Chereads / LEGACY OF THE FALLEN GODS / Chapter 4 - Hyperspace

Chapter 4 - Hyperspace

Pada era Mytical Genesis, para Dewa The Akashic, melakukan sebuah uji coba, mengenai Energi Nexussion, mereka beranggapan bahwa Nexussion memiliki sebuah potensi untuk menciptakan fenomena yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu, Hyperspace, Hyperspace adalah fenomena yang sangat sulit untuk di akses dan hanya dapat dilalui dengan kekuatan bernama, Celestial Veil.

Celestial Veil adalah energi primodial yang memungkinkan entitas tertentu untuk melakukan perjalanan melintasi dimensi atau ruang waktu, namun, kekuatan ini bukan tanpa risiko-hanya sedikit yang mampu menguasainya, dan ada harga yang harus di bayar untuk menggunakan kekuatan tersebut sangat besar.

Sampai sekarang belum ada satupun, yang dapat mengakses fenomena Hyperspace tersebut, mereka beranggapan itu hanyalah sebuah mitos belaka, tapi pada dasarnya, itu nyata adanya. Hanya saja kunci untuk mengaksesnya tidak ada lagi, kekuatan Celestial Veil telah menghilang jutaan tahun yang lalu.

***

"Apakah? ada yang berhasil mendapat Artefak itu?" Tanya seseorang dengan wajah serius menatap kesekeliling meja bulat di depannya.

"Hasilnya tetap sama tuan, mereka selalu gagal mendapatkannya," jawab pria berambut merah, yang tak lain adalah Zelian.

"Oi, Zelian. Pasukanmu benar-benar tidak ada gunanya sama sekali?" sahut pria yang berada duduk di samping Zelian, dengan senyum sinis menghiasi wajahnya, dia bernama Navi Solvian.

"Apa maksudmu, sialan?" balas Zelian, matanya tajam menusuk ke arah navi.

"Pasukanmu sama tidak bergunanya dengan dirimu," sindir Navi tampa ragu.

"Mendengar itu, emosi Zelian langsung memuncak, dia berdiri dengan kasar dan hendak menyerang Navi, tetapi segera di hentikan oleh seseorang bernama, Raven Gremory.

"Kalian berdua, berhenti!" ucap Raven dengan suara lantang." Dasar bodoh, apa kalian lupa, kenapa kita berkumpul di sini hah?"

"Mo-mohon maaf, tuan, kami hanya... terbawa emosi tadi," ucap Zelian sambil menundukkan kepalanya.

"Navi, kau selalu mencari masalah dengan Zelian," tambah seorang wanita yang duduk di depan Navi, dia bernama" Rose Veylin.

"Ya, ya, aku minta maaf," sahut Navi, meskipun lirikan matanya masih menusuk Zelian.

"Cih..." Zelian mendecak kesal, namun memilih diam.

"Raven memandang sekeliling meja bulat di depannya." Kenapa kita masih berenam, dimana Liam?" Tanyanya.

"Kami juga tidak tahu, tuan. Tidak biasanya dia terlambat seperti ini," jawab Rose dengan nada bingung.

"Hmm..."Raven menghela napas, matanya menyipit seolah memikiran sesuatu, kalo gitu kita mulai aja rapat untuknya sekarang.

"Baik, tuan." jawab mereka semua.

"Soal rencana kita kedepannya mengenai Artefak itu, saat ini kita baru memiliki enam Artefak. Kita membutuhkan enam lagi untuk mencapai tujuan kita."

"Enam lagi ya... Kristal es Orb Frosmira ada di kerajaan Avalona. Lalu, di mana sisanya berada?" ucap Rose sambil merenung, kedua tangannya berada di dagunya.

"Tuan, izinkan saya yang mengambil Artefak itu di kerajaan Avalona," ucap Navi sambil melirik tajam ke arah Zelian.

"Hoho... kamu pikir mudah mengambil Artefak itu di kerajaan Avalona? apalagi sekarang mereka pasti sudah lebih waspada," balas Zelian dengan nada mencemooh.

"Oi, oi, jangan samakan aku dengamu, orang gagal, diam saja," ejek Navi dengan senyum penuh provokasi.

"Apa kau bilang, sialan?!" bentak Zelian, menatap tajam ke arah Navi.

