SaeRa berpamitan dengan pelatih Kim dan temannya karena dia tidak kembali ke markas bersama rombongan.
Setelah itu dirinya berjalan ke arah tempat ayahnya berdiri secara sembunyi dibelakang paman roji (supir pribadi ayah).
"Hm." Dehemnya untuk memberi kode bahwa dia datang.
"Ayah bisa kembali dulu ke kantor, aku akan pergi bersama bibi Lim. Atau ayah mau menemani dan menungguku mengemas barang dari markas pelatihan?" Tanpa kalimat manis, SaeRa langsung berterus terang kepada ayahnya.
"Aku akan menemanimu ke markas pelatihan"
Kalimat langkah dan bahkan mendekati punah. Apakah matahari segera terbit dari barat?!!! Batinnya.
"Ayah yakin?!" Tanya SaeRa memastikan.
Hening sejenak.
"Apa kamu mau menunjukkan kepada kakek bahwa kita tidak akrab?" Jawaban dari ayahnya.
HH! Ternyata untuk pencitraan.
"Karena itu? Tenang saja, aku tidak akan berbicara buruk tentang ayah dihadapan kakek. Kakek juga tidak mengurusi hal itu" jelasnya.
"??" Ayahnya menampilkan ekspresi ketidak percayaan.
"Jika kita datang terpisah, bukankah artinya kita sedang bertengkar? Apa kamu mau hal itu diketahui seluruh keluarga?" Lanjut ayahnya.
Hm. Selalu saja penuh curiga.
"Jika tentang itu kita bisa bertemu di persimpangan. Dan buah tangan yang ku bawa ini, ayah bisa membawanya bersama terlebih dahulu, setelah kembali dari markas dan bertemu, kita bisa berangkat bersama ke rumah kakek" jelasnya dengan nada santai.
"Baik. Bawa barangnya ke mobil" ucap ayahnya pada paman roji. Lalu berbalik dan pergi.
Itu saja, tanpa berpamitan padanya.
"Paman Roji, kita akan bertemu di simpang restoran Bbq dua jam lagi" ucapnya saat paman roji akan mengambil alih troli troli yang berisi bingkisan.
Dia pun berbalik dan berjalan untuk menemui bibi Lim.
Melirik Kenan untuk menemukan mobil bibi nya. Dan ketemu.
"Bibi menunggu lama?" Kata SaeRa setelah ia membuka pintu.
"Tebtu tidak. Kamu bisa meletakkan kopermu di kursi belakang". Setelah itu mereka melaju menuju markas pelatihannya.
Saat diperjalanan keduanya saling berbicara satu sama lain. Bisa dikatakan bahwa tidak ada yang disembunyikan dari keduanya.
Bibi Lim bercerita tentang rencana liburannya dua hari lagi. Mereka akan berangkat ke Jeju. Tapi sayang, dia tidak bisa ikut, karena harus mengikuti kelas disekolah.
Meskipun dia seorang atlet, dia juga seorang murid, jadi tetap harus memenuhi kehadiran kelas.
Bibi Lim merasa sedikit sedih, karena baju pantai yang sudah dipersiapkannya untuk dirinya gagal terpakai. Namun dia menghibur bibi Lim dengan berjanji saat setelah bibi Lim pulang dari liburannya, dia akan menginap dalam waktu yang lama dirumah bibi Lim.
Sebenarnya ini adalah keuntungan baginya. Hahahaha.
Dia tidak perlu susah mencari teknisi dan menginap di apartemen itu saat sekolah nanti.
Tumpangan gratis. Pikirnya.
Setelah mengemas barang, mereka pergi makan siang di restoran Bbq yang sudah dijanjikannya dengan paman roji.
Saat menunggu penjemputan, bibi Lim bercerita tentang ayahnya yang mengusulkan NaEun untuk menjadi trainee.
Kemungkinan besar, setelah ujian semester nanti, NaEun akan menjalani masa trainee.
Hal yang lucu adalah komentar bibi Lim saat bertemu ayahnya untuk membicarakan karir NaEun.
"Bibi akui, saudaramu memang cantik dan bersikap seperti putri yang anggun, namun jika dia berkeinginan menjadi penyanyi solo, maka itu mustahil. Namun jika saudaramu bersedia untuk di debutkan sebagai girl grup, maka bisa dipertimbangkan, itupun dia hanya bisa sebagai dancer lead jika memang gerakannya bagus. Tapi, ayahmu meminta agar saudaramu menjadi center. Itu hal yang berat! Ini adalah perusahaan keluarga Lee. Dengan begitu bukankah artinya kami tidak bekerja secara profesional?? Ayahmu memang selalu membuatku emosi saat mendengar permintaan-permintaannya"
"Bukan kah ayahmu juga seorang direktur? Apakah dia juga akan menempatkan orang secara sembarangan di perusahaan?. Ah iya, keputusan itu ada pada tuan Lee. Pantas saja pikirannya selalu pendek!" Sambung bibi Lim dan dia menceritakan itu dengan kesal.
Dua jam terasa sangat sebentar. SaeRa kemudian berpisah dengan bibi Lim. Dan bibi Lim melajukan mobilnya setelah melihat SaeRa memasuki mobil milik ayahnya.
Keduanya hanya terdiam kaku selama perjalanan.
Ting.
Dia langsung membuka pesan itu
(Hwang Daehon)
~ mengirim foto
~ kamu terlihat kaku sekali
Dia memaku. Kami berfoto berdua?
Bisa-bisanya....!
Dan lengan kiri pria itu menggandeng bahuna SaeRa.
Hwang Daehon, senior laki-laki yang juga mendapat medali emas dan yang memberi harapan palsu pada Hyeri.
Ting.
~ kamu bisa menyimpannya sebagai kenangan manis😁
~ aku ingin bertemu, kapan kamu ada waktu?
!!! Uhuk uhuk uhuk uhuk
Karena telalu terkejutnya, SaeRa sampai terbatuk terus menerus.
Air mata nya sampai menetes.
Dia tersedak!! Dan itu tersedak rasa pedas!!!!
"Ini tissue nya nona..." Ucap paman roji yang khawatir mendengar suara batuk SaeRa yang tidak kunjung berhenti.
Sedangkan ayahnya hanya diam saja.
Sampai akhirnya dia menenangkan diri sendiri.
Aahhh. Tenggorokannya terasa pedas dan sedikit panas.
Ting.
Ting.
Ting.
Ting.
Ting.
Notifikasi terus berbunyi, saat dia menenangkan pernafasannya.
Hmmmmmmm!!!