Nexussion merupakan energi penciptaan dan kehancuran yang belum di ketahui di mana asal-usulnya, serta dari mana energi itu berasal, Mereka hanya dapat menjelaskan Nexussion dengan sebutan energi purba yang menciptakan alam semesta beserta semua kehidupannya, Semua ruang dan waktu serta jiwa, kesadaran dan emosi, semua itu berasal dari Nexussion.
Nexussion sendiri di sebut dengan sebutan" Nevalion Genesis" itu adalah momen awal penciptaan segala-galanya, Nexussion kemudian memadat menjadi sebuah energi dan membentuk alam semesta beserta planet-planet, bintang-bintang dan mahkluk hidup, Kemudian para dewa yang di kenal sebagai"The akashic" Menggunakan energi Nexussion untuk membuat dunia, namun hal itu berakibat fatal.
Energi Nexussion itu bukanlah energi biasa, melainkan energi yang sangat liar untuk di kendalikan, Ketika para dewa The Akashic mencoba memanfaatkannya, tubuh mereka menjadi hancur karna menggunakannya terlalu banyak Nexussion, akibat hancurnya beberapa Akashic membuat fenomena baru terjadi yang bernama"Nexian node" sebuah titik-titik atau gumpalan energi yang memungkinkan mahluk fana untuk mengaksesnya menjadi kekuatan.
Nexian node awalnya adalah eksperimen yang di lakukan oleh para dewa, namun eksperiman itu berujung pada bencana ketika para nexian Menjadi terlalu kuat dan memiliki kesadaran sendiri, akibat itu perang terjadi antara The Akashic melawan Para Nexian, yang di kenal dengan perang"Rift Abyss atau keretakan jurang dimensi, Perang itu membuat Energi Nexussion mengalamai kebocoran dan menyebar ke seluruh tatanan alam semesta, Kehancuran dan keretakan dimensi di mana-mana.
Salah satu The Akashic mengorbankan nyawanya bersama seluruh energi kehidupan yang dia miliki untuk menutup kembali kebocoran dari Nexussion, dia bernama Lucavius, seorang dewa kehidupan, Dia menggunakan kekuatannya yang bernama" Lux Divine" sebuah energi cahaya yang dapat menyerap energi kehancuran dan menetralkannya, berkat itu kebocoran Nexussion terhenti, tapi apakah itu semua benar-benar telah berakhir.
***
"Huff... Sepertinya aku sudah semakin mahir untuk mengendalikan energi Nexianku" ucap Pemuda yang berlatih di tepi sungai yang di suguhi pemandangan indah di sekelilingnya, suara pohon yang bergoyang karna hembusan angin, serta kicauan dari suara burung yang hinggap di pepohonan."
"Ini pangeran, handuknya" ucap seorang wanita berpakaian pelayan mendekatinya."
"Ah, terima kasih Felicia."
"Oh ya pangeran, aku mau tanya? Kenapa anda memalsukan Level Nexian yang anda miliki, padahal anda sehebat ini.?
"Hm.. aku hanya tidak ingin mencolok saja"ucapnya dengan nada rendah yang di iringi senyuman tipis di pipinya, seolah-olah dia memiliki alasan lain yang tidak ingin dia sebutkan."
"Tapi... aku benar-benar kesal, mereka semua menyebut anda sebagai orang yang gagal, pangeran Cael, ternyata tidak berbakat, bahkan di anggap sebagai aib kerajaan, mendengar ocehan mereka membuatku semakin marah, serasa inginku cabik-cabik tubuhnya ketika mereka menghinamu pangeran.
"Sudahlah, tidak ada yang perlu di pusingkan, lebih baik kita hidup dengan cara kita sendiri, karna aku yang tampan ini hanya tidak mau terlihat mencolok."
"Ha ha ha, Pangeran memang tidak pernah berubah ya."
"Itu sudah tentu, oh ya, omong-omong Felicia, sepertinya mereka telah kembali melakukan pergerakan diam-diam."
"Maksud anda Blood Red?"
"Ya, soalnya tadi malam, aku sempat ingin uji coba sihir baru yang aku pelajari di ujung hutan ini, aku menemukan mereka sedang membahas sesuatu di dalam goa di dekat situ."
"Apa yang mereka bahas?"
"Seperti biasa, mereka ingin mengambil Artefak kuno yang ada di istana ini. Jadi malam ini, kita akan menyambut mereka," ucap Cael dengan senyuman jahatnya, sambil memandang ke arah Felicia.
"Ha ha ha, mereka memang bodoh. Meskipun mereka berhasil mengambil Artefak Nexian itu, belum tentu mereka bisa menggunakannya."
"Kau benar Felicia. Sepertinya mereka hanya orang-orang bodoh yang haus akan kekuatan."
"Ah... mereka itu memang ada-ada saja"ucap Felicia dalam hatinya sambil berpikir tentang Nexian."
Malam harinya pun tiba, yang di selimuti kegelapan malam yang hanya di terangi oleh cahaya bulan, Cael dan Felicia sedang mengintai mereka dari atap gedung yang tinggi, berada di dekat Perpustakaan di kerajaan Avalona, Perpustakaan itu bernama"Loneria, tempat yang menyimpan benda-benda kuno serta Artefak tentang Nexian.
"Pangeran, sepertinya mereka masih belum datang."
"Mungkin sebentar lagi mereka akan muncul."
"Ah... kita sudah seperti pencuri saja, malam-malam berada di atas gedung seperti ini"ucap Felicia sambil menatap ke arah Cael " Apapun yang anda lakukan pangeran, aku pasti akan selalu ada di sisimu" ucapnya dalam hati.
