Waktu pulang telah tiba.
Para atlet dan pelatih tengah beristirahat diruang tunggu sebelum keberangkatan. Mereka memiliki pemikirannya masing-masing.
Seperti Hyeri, keempat temannya masih mendapati dirinya yang mencuri pandangan dengan senior yang sudah memberikan harapan palsu terhadapnya.
Sementara itu sebaliknya, senior laki-laki itu malah sering kali mencuri pandang ke arah SaeRa.
SaeRa dapat melihat itu semua dari kacamata hitamnya. Telapak tangannya menopang dagu seperti layaknya posisi tidur saat duduk.
Dia juga mengenakan topi serta airphone berwarna hitam yang memberikan kesan tomboy. Dia sama sekali tidak tidur. Sedari tadi matanya bergerak mengamati sekeliling dari balik kacamatanya.
Fikirannya jatuh pada perintah kakeknya yang ingin berjumpa dengan dirinya bersama dengan ayahnya. Tapi, sampai saat ini dia tidak menerima pesan apapun dari ayahnya. Haruskah dia yang mengirim pesan terlebih dahulu?
Hiss! Kesalnya dalam hati.
Dia ingin sekali membenci ayahnya, tapi tetap tidak bisa bahkan setelah laki-laki itu menampar dan mengusirnya dari rumah.
Dasar lelaki payah! Dia hanya mempercayai sisi yang satu saja. Sehingga mau membela seperti apapun dirinya dihadapan ayahnya, maka sama sekali tidak dianggap.
'Ahh sudahlah, dia akan berkunjung sendiri. Dan akan memberikan alasan yang masuk akal kepada kakek' putusnya sebagai final.
Keberangkatan mereka delay selama satu jam, mereka sudah menunggu hampir tiga jam disini. Karena merasa kaku, SaeRa meregangkan tangannya ke atas lalu berdiri dan melakukan peregangan kecil.
"Mau bertarung Ra?"ucap salah satu atlet dan yang lain tertawa mendengar itu.
"Iyanih, bisa-bisanya membuat pemenang medali emas menunggu hahaha" jawabnya sombong namun itu hanya bercanda, dan hasilnya dia mendapat sorakan dari semua atlet.
"SaeRa, karena kamu ingin bergerak, maka pergi belikan beberapa camilan dan minuman untuk kita semua. Ini ambil kartunya" ucap Coach Kim.
"Oh?, cemilan seperti apa coach? Apa ada request?" Tanya nya pada semua.
"Americano"
"Espresso"
"Mineral"
"Orange juice"
"Banana milk"
"Roti"
"Snacks"
"Sandwich"
"Cola"
"Tissue"
"Ice cream"
Sebut mereka secara bergantian, dan tentu SaeRa sudah mencatat itu di handphone nya.
"Baiklah, silahkan menunggu teman.." belum selesai ia dengan kalimatnya, seseorang yang tidak diharapkan berdiri .
"Coach, biar saya bantu SaeRa" serunya.
"Hem. Hemm. Cieee" seru beberapa orang didekat pria itu alias senior laki-laki yang disukai Hyeri.
SaeRa langsung melirik Hyeri, dan didapatinya kalau Hyeri sedikit bermuka masam. Tentu saja, dia langsung menolak tawaran itu, namun senior itu memaksa. Tapi SaeRa juga tidak kehilangan alasan.
"Maaf ya kak, kali ini saya pigi dengan... Yumi, karena mau ke toilet perempuan, biasa.. tamu bulanan" ucapnya dengan berpura-pura malu.
"Ohh gitu, baiklah. Kalau butuh bantuan telpon saja" tutup senior itu. SaeRa langsung terburu buru untuk beranjak dari tempat itu dengan menggandeng Yumi di tangan kanannya.
Tentu saja dia punya nomor telepon senior itu. Karena disaat pertemua pertama, dia langsung meminta nomor SaeRa dan meskipun SaeRa merasa enggan memberinya, tetap tidak berhasil karena Kim Coach menyuruhnya untuk bertukar nomor telepon sebagai jaga-jaga!.
Untung saja mereka dari sekolah yang berbeda. Kalau tidakz itu akan menjadi urusannya jika mereka satu sekolahan. Hm, merepotkan.
Selang lima belas menitan kemudian , dia dan Yumi kembali dengan kedua pasanga tangan mereka penuh menjinjing dan memegang makanan dan minuman.
...
Tidak terasa waktu berlalu, SaeRa telah tiba kembali ke negaranya. Sedari awal mereka sudah diberitahukan bahwa akan diadakan penyambutan oleh menteri serta wawancara. Kali ini tim taekwondo berhasil meraih tiga medali emas, yakni dua putra dan satu putri serta dua perunggu dari masing-masing kategori putra dan putri.
