Chereads / LEGACY OF THE FALLEN GODS / Chapter 3 - Aetherial Shard

Chapter 3 - Aetherial Shard

Di sela-sela percakapan mereka, seorang wanita muncul dari balik semak-semak, dia menyapa Cael dan Felicia.

"Yo... kalian berdua," sapa seseorang sambil melambaikan tangannya.

Cael menoleh sekilas" kau...? Kenapa kau ada di sini" ucapnya dengan wajah datar

"Ah... tuan terlalu dingin padaku, padahal aku sudah jauh-jauh datang ke sini" Balasnya sambil bersenandung.

"Jadi...? Ada apa kau datang kemari, tidak mungkin hanya sekedar menyapa?" Tanya Cael.?

"Aku datang ingin melaporkan sesuatu, kami berhasil menangkap seseorang yang mengaku sebagai anggota, Ordo Ravokar, ketika kami mencoba melihat pikirannya lebih jauh lagi, seperti ada penghalang, yang memblokir sihir itu.

"Ordo ravokar... apa itu?" Tanya Cael dengan raut wajah penasaran."

"Maaf tuan... kami masih belum tau apa-apa tentang mereka."

"Begitu ya, terus tanyakan padanya, untuk mengatakan soal organisasi itu, agar kita bisa mendapatkan info lebih lanjut tentang mereka.

"Itu yang jadi masalahnya tuan, dia telah tiada, sepertinya telah di tanamkan sebuah matra kutukan pada tubuhnya, ketika dia ingin mengatakannya, kepalanya tiba-tiba terpenggal.

"Cih..."

Felicia yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara," Pangeran... apa mungkin ini semua ada kaitannya dengan insiden di perpustakaan kemarin" ucap Felicia sambil melirik ke arah Cael.

"Hmm... kejadiannya di waktu yang sama ya, sepertinya ini semua memang saling berkaitan" pikir Cael sambil mengepalkan tangannya.

Percakapan mereka masih berlanjut sambil memikirkan tentang organisasi yang bernama Ordo ravokar itu, karena baru pertama kali mereka mendengar tentang organisasi itu.

"Celia, terus selidiki detail sekecil apapun tentang mereka, kemudian laporkan padaku."

"Baik, tuan, omong-omong, soal Artefak yang kita temukan 4 bulan yang lalu" Atherial Shard... Artefak itu bisa membuat sebuah portal yang terhubung ke dimensi lain. Kami pun tidak tau pasti terhubung kemana portal itu.

"Dimensi lain ya..." ucap cael dengan nada ringan, dulu aku pernah membaca sebuah buku kuno, tentang dunia Volaria ini, yang terhubung dengan dimensi lain, apa mungkin Artefak itu ada kaitannya dengan ini.

"Hmm, apa kelanjutan dari buku itu tuan?" Tanya Celia penasaran.

"Itu yang bikin penasaran, karena ada sobekan di halaman selanjutnya."

"Begitu ya, ini semakin membingungkan" gumam Celia sambil menghela napas."

Tiba-tiba Felicia angkat bicara memecahkan suasana keheningan mereka berdua" pangeran, kenapa tidak di coba saja untuk memasuki portal itu?" ucap Felicia dengan santai sambil memandang ke arah mereka berdua.

"Apa yang kau katakan? kita tidak boleh asal mencobanya" balas Celia serius menatap tajam ke arah Felicia.

"Tapi... kita tidak akan tahu juga tentang Artefak itu, kalo tidak mencobanya" jawab Felicia dengan tenang.

"Hm... apa yang di katakan Felicia ada benarnya juga, kalo gitu biar aku yang uji coba Artefak itu" ucap Cael dengan serius menatap mereka berdua.

"Hah...? tidak-tidak... itu terlalu berbahaya tuan, kita tidak tau apa-apa tentang portal itu" gerutu Celia dengan tegas melarang Cael untuk mencobanya.

"Di pikir-pikir, benar juga" sahut Felicia sembari berpikir kembali.

"Tuan tenang saja, tuan tidak perlu menjadi penguji Artefak itu, biar kami yang mengurusnya, kemudian meneliti Artefak itu kembali" ucap Celia dengan serius, menatap ke arah Cael.

"Begitu ya, kalo gitu baiklah, nanti kalo ada apa-apa laporkan padaku?"

"Baik tuan, aku permisi dulu kalo gitu."

"Ya."

Celia kemudian pergi dari tempat itu menuju ke semak-semak tempat dia muncul dengan gesitnya.

