Chereads / Merenda Harapan / Chapter 7 - Bab 4: Jejak takdir (side b)

Chapter 7 - Bab 4: Jejak takdir (side b)

Mayra duduk di depan kanvas kosong di studionya, matanya menatap kosong ke arah pemandangan kota yang tampak dari jendela. Di luar, cahaya bulan bersinar lembut, menciptakan suasana tenang yang menyelimutinya. Namun, di dalam hatinya, ada badai perasaan yang tak kunjung reda. Adrian, Nathan, dan Damien—tiga pria dengan tujuan yang berbeda, namun semuanya memegang peran penting dalam kehidupannya.

Adrian dan Pengakuan yang Menyentuh

Kehadiran Adrian beberapa malam lalu telah meninggalkan luka di hati Mayra. Ia tidak pernah membayangkan bahwa pria yang ia cintai begitu lama akan menyimpan rahasia begitu besar. Namun, ketika Adrian memeluknya dan berjanji untuk tidak meninggalkan dirinya, Mayra merasa sulit untuk menolaknya.

"Mayra, aku tahu ini tidak mudah," kata Adrian ketika mereka berdua sedang duduk di sofa apartemennya beberapa hari setelah percakapan itu. "Aku ingin membuat semuanya baik-baik saja, bersama kamu. Aku tidak ingin ada lagi rahasia antara kita."

Mayra menatapnya, melihat kejujuran yang begitu dalam di mata Adrian. Namun, perasaan ragu itu kembali datang, seperti bayangan yang tak bisa dihapuskan. Di satu sisi, ia ingin mempercayai Adrian, tetapi di sisi lain, ada Damien yang menawarkan dunia baru yang penuh potensi.

"Adrian," kata Mayra pelan, suaranya penuh keraguan, "Aku ingin sekali bisa percaya sepenuhnya padamu, tapi aku takut... aku takut jika kita terjatuh lagi, seperti dulu."

Adrian menggenggam tangannya dengan erat, menatapnya penuh harap. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku berjanji, May."

Mayra merasa hatinya berbicara dengan kata-kata Adrian. Ada kehangatan dalam pelukannya, namun kebingungannya semakin besar. Ketiga pria itu—Adrian yang penuh penyesalan, Damien yang misterius dan menggoda, serta Nathan yang menawarkan dunia seni yang baru—semuanya membawa keinginan dan impian yang tak terungkapkan.

Nathan, Peluang yang Menjanjikan

Suatu sore, Nathan mengundang Mayra untuk makan malam di sebuah restoran mewah yang terletak di atas gedung tinggi. Pemandangan kota yang megah di bawah sana menambah romantisme suasana. Nathan, dengan penampilannya yang elegan, duduk di hadapannya dengan senyum yang tenang.

"Saya tahu Anda sedang dilema, Mayra," kata Nathan, suaranya lembut namun penuh penekanan. "Terkadang, kita harus membuat keputusan besar dalam hidup. Saya ingin Anda tahu, saya akan mendukung Anda apapun pilihan Anda."

Mayra mengerutkan kening, menatap pemandangan malam itu. "Saya merasa seperti ada begitu banyak pilihan, dan semuanya membawa saya ke jalan yang berbeda. Kadang saya merasa bingung, Nathan."

Nathan mengangguk, menatapnya dengan pandangan yang penuh pengertian. "Terkadang kita membutuhkan orang yang bisa menunjukkan jalan, Mayra. Saya ingin menjadi orang itu untuk Anda."

Kata-kata Nathan membuat hati Mayra berdebar. Dia merasa dihargai dan dipahami. Namun, hatinya masih terikat pada Adrian, meskipun ada perasaan yang kuat terhadap Nathan.

Damien dan Godaan yang Meningkat

Di sisi lain, Damien semakin mendekat dengan cara yang lebih halus namun mengintimidasi. Setiap kali mereka bertemu, Damien selalu tahu cara membuatnya merasa istimewa—seperti Mayra adalah satu-satunya orang yang penting di dunia ini.

Suatu malam, setelah acara seni di galeri, Damien mengajak Mayra berjalan di sepanjang jalan yang sepi. Penerangan jalanan yang remang-remang menambah kesan misterius.

"Mayra, saya tahu ini mungkin terdengar gila, tapi saya merasa ada sesuatu yang lebih besar antara kita," kata Damien, suaranya rendah dan penuh makna.

Mayra merasa hatinya berdebar lebih cepat. "Damien, saya... saya tidak tahu apa yang Anda maksud."

Damien mendekat, jaraknya hanya beberapa inci. "Saya tahu Anda sedang dilema, tetapi percayalah, Mayra. Kita bisa membangun sesuatu yang luar biasa bersama. Anda tidak akan menyesal."

Mayra merasa tergoda, namun ada ketakutan yang menghalanginya. Keberanian Damien membuatnya merasa terjebak antara godaan dan komitmen yang ia buat dengan Adrian.

Adrian, Keputusan yang Tak Terelakkan

Malam itu, setelah acara galeri dan pertemuannya dengan Damien, Mayra pulang ke apartemennya dengan pikiran yang semakin kacau. Ketika ia memasuki pintu, Adrian sudah menunggu di ruang tamu, wajahnya penuh dengan kerisauan.

"Aku harus pergi ke luar kota besok, Mayra," kata Adrian, suaranya berat. "Tapi sebelum aku pergi, ada sesuatu yang ingin aku lakukan untuk kita."

Mayra melihat Adrian dengan tatapan yang tak bisa ia ungkapkan. "Apa yang kamu maksud?" tanyanya, hatinya berdebar.

Adrian mendekat, meraih tangannya. "Aku tahu kita belum sepenuhnya baik-baik saja, tapi aku ingin kita memulai sesuatu yang baru. Aku ingin kita mulai dari awal, Mayra. Aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Adrian mencium Mayra dengan penuh gairah, seolah tak ada waktu yang tersisa. Mayra merasakan tubuhnya terguncang oleh ciuman itu, namun di dalam dirinya ada perasaan yang membingungkan—keinginan untuk menyerah pada Adrian, meskipun ia tahu itu bisa merusak segala yang telah dibangun.

Tangan Adrian mulai merambah ke tubuhnya, dan Mayra merasa terhanyut dalam kehangatan itu. Tanpa bisa menghentikan aliran perasaan yang kuat, Mayra merasa dirinya terjebak dalam sebuah permainan yang sulit dimenangkan. Dalam satu momen, mereka terjatuh ke dalam hubungan yang lebih dalam daripada yang pernah mereka rasakan sebelumnya.

Bab 4 Ditutup Dengan Dilema yang Tak Terungkap

Saat fajar menyingsing, Mayra terbangun di tempat tidur, terbaring dalam kebingungannya. Adrian terlelap di sampingnya, tampak tenang. Mayra menatap langit-langit, memikirkan apa yang telah terjadi semalam—apakah keputusan yang ia ambil akan mengubah segalanya?

Tiga pria, tiga jalan yang berbeda, dan Mayra, yang kini terjebak di tengahnya. Bagaimana ia akan melangkah selanjutnya? Akankah dia memilih untuk terus bersama Adrian meskipun semuanya berubah? Ataukah kesempatan untuk dunia baru bersama Nathan dan Damien akan membawa kebahagiaan yang lebih besar?

Pertanyaan itu tetap menggantung, dan Mayra tahu bahwa keputusan ini akan membentuk takdir hidupnya selamanya.