membatalkannya dan memilih orang lain untuk mewakilinya? Tidak seperti ayahnya saja, pikir Saras.
Saras merasakan bahwa keadaan di luar mulai sepi. Ia juga menduga bahwa mungkin Eloise pergi membawa robotnya untuk menghadiri peluncuran. Sementara, Saras memutuskan untuk tetap menunggu ayahnya karena sudah terlanjur menunggu terlalu lama.
Tidak selang lama, Saras mendengar adanya derap langkah kaki mendekati ruangan ini. Saras merasakan hawa yang tidak mengenakkkan.
Pintu ruang ayahnya terbuka. Kemudian, lima orang berpenampilan seperti tentara dengan membawa senjata api masuk. Pasukan itu segera menodongkan senjatanya kepada Dr. Kessler. Tentu saja Saras panik. Keringat dingin keluar dari kulit-kulit dahinya. Ia merasa bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Sementara itu, Dr. Kessler yang melihat ini tidak kalah terkejut. Ia segera bangun dari kursinya dan mengangkat kedua tangan.
"Apa yang kalian mau?! Siapa kalian?!" Dr. Kessler panik.
"Tidak usah bertanya!" Satu penuluru pun meluncur ke arah dada Dr. Kessler. Ia segera terjatuh dan meringis kesakitan.
Ethan terjatuh dari kursi saking paniknya melihat kejadian ini. "K-kenapa kalian?!" Ucapnya gelagapan.
Sementara Saras yang melihat ayahnya ditembak di depan matanya berterisk histeris. Ia terduduk di sisi ruangan sambil memeluk lutunya sendiri, ketakutan. Air mata tak kuasa ia bendung.
Seorang tentara pun berjalan mendekati Dr. Kessler. Lalu, ia diseret dan berbaring tepat di hadapan Saras.
Saras yang melihat darah mengucur dari dada ayahnya tak kuasa menahan tangis histerisnya. Sementara yang bisa dilakukan Dr. Kessler hanyalah menatap wajah anaknya yang ketakutan sambil menahan sakit.
"Bodoh! Aku menyeretmu ke hadapan putrimu agar kau mengucapkan kata-kata terakhir. Namun, nampaknya sia-sia." Tentara itu pun segera mengeluarkan pisau yang ada di saki celananya. Ia segera menggorok leher Dr. Kessler tepat di hadapan Saras. Darah bersimbah. Saras semakin histeris hingga tangisnya kini sudah tidak lagi mengeluarkan suara. Sementara Dr. Kessler hanya sesegukan sambil tetap menatap wajah anaknya, menunggu darah habis dan nyawa meninggalkan tubuhnya.