Chereads / LEGACY OF THE FALLEN GODS / Chapter 2 - Ordo Ravokar

Chapter 2 - Ordo Ravokar

Kemudian mayat dari lima orang tersebut di bakar habis oleh Cael untuk menghilangkan jejak dari kejadian semalam, sehingga tidak ada yang tau tentang kejadian tersebut.

"Cael, ayo makan" Panggil seorang wanita yang berusia sekitar tiga puluh tahun, dan itu adalah suara dari ibu Cael yang bernama, Rumina, yang tengah menyiapkan sarapan pagi di ruang makan.

Sedangkan Cael masih tertidur lelap di kamarnya sambil memeluk bantal guling kesayangannya.

"Hm... dia tidak menyaut ya." gumam Rumina sambil melirik ke arah Felicia pelayannya.

"Nyonya, biar aku saja yang membangunkan pangeran." ucap Felicia dengan penuh keyakinan.

"Tolong! ya Felicia." Balas rumina sambil tersenyum kecil.

Tok! Tok!

"Pangeran, pangeran, ayo bangun, nyonya sudah menyiapkan sarapan pagi" panggil Felicia dari balik pintu.

"Lima... lima menit lagi" jawab suara lemah dari dalam kamar.

Felicia mendesah pelan. " Hah... sepertinya aku harus melakukan ini."

Ia membuka pintu dan medekati tempat tidur Cael, tampa ragu Felicia naik ke atas tubuh Cael dengan senyuman menggodanya, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Cael.

"Cael membuka matanya perlahan dan mengerang, "Kamu ini... masih seperti biasa ya, kalau begini terus aku bisa aja..."

Felicia tersenyum jahil. " Hm... bisa saja apa, pangeran?"

"Tidak, tidak ada" balas Cael sambil mengalihkan pandangan pada Felicia."

"Kalau begitu cepat bangun! Ibu anda sudah menunggu di meja makan"ujarnya sambil memegang pipi Cael."

Kemudian Cael memeluk Felicia" Ketangkap kau, sambil tersenyum tipis ke arah Felicia yang masih di pelukannya."

Felicia tertawa kecil di pelukan Cael" pangeran masih suka ya memelukku."

"Ya, kamu terlalu nyaman untuk di peluk, dan aku sangat suka itu."

"Aku tersanjung mendengarnya."

Tak!

"Aduh! Kenapa kamu menjentik dahiku" ucap Cael sambil mengusap dahinya."

"Anda sangat nakal pangeran" ucap Felicia sambil senyum."

Akhirnya setelah beberapa menit penuh kehangatan, Cael melepaskan Felicia dan mereka berdua beranjak dari tempat tidur untuk menuju ke meja makan.

"Cael... kamu ini susah sekali kalau disuruh bangun pagi," gerutu Rumina pada Cael, karena makanannya sudah hampir dingin.

"Ma-maaf bu, soalnya tidurku sangat nyenyak sekali malam tadi," ucap Cael sambil mengusap bagian kepala belakangnya dengan wajah canggung.

"Hah... kamu ini, kalo begitu, ayo kita makan, ibu sudah menyiapkan makananmu kesukaanmu "

"Wah... sup daging! Benar-benar enak," ucap Cael dengan mata berbinar, menatap mangkuk sup daging hangat di depannya.

"Felicia, ayok duduk "

"Baik nyonya."

***

"Kenapa mereka semua masih belum kembali dari misi itu" ucap Seseorang dengan wajah penuh amarah."

"Saya tidak tahu, tuan. apa mungkin... mereka semua tertangkap?"

"Cih... kalo mereka masih belum kembali sampai besok, berarti sudah bisa kita anggap mereka semua tertangkap di kerajaan Avolona." ucapnya dengan nada penuh frustasi

"Kemungkinan terburuknya, itu benar tuan." Balasnya dengan nada lirih.

"Padahal kita sangat menginginkan kekuatan Nexian yang ada di Artefak Orb Frosmira itu, karena kekuatannya benar-benar sangat dasyat " ucapnya sambil mengepalkan tangannya.

"Tuan, kalo kita gagal lagi, Ordo Ravokar bisa sangat marah pada kita." Ucapnya dengan suara bergetar.

"Kau benar" Jawab Eliot matanya terfokus pada jendela, tangannya terkepal erat," bisa-bisa kita yang akan di bunuh.

Suasana di ruangan itu menjadi semakin tegang, di penuhi ketakutan yang mendalam, mereka khawatir misi yang di berikan Ordo Ravokar kembali gagal.

***

"Pangeran, sedang memikirkan apa?" Tanya Felicia sambil membersihkan kaca rumah dengan wajah penasaran, melihat Cael yang tampak sedang terbenam dengan pikirannya.

"Ini soal kemaren, sepertinya ada orang lain di balik mereka, tidak mungkin mereka berani mencuri Artefak itu kalo di belakang mereka tidak ada kekuatan yang besar" jawab Cael dengan raut wajah penasaran.