"Zelian," potong Raven, suara tegas namun tenang," untuk sekarang, misi itu di berika pada Navi, apa dia bisa atau tidak.

"Tenang saja, tuan. aku pasti menyelesaikan misi itu dengan mudah," sela Navi, wajahnya penuh percaya diri.

Raven kemudia memandang semua orang di ruangan itu. "Apakah kalian setuju?"

Setelah beberapa hening, akhirnya mereka semua orang setuju dengan keputusan itu.

Saat suasana mulai tenang, Rose angkat bicara. "Tuan... beberapa hari yang lalu, aku tidak sengaja bertarung dengan seseorang yang memakai pakaian serba hitam. Dia sangat kuat."

"Pakaian serba hitam?" ulang Raven sambil merenung. "Aku tidak pernah mendengar tentang seseorang seperti itu."

"Aku juga tidak pernah mendengar," sahut Gorgon, pria berbadan besar yang duduk di sudut ruangan. Suaranya berat, namun ada nada waspada di dalamnya.

"Hmm, Rose, apa anda tanda atau jejak, yang dia tinggalkan ketika kamu bertarung dengannya,?" tanya Raven.

"Tidak ada tuan, dia sepertinya sangat ahli untuk tidak meninggalkan jejak sedikitpun.

"Begitu ya," jawab Raven sembari berpikir.

Kemudian Zelian angkat bicara," tuan... apa mungkin mereka juga dari organisasi tertentu.?

"Seperti yang kamu bilang, mungkin itu benar," Balas Raven.

"Hoho... sepertinya ini semakin menarik," ucap Navi dengan senyuman jahatnya.

"Kalian semua, mulai sekarang, lakukan tugas kalian seperti biasa," ucap Raven pada mereka semua.

"Baik tuan."

Mereka semua masih berpikir tentang kemungkinan terjadi, setelah beberapa menit kemudian, mereka selesai mengadakan rapat, dan satu orang lagi tidak datang sampai selesai.

***

"Aku pulang!

"Cael... kamu ini kemana saja,? seharian penuh tidak pulang," sahut Rumina dari kejauhan dengan raut wajah kesal.

"Hehe... maaf bu, aku tadi hanya jalan-jalan, betul kan, Felicia!," ucap Cael dengan senyuman tipisnya.

"Apa itu benar? Felicia.?

"Benar, Nyonya, kami tadi hanya pergi jalan-jalan," ucap Felicia dengan wajah datarnya.

"Ah... baiklah, ibu sudah menyiapkan makan malam, ayok kita makan sekarang."

"Yey! asik."

Mereka berdua pun segera masuk ke dalam rumah, karena Rumina telah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

***

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!

"Celia? apa kau sudah memberitahukan tentang Artefak itu, pada tuan kita?" tanya seorang wanita yang berdiri menghadap jendela.

"Sudah nona, tapi, sepertinya tuan juga tidak mengetahui tentang Artefak itu," jawab Celia dengan santai.

"Begitu ya, ini merepotkan!, sepertinya ada organisasi lain yang ingin mengumpulkan Artefak yang ada di dunia ini, beberapa hari yang lalu, aku sempat bertarung dengan seseorang misterius.

"Bertarung? dengan siapa?" tanya Celia penasaran.

"Aku juga tidak tahu dia siapa,?dia menggunakan jubah berwarna putih, sepertinya dia juga mencari Artefak kuno, di gunung, Raegol."

"Gunung Raegol ya," guman Celia penasaran, karena dia tahu, gunung itu sangat berbahaya dan sangat curam.

"Nona! ini semua mungkin ada kaitannya dengan, Ordo Ravokar itu?" ucap Celia dengan tatapan serius.

"Mungkin kau benar, sekarang, Selidiki semua hal yang mencurigakan di sekitar kita."

"Baik, Nona," balas Celia dengan tegap," kalo gitu, aku permisi dulu.

"Ya."

"...Ordo Ravokar, siapa mereka sebenarnya.?" gumannya dalam hati sembari bersandar di kursi.

Keesokan paginya, Cael dan Felicia pergi ke markasnya, yang ada di balik gunung kabut Darven, gunung itu di kenal dengan gunung kabut kematian, karena tidak pernah dimasuki oleh siapapun, tempat itu menjadi markas organinasi yang dibuat Cael, dengan nama" Black Shadow,"

Organisasi bayang-bayang, mereka bergerak di kesunyian malam, tampa suara dan tampa terdeteksi, anggota mereka tidak banyak, karena hanya 300 orang saja, tapi memiliki kekuatan yang luar biasa.