Terdapat kurang lebih dua puluh tim wartawan dan kameramen yang hadir meliput. Acara protokoler dimulai dengan pemasangan kalung bunga kepada atlet yang berhasil mendapatkan medali, kemudian kata sambutan oleh menteri, pihak perwakilan, Kim Coach lalu ketiga atlet yang berhasil mendapat medali emas.
SaeRa mengikuti seluruh rangkaian acaranya dengan lancar. Hanya sedikit terputus saat wartawan menanyakan "bagaimana tanggapan orang tua kamu saat melihat kamu sebagai anaknya berhasil memenangkan medali emas lagi pada olimpiade ini?"
SaeRa mematung, memikirkan kalimat baik yang enak untuk didengar, jadi dia memilih untuk berkata "mereka bersyukur, karena kerja keras selama latihan terbayar dengan medali yang didapatkan ini"
Bersyukur? Sama sekali tidak.
Ayahnya akan mengatakan "sudahi itu, kamu perempuan, berkelakuan baik dan halus lah seperti wanita. Apa kamu ingin besar menjadi preman?!"
Dan untuk kedua kalinya dia mematung karena melihat pria paruh baya yang sangat akrab dimatanya beserta pria dibelakangnya itu.
'ayah?!'
"SaeRa....!"
Fokusnya teralihkan dengan suara yang akrab itu.
Dia melihat dari arah datangnya suara itu. Bibi Lim!!!
Sambil memeluk bucket bunga di tangan kanannya dan coffee ditangan kirinya, bibi Lim berjalan dengan langkah cepat menuju dirinya, dan saat tiba berhadapan keduanya berpelukan erat.
"Selamat atas medali emas nya lagi princess" bisik bibi Lim.
Hahahahha. Keduanya tertawa lepas.
SaeRa selalu merasa geli dan lucu jika bibi Lim memanggilnya princess. Panggilan masa kecilnya yang sekarang tidak enak untuk didengar lagi.
"This flower is from your sister and this coffee is from your uncle" ucapnya setelah mereka melepas pelukan.
"So, which one is from U?" Balas SaeRa.
"Me!" Dengan kepercayaan diri yang tinggi.
Mendengar itu, keduanya tertawa lepas lagi.
"Uncle ikut ke bandara?" Tanya SaeRa.
"No, only me.." jawab aunty Lim.
"Tapi aku harus ke markas pelatihan dulu, bibi mau nemenin aku nih ceritanya?"
Dan aunty Lim mengangguk.
"Tapi ayah juga datang menjemput" ucap SaeRa memberitahu bibi Lim dengan suara berbisik.
Yang mendengar langsung kaget, tidak percaya dengan berita yang baru saja di dengarnya.
"Dia dibelakang, mengenakan kemeja biru muda" ucapnya lagi memberitahu. Bibi Lim kemudian memutar tubuhnya untuk mencari sosok itu, dan dengan memicingkan matanya dia menemukan sosok itu.
"Wahh, apakah matahari segera terbit dari Barat?" Celetuknya.
Hahahaha. Bibi Lim tidak pernah gagal dalam hal memberikan cibiran kepada ayahnya.
"Tidak,, kakek menyuruh kami mengunjunginya bersama, hanya berdua" ucap SaeRa lagi dengan suara datar.
"Wahhh" bibi Lim kembali terkejut.
"Tuan Lee? Bukankah dia tidak pernah peduli soal ini?!" Sambungnya, sambil tangannya bergerak menunjukkan ini sebagai aktivitas taekwondo nya SaeRa.
"Aku juga tidak tau, kakek tidak memberi clue apapun, dan ayah juga tidak mengirim pesan, yang terjadi adalah ayah yang tiba-tiba hadir disini" jelasnya.
"Hmm, baiklah. Kalau gitu, kamu pergi saja dengan ayahmu. Aunty akan pulang sendiri saja" Bibi Lim.
"Aku tetap akan pulang bersama bibi, tenang saja, lagian, aku juga harus ke markas, dan pasti ayah tidak mau ikut bersama. So, aku akan menyuruh ayah berjumpa di rumah kakek. Yang terpenting adalah berkunjung bersama, bukan berkendara bersama kan? Hahaha" jelas SaeRa.
Sangat mustahil ayahnya ikut bersama dirinya ke markas pelatihan, bukan kah ayah sangat membenci ini? Bisa-bisa saat menunggu, ayahnya akan menjadi merah padam karena menahan emosi disana.