"Portal dimensi ya... ini menarik" ucap Cael dalam hatinya dengan senyum tipis di bibirnya, sembari memikirkan sesuatu yang licik tentang Artefak itu.

"Pangeran... ada apa?" kenapa anda tersenyum?" Tanya Felicia yang heran dengan Cael.

"Ah, tidak ada apa-apa."

"Begitu ya."

"Felicia, kita sudahi latihan untuk hari ini, ayo pulang!"

"Baik, pangeran."

***

"Luis, bagaimana soal misi yang di berikan pada Blood Red itu?" Tanya Seseorang dengan tatapan tajam dan penuh keseriusan di wajahnya.

"Mohon maaf tuan... sepertinya mereka kembali gagal," balasnya dengan nada pelan.

"Begitu ya, sekarang, panggil mereka, suruh datang kemari," ucapnya dengan senyuman sinis dari wajahnya, seakan ada maksud lain di baliknya.

"Baik tuan."

Pada akhirnya pria sangar berambut merah itu menyuruh tangan kanannya, untuk membawa mereka ke tempatnya. Tidak berselang lama, pemimpin Blood Red yang bernama Elric itu datang, dia datang dengan perasaan cemas menghadap ke atasannya.

"Elric... bagaimana kabarmu?" Suara atasannya terdengar dingin, sementara tatapan tajamnya pada Elric membuatnya merasa semakin tertekan.

"Ba-baik tuan..." jawabnya terbata-bata."

"Apakah misi yang aku berikan padamu, telah berhasilnya?" tanyanya dengan penuh tekanan

Dengan perasaan berat, Elric menjawab." Mohon maaf yang sebesar-besarnya Tuan, saya masih belum mendapatkan kabar dari anak buah yang saya suruh menjalankan misi itu.

Mendengar ungkapan dari Elric itu, Pria berambut merah bernama" Zelian" itu berdiri dari singgasana, berjalan perlahan menuju Elric, setiap langkah dari makinya, semakin membuat Elric dipenuhi ketakutan dan tekanan.

"Elric! ini yang keberapa kalinya kau gagal menjalankan misi, kau tau... aku paling tidak suka dengan orang gagal?! Kau mengerti" ucap Zelian dengan santai, mata kuningnya bersinar terang, menandakan dia sangat murka.

Dengan keringat dingin bercucuran, Elric menjawab" Mo-mohon maaf, yang sebesar-besarnya tuan" aku berjanji akan menyelesaikan misi itu" ucapnya dengan getaran di bibirnya.

"Maaf ya... janji ya... aku sudak muak! Mendengar itu darimu, kau tau... sudah berapa kali kau gagal, tapi yasudah lah...kau mengerti aturan disinikan? orang gagal, orang lemah, tidak butuhkan disini" ucapnya dengan suara lantang, dengan wajah penuh amarah.

"Ak-aku mengerti tuan, tolong... berikan aku kesempatan sekali lagi" ucap Elric sambil memohon pada Zelian.

"Kesempatan ya...Baiklah, aku akan memberikan kesempatan untukmu satu kali lagi.

Dengan perasaan senang, Elric kembali tersenyum" Terima kasih banyak tuan, kali ini aku pasti akan menyelesaikannya" ucapnya dengan penuh semangat.

"Sekarang, pergilah" ucap Zelian."

"Baik, Tuan."

Elric kemudian berbalik dan meninggalkan tempat dia berdiri, ketika dia baru berjalan tiga langkah, Zelian memanggilnya kembali.

"Tunggu..."

Elric kemudian berhenti dan berbalik ," ada apa tuan?" tanyanya dengan penasaran.?

"Kau meninggalkan sesuatu," kemudian Zelian memperlihatkan sebuah kain berwarna putih pada Elric, dan menyuruhnya untuk membuka bungkusan kain itu.

"Apa itu tuan?" tanya Elric sambil berjalan kembali menuju Zelian.

"Buka! Saja."

Ketika Elric membuka bungkusan kain putih itu, ia benar-benar terkejut, di dalamnya terdapat sebuah jantung yang masih segar, karna jantung itu masih berdetak, seperti baru saja di ambil, Elric kemudian memandang ke arah Zelian, yang tersenyum dengan wajah menyeramkan, saat itu, Elric menyadari bahwa jantung yang ada di tangannya itu, adalah jantungnya sendiri, dia menyadari sesuatu yang tidak dia pahami, tapi nyatanya itulah yang terjadi padanya.