Chereads / Merenda Harapan / Chapter 5 - Bab 3:pilihan yang berat

Chapter 5 - Bab 3:pilihan yang berat

Pagi itu, suasana kota terasa segar setelah hujan malam sebelumnya. Udara pagi membawa aroma tanah basah, dan dedaunan yang masih basah oleh embun memantulkan sinar matahari. Di taman dekat apartemennya, Mayra memutuskan untuk duduk sejenak, mencari ketenangan setelah pertemuannya dengan Adrian.

Saat ia duduk di bangku taman, seorang pria asing mendekatinya. Pria itu tampak berusia awal tiga puluhan, mengenakan jas abu-abu yang rapi namun tidak kaku. Rambutnya berwarna cokelat gelap, tersisir sempurna, dan ia membawa tas kulit kecil di tangannya.

"Maaf, apakah Anda Mayra Alenda?" tanyanya dengan suara ramah namun tegas.

Mayra menatapnya, sedikit terkejut. "Ya, saya Mayra. Anda siapa?"

Pria itu tersenyum tipis. "Nama saya Nathaniel Hart, tapi Anda bisa memanggil saya Nathan. Saya seorang kurator seni dari galeri 'Aurora'. Saya tertarik dengan karya Anda."

Mayra mengerutkan kening, bingung. "Karya saya? Maksud Anda lukisan saya?"

Nathan mengangguk. "Saya melihat salah satu lukisan Anda yang dipajang di sebuah kafe minggu lalu. Ada sesuatu dalam karya itu—sebuah emosi yang jujur dan dalam. Saya ingin mengundang Anda untuk mengikuti pameran seni yang akan datang."

Pertemuan Tak Terduga

Percakapan itu menggugah rasa penasaran Mayra. Ia memang pernah menitipkan beberapa lukisan kecilnya di kafe lokal, tapi tidak pernah terpikir bahwa karyanya bisa menarik perhatian seseorang seperti Nathan.

"Tapi saya bukan seniman profesional," jawab Mayra ragu.

Nathan tersenyum, sorot matanya tajam namun penuh pengertian. "Profesionalisme bukan soal gelar, Mayra. Seni adalah tentang menyentuh jiwa orang lain, dan karya Anda berhasil melakukannya."

Mayra tidak tahu harus menjawab apa. Ia merasa tersanjung, tetapi juga sedikit gugup. Nathan memberikan kartu namanya sebelum pergi, meninggalkan Mayra dengan pikiran yang penuh tanda tanya.

Adrian dan Rahasia Masa Lalunya

Sementara itu, di sisi lain kota, Adrian duduk di meja kerjanya. Di depannya tergeletak sebuah bingkisan kecil—sebuah buku harian lama yang baru saja ia temukan saat membereskan barang-barang lama di rumah orang tuanya.

Adrian membuka buku itu perlahan, halaman demi halaman membawa kenangan masa kecil dan remaja yang selama ini ia pendam. Ada sebuah foto di salah satu halaman; ia bersama seorang wanita muda dengan senyum hangat, yang tampaknya sangat berarti baginya.

"Adik, aku berjanji tidak akan mengecewakanmu lagi," gumamnya pelan, matanya memandangi foto itu dengan tatapan penuh penyesalan.

Adrian memutuskan untuk menutup buku itu dan menyimpannya kembali. Namun, kenangan itu mengguncang hatinya. Ia tahu bahwa ada bagian dari dirinya yang belum pernah ia ceritakan kepada Mayra—bagian yang mungkin akan mengubah hubungan mereka selamanya.

Mayra dan Dunia Baru

Hari berikutnya, Mayra memutuskan untuk menerima undangan Nathan. Ia mendatangi galeri "Aurora," yang terletak di jantung kota. Galeri itu besar dan megah, dengan dinding kaca yang memantulkan sinar matahari pagi. Di dalam, karya seni dari berbagai seniman lokal dan internasional dipajang dengan indah, menciptakan suasana yang memikat.

Nathan menyambut Mayra dengan hangat. "Senang Anda bisa datang. Izinkan saya memperkenalkan Anda kepada seseorang."

Ia membawa Mayra ke seorang wanita paruh baya dengan rambut putih keperakan yang ditata rapi. Wanita itu mengenakan gaun elegan dan perhiasan sederhana, memancarkan aura kewibawaan.

"Mayra, ini Elizabeth Hart, pemilik galeri ini sekaligus ibu saya," kata Nathan.

Elizabeth menjabat tangan Mayra dengan senyum ramah. "Nathan banyak bercerita tentang Anda. Saya tidak sabar melihat karya-karya Anda."

Mayra merasa gugup sekaligus bersemangat. Ini adalah langkah besar bagi kariernya, tetapi ia juga menyadari bahwa dunia seni ini akan membawa tantangan baru.

Pertemuan yang Membingungkan

Saat Mayra sedang berbincang dengan Nathan dan Elizabeth, seorang pria lain masuk ke galeri. Ia tampak mengenakan mantel hitam panjang, dengan sorot mata tajam dan sikap yang karismatik. Nathan langsung menyapa pria itu dengan akrab.

"Mayra, ini Damien. Dia salah satu kolektor seni terbesar di kota ini, dan dia adalah alasan mengapa banyak seniman di sini mendapatkan pengakuan."

Damien menatap Mayra, senyumnya tipis namun mengintimidasi. "Senang bertemu dengan Anda, Mayra. Saya dengar banyak hal baik tentang karya Anda. Saya harap kita bisa bekerja sama di masa depan."

Nada suaranya membuat Mayra sedikit tidak nyaman, tetapi ia berusaha tetap sopan. Ada sesuatu tentang Damien yang membuatnya merasa bahwa pria ini mungkin akan membawa perubahan besar dalam hidupnya—entah sebagai peluang atau ancaman.

Penutup Bab

Bab ini ditutup dengan Mayra yang merenung di kamar studionya. Ia memandangi kartu nama Nathan yang tergeletak di meja, buku sketsanya penuh dengan coretan-coretan baru, dan pikirannya penuh tanda tanya tentang arah baru dalam hidupnya.

Sementara itu, Adrian memandang ponselnya dengan ragu, ingin menelepon Mayra tetapi takut menghadapi kenyataan. Dan di tempat lain, Damien duduk di ruangannya, memandangi foto Mayra yang entah bagaimana sudah ada di tangannya, dengan senyum penuh misteri di wajahnya.

Pertanyaan menggantung:

Apa rahasia Adrian yang ia sembunyikan dari Mayra?

Apa maksud sebenarnya Nathan dan Damien dalam mendekati Mayra?

Akankah dunia seni membawa Mayra ke arah kebahagiaan atau justru ke dalam jebakan?

Cerita berlanjut dengan penuh intrik, membuka pintu bagi konflik yang lebih besar dan hubungan yang semakin rumit.