Chereads / Merenda Harapan / Chapter 6 - Bab 4:Jejak Takdir (side A)

Chapter 6 - Bab 4:Jejak Takdir (side A)

Hari-hari berikutnya membawa Mayra ke dalam dunia baru yang penuh dengan peluang dan tanda tanya. Ia mulai mempersiapkan karya-karyanya untuk pameran di galeri "Aurora," sebuah langkah besar yang bahkan tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Namun, di tengah kesibukan itu, perasaan campur aduk mengenai Adrian dan orang-orang baru yang ia temui mulai memenuhi pikirannya.

Adrian dan Langkah Baru

Sementara itu, Adrian memutuskan untuk menghadapi bayang-bayang masa lalunya. Ia mendatangi rumah lama keluarganya di pinggiran kota, sebuah tempat yang penuh dengan kenangan pahit dan manis. Rumah itu sederhana, dengan taman kecil yang dikelilingi pagar kayu.

Ia mengetuk pintu perlahan, dan seorang wanita paruh baya membuka pintu. Wajahnya penuh kehangatan meskipun garis-garis usia tampak jelas di kulitnya.

"Adrian?" Wanita itu terkejut, namun segera memeluknya erat.

"Halo, Bu," jawab Adrian, suaranya lirih.

Ibunya membawanya masuk, dan mereka berbincang di ruang tamu yang dipenuhi foto-foto keluarga. Adrian menceritakan tentang Mayra, tentang rasa takutnya untuk terbuka, dan tentang rahasia yang selama ini ia simpan.

"Dia harus tahu, Nak," kata ibunya dengan lembut. "Jika dia benar-benar mencintaimu, dia akan menerima apa pun tentangmu, termasuk masa lalumu."

Adrian mengangguk, meskipun hatinya masih diliputi keraguan. Ia tahu waktunya akan segera tiba untuk memberitahu Mayra segalanya.

Sahabat Baru di Dunia Seni

Di galeri, Mayra bertemu dengan seorang seniman muda bernama Sofia. Wanita itu energik dan ceria, dengan rambut pirang bergelombang yang diwarnai sedikit ungu di ujungnya. Sofia adalah tipe orang yang langsung bisa membuat siapa pun merasa nyaman.

"Kamu harus lebih percaya diri, Mayra!" kata Sofia sambil melihat salah satu lukisan Mayra. "Lihat ini, tekstur dan warna-warnanya begitu hidup. Ini karya seorang seniman sejati."

Mayra tersenyum malu. "Terima kasih, tapi aku masih merasa seperti pemula."

"Semua orang adalah pemula di awal," jawab Sofia sambil tertawa. "Tapi yang penting adalah kamu berani menunjukkan siapa dirimu. Itu yang membuatmu berbeda."

Kehadiran Sofia memberikan Mayra semangat baru. Mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama, baik untuk berdiskusi tentang seni maupun sekadar bersantai di kafe dekat galeri.

Pertemuan yang Mengubah Segalanya

Suatu malam, setelah sesi diskusi seni di galeri, Mayra kembali bertemu Damien. Pria itu sedang berdiri di sudut galeri, memandangi salah satu lukisannya dengan ekspresi serius.

"Karya yang luar biasa," katanya ketika menyadari Mayra mendekat. "Lukisan ini seolah berbicara tentang kehilangan dan harapan. Apa inspirasi di baliknya?"

Mayra terkejut dengan perhatian Damien terhadap detail. "Ini tentang perjalanan saya. Kehilangan sesuatu yang saya anggap penting, tetapi akhirnya menemukan diri saya sendiri."

Damien menatapnya dalam-dalam. "Kehilangan sering kali menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar, Mayra. Saya tahu itu dari pengalaman pribadi."

Mayra tidak tahu harus berkata apa. Ada sesuatu yang gelap dan misterius dalam kata-kata Damien, tetapi di sisi lain, ia merasa pria itu tulus.

"Saya ingin mendukung karier Anda," lanjut Damien. "Saya memiliki koneksi di luar negeri. Jika Anda tertarik, saya bisa membantu Anda mengadakan pameran internasional."

Mayra bingung sekaligus tergoda. Ini adalah peluang besar, tetapi ia merasa terlalu cepat untuk mengambil keputusan sebesar itu.

"Saya akan memikirkannya," jawabnya akhirnya.

Rahasia yang Mulai Terungkap

Malam itu, ketika Mayra sedang mempersiapkan sketsa baru di studionya, Adrian menelepon. Suaranya terdengar tegang di telepon.

"Kita perlu bicara, May. Ini penting," katanya.

"Adrian, ada apa? Kamu terdengar aneh," tanya Mayra, merasa cemas.

"Aku tidak bisa terus menyimpan ini darimu. Aku akan datang sekarang."

Adrian tiba di apartemen Mayra satu jam kemudian. Wajahnya tampak lelah, seolah ia telah melalui pergumulan batin yang berat.

"Ada sesuatu yang harus kamu tahu tentang masa laluku," kata Adrian sambil duduk di sofa. "Aku pernah kehilangan seseorang yang sangat penting dalam hidupku—adik perempuanku. Dia meninggal karena kecelakaan yang aku rasa adalah salahku."

Mayra terdiam, menatap Adrian dengan campuran keterkejutan dan empati.

"Aku menyalahkan diriku sendiri selama bertahun-tahun," lanjut Adrian. "Itulah alasan mengapa aku sering ragu dalam hubungan ini. Aku takut mengecewakanmu seperti aku mengecewakan adikku."

Mayra merasakan air mata mengalir di pipinya. Ia meraih tangan Adrian, menggenggamnya erat.

"Kamu tidak sendirian, Adrian," katanya dengan suara bergetar. "Aku di sini, dan aku tidak akan pergi ke mana pun."

Namun, di dalam hatinya, Mayra tahu bahwa hubungan mereka akan diuji lebih jauh. Kehadiran Damien, ambisi Adrian untuk berdamai dengan masa lalunya, dan jalannya sendiri dalam dunia seni akan menjadi tantangan besar yang harus mereka hadapi bersama.

Pertanyaan Baru yang Menggantung:

Akankah Adrian mampu mengatasi rasa bersalahnya?

Apa niat sebenarnya Damien dalam mendekati Mayra?

Bagaimana dunia seni yang penuh intrik akan memengaruhi hubungan mereka?