"Felicia, ayok!

"Baik, tuan."

"Aktifkan sihir Teleportasi," kemudian lingkaran sihir berwarna biru muncul di sekeliling mereka berdua, dan membawa mereka ke markas Black Shadow, yang ada di Balik kabut gunung Darven.

"Selamat datang Tuan Cael," kata sambutan dari para anggota Black Shadow, di sebuah ruangan khusus untuk melakukan sihir teleportasi.

"Ya." balas Cael dengan tegas.

Cael dan Felicia kemudian berjalan menuju singgasananya, karena di depan sudah ada Nevan yang menunggu, dia adalah wakil dari Cael, untuk mengelola markas.

"Tuan! selamat datang," sapa Nevan dengan elegan, kemudian dia menyuruh Cael untuk duduk di singgasananya.

"Ah... sudah lama aku tidak duduk di sini," guman Cael dengan perasaan lega.

"Kyaaa... tuan Cael, dia benar-benar keren ya," ucap para anggota perempuan dan laki-laki yang berada di tempat itu.

"Kau benar, tuan Cael sangat mengagumkan."

"Jadi itu ya, jadi itu ya, pemimpin kita," ucap salah satu perempuan dengan perawakan seperti gadis kecil, dia adalah anggota baru dari Black Shadow.

"Ya, dia adalah pemimpin kita, dia orang yang sangat hebat," balas temannya dengan penuh rasa kagum.

"Dia...juga sangat tampan ya," balasnya.

"Kalian semua! tenanglah," ucap Nevan tiba-tiba dengan nada keras, namun tegas,

Seketika, suara bisingan semua orang di aula tersebut menjadi hening, karna ucapan Nevan tadi. lalu Cael mulai berbicara alasan kedatangannya ke markas.

"Sebagian dari kalian mungkin sudah tahu? alasan aku datang kemari, yaitu. Orang yang mengaku sebagai anggota Ordo Ravokar," ucap Cael sambil menatap ke sekelilingnya.

Semua orang mengangguk, dan meng -iyakan ucapan Cael tersebut, sembari menyimak kembali.

"Apa dari kalian ada yang bertemu dengan mereka lagi? kecuali laporan yang di sampaikan Celia padaku?" tanya Cael.

Mereka semua terdiam, karena tidak ada yang bertemu dengan orang seperti itu lagi, tiba-tiba dari kejauhan...

"Tuan...," panggil seseorang dari kejauhan, itu adalah pria cantik dengan perawakan feminim, setiap orang yang pertama kali melihatnya, pasti akan mengira dia seorang wanita.

Dia memiliki rambut berwarna perak, setinggi bahunya, wajahnya yang imut, sering membuat orang salah paham, tentang jenis kelaminnya.

"Hah,..." sahut Cael dengan lesu.

"Oi, Rise?! apa kau sadar, sekarang, mana sopan santunmu,"bentak Nevan dengan tegas.

"Ma-maaf nona, tapi... aku ada hal penting yang harus di bicarakan dengan tuan, soal pertanyaan tuan dia tadi," jawabnya tergesa-gesa.

"Apa itu?" tanya Cael.?

"Ini soal Ordo Ravokar tuan, dua hari yang lalu, pasukanku, tidak sengaja melihat orang dengan pakian serba putih, mereka melakukan sebuah ritual di sisa reruntuhan, yang ada di gunung" Aviris," ucap Rise dengan santai.

"Ritual?, ritual seperti apa yang mereka lakukan?" tanya Cael dengan penasaran.

"Aku juga tidak tahu pasti tuan, yang jelas. Mereka semua membuat sebuah lingkaran sihir, aku sendiri belum pernah melihatnya. Lingkaran sihir tersebut berbentuk bintang.

"Bintang ya," gumam Cael sembari berpikir, kemudian dia menoleh ke arah Felicia," Felicia apa jangan-jangan itu lambang Pantheon.

"Pantheon? Apa itu?" tanya Nevan.?

"Aku baru ingat, tuan. lambang sihir dari Pantheon seperti itu juga."

"Kalo gitu, akanku tunjukan sketsanya pada kalian," ucap Cael.