"Ha ha ha, mau bagaimana lag... ah... itu mereka mulai bergerak."
Dari gedung tempat mereka berdua berdiri, mereka dapat melihat anggota dari Blood Red yang bergerak diam-diam di atas bangunan dengan pakaian serba hitam, mereka berjumlah 5 orang.
"Felicia, ayok" ucap Cael dengan isyarat mata pada Felicia.
Mereka kemudian segera menuju ke Perpustakaan itu lebih dulu, dengan lewat jalur yang berbeda dari mereka, yaitu jalur bawah tanah yang hanya sedikit orang tau.
***
"Hik! Hik! Hik, sepertinya perpustakaan itu tidak ada penjaganya."
"Anda benar tuan, kalo seperti ini, kita dengan mudah dapat mengambil bola kristal"Orb Frosmira itu."
"Kau benar, aku sudah tidak sabar lagi ingin mendapatkannya."
"Ayo, kita langsung masuk saja, agar kita bisa cepat pergi dari sini."
"Baik tuan."
Mereka akhirnya memasuki Perpustakaan Loneria. Di awal, tempat itu terlihat seperti perpustakaan biasa, dengan rak-rak buku yang berjajar rapi dan suasana hening yang menyelimuti. Namun, mereka sudah mengetahui rahasia tersembunyi di balik perpustakaan ini. Tanpa ragu, mereka langsung menuju salah satu rak buku yang menyembunyikan sebuah pintu di belakangnya.
"Di sini, di sini tempat mereka menyimpan Artefak kuno ini" ucap pria dengan rambut merah itu sambil membuka pintu rahasia yang ada di balik rak buku itu, kemudian mereka langsung menutup rapat kembali agar tidak ada orang yang curiga tentang keberadaan mereka.
Setelah mereka masuk, tampak jelas dari kejauhan sebuah cahaya bola biru yang bersinar terang, dan itu adalah Artefak yang mereka cari-cari selama ini, yang mengandung kekuatan hebat di dalamnya.
"Ha ha ha, ini dia, sekian lama aku mencarinya akhirnya aku menemukan Artefak ini"ucap pria itu sambil melihat bola kristal itu dengan tatapan jahatnya.
"Anda benar tuan, dari melihatnya saja, aku sudah dapat merasakan kekuatan Nexian yang ada di dalam Kristal ini.
Tampa pikir panjang, mereka langsung meraih bola Kristal itu, ketika mereka hendak memegangnya, mereka terkejut dengan suara dahakan seseorang dari belakang mereka.
"Ehem Ehem."
"Siapa itu?" sahut mereka kaget sambil melihat ke arah sumber suara dahakan itu."
"Ha ha ha, aku kira tadi apa, ternyata hanya seorang anak kecil" ucap Mereka sambil tertawa memandang ke arah Cael."
"Bocah! Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya mereka sambil berjalan mendekat perlahan ke arah Cael."
"Hah? Harusnya aku yang bertanya seperti itu, apa yang kalian lakukan di perpustakaan ini.?" Jawab Cael dengan tenang.
Clik! Sing!
Salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah Belati dari belakang dan menusuk Cael, tapi dengan mudah Cael dapat menghindarinya, Cael masih berdiri dengan tegap tampa ada rasa takut di wajahnya setelah menghindari serangan itu.
"Sialan, bocah ini cukup gesit" ucap salah satu dari mereka menggeram dan kembali menarik Belati di tangannya.
"Oi... Gyss, apa yang kau lakukan, cepat bunuh bocah itu" teriak salah satu temannya.
"Berisik! Aku akan melakukannya dengan cepat"dia kembali menyerang Cael dengan Belatinya, namun serangannya tetap gagal mengenai Cael.
"Hoho... ada apa paman?, apa kau sudah menyerah" ucap Cael sambil melihat dengan nada mengejek memandang pria itu."
"Cih... apa-apaan bocah ini, gerakannya sangat cepat dan sulit dibaca" gerutunya dalam hati sambil memikirkan cara untuk menyerang Cael kembali.
"Aggghhhh!!!
Dari belakang terdengar suara teriakan temannya, ketika dia menoleh, matanya membelalak kaget, ia benar-benar terkejut dengan apa yang dia lihat, kepala dari teman-temannya terpisah dari badannya, tergelatak di tanah, darah segarnya mengalir keluar yang menambah kengerian suasana di tempat itu. Ekspresi ketakutan yang masih nampak di wajah mereka, seolah menggambarkan perasaan mereka yang terakhir kalinya.
"Aaaaaaaaa!!! Dia berteriak dengan keras, menandakan ketakutan luar biasa yang dia rasakan. Kakinya gemetar serta keringat dingin yang bercucuran di wajahnya, setelah melihat rekannya.
"Ah... kau memang tidak kenal ampun ya Felicia" ucap Cael sambil memandang ke arah Felicia dengan pakainnya yang di penuhi dengan percikan darah.
"Am... ampuni saya, ja... jangan bunuh saya" ucap Pria itu sambil bersujud di hadapan Cael."
"Baik paman, aku akan melepaskanmu" ucap Cael dengan senyuman sinis menyeringai, ia mendekatkan wajahnya ke arah pria itu, mata biru terangnya menandakan dia menikmati susana melihat musuhnya ketakutan di malam sunyi yang hanya di terangi cahaya dari obor.
Pria yang masih menundukan kepalanya itu mengangkat wajahnya, tapi ekspresi nya langsung berubah menjadi keputusasaan setelah melihat senyuman Cael. Dia dapat merasakan kekejaman dari senyuman tersebut.
"Waktumu, telah habis paman. Dan matilah...,"
"Tidakkkk!!!!