"Begitu ya, anda benar juga, tapi mereka pasti sedang panik sekarang, karena tidak ada kabar dari mereka" ujar Felicia sambil tertawa kecil.

"Ha, ha, ha, kau benar juga." Balas Cael dengan tawa ringan.

"Tapi aku juga penasaran tentang itu" ucap Felicia.

"Ah... dari pada memikirkan hal rumit seperti itu, lebih baik kita mulai latihan sekarang" Ucap Cael sambil berdiri dari tempat duduknya," sekarang sudah waktunya kau latihan Felicia.

"Baik pangeran" jawabnya."

"Oh ya... kita tidak latihan di rumah ini, tapi di tepi sungai kemarin."

"Itu bagus pangeran, soalnya udara di situ sejuk" jawab Felicia dengan nada gembira."

Kemudian mereka menuju ke sungai tempat Cael latihan kemarin, tempat itu sangat indah dan penuh ketenangan, sangat cocok untuk melakukan latihan, karna di suguhi pemandangan air sungai yang sangat jernih, serta angin sepoi-sepoi yang langsung dari penggunungan.

Sesampainya mereka di sana, mereka langsung memulai pelatihannya, dan Felicia juga bersiap-siap dengan belati yang ada di pahanya yang tertutup oleh rok pakaian maid nya.

"Felicia, kita mulai."

"Baik, "Felicia menarik napas dalam-dalam tangannya sekilas menyentuh gagang belati yang ada di lipatan rok maid-nya, tatapan tajamnya membuktikan keseriusannya, dia tahu betul bahwa melawan Cael bukanlah hal yang enteng, dengan gerakan gesit dia mulai menyerang Cael, setiap serangan belati yang dia ayunkan harus dengan perhitungan, membuat celah sedikit saja sudah pasti Cael akan membalikannya.

"Hebat... Serangannya sudah jauh lebih tajam dari sebelumnya" pikir Cael sambil menghindari serangan dari Felicia.

Felicia terus menyerang Cael dengan gesit, tetapi tampa sadar, ia memberikan sedikit celah pada Cael, kemudian Cael langsung memanfaatkan momen itu dan menendang perut Felicia, tapi Felicia berhasil menangkis serangan itu dengan menyilangkan kedua tangannya di depan tubuhnya.

"Huff... hampir saja"ucapnya dengan nada rintih, Felicia kemudian mundur ke kebelakang dan mengambil jarak untuk melakukan serangan selanjutnya.

Tapi tiba-tiba Cael dengan cepat berada di belakangnya, sadar akan hal itu Felicia langsung mengayunkan belatinya ke belakang, tapi tidak berhasil, sebab Cael tepat berada di depannya dan.

"Aghh!!!

Felicia terkena tendangan Cael dan mengenai pinggangnya, dia terhempas dan tersandar di pohon yang ada di belakangnya.

"Pangeran memang sangat hebat, aku bahkan tidak dapat mengikuti gerakanmu dengan mataku" ucapnya Sambil kembali berdiri dari serangan Cael.

"Haha, Tapi... ayunan belati-mu juga sudah sangat tajam Felicia, mungkin kalo orangnya bukan aku pasti mereka akan kesulitan" Jawab Cael memuji Felicia.

"Ha... Tapi aku masih tidak bisa mengenaimu sampai sekarang" ucapnya sambil membuang nafas panjang.

"Oi, apa yang kau katakan, kau itu sudah sangat hebat Felicia, tapi... Untuk mengenaiku mungkin hanya di mimpimu" ucap Cael dengan nada sombong sambil mengkedipkan dengan satu matanya.

"Mulai lagi sifat sombongnya, " balas Felicia dengan wajah cemberut kemudian dia tertawa."

"Hahahaha..." Cael juga ikut menanggapi tawa dari Felicia itu.

"Oh ya, pangeran, malam tadi ketika aku mencoba mengendalikan energi Nexian, di dalam pikiranku muncul titik-titik aneh? Aku tidak mengerti apa maksudnya."

"Ooo, itu disebut" Nexian Node" artinya, kamu sudah bisa mengaksesnya."

"Nexian node...? Apa itu?" Tanya Felicia penasaran.?

"Nexian node itu adalah pecahan dari dua belas dewa"Akashic" mereka hancur akibat menggunakan Energi Nexussion terlalu banyak, pecahan itu lalu menjadi Nexian node, seperti yang ada sekarang.

"Jadi... apa bedanya Nexian dan Nexian node?"

"Yang membedakan mereka hanya satu, yaitu sihir, seseorang yang telah dapat mengakses Nexian node, sudah dipastikan bisa menggunakan sihir, sementara, dengan Nexian saja, belum tentu bisa menggunakan sihir."

"Ooo... begitu ya, jadi aku sekarang sudah bisa menggunakan sihir ya.?"

"Ya, itu benar."

"Ah... senangnya" ucap Felicia dengan tersenyum lebar."

"Yo... kalian berdua" sapa seseorang dari balik semak-semak."

"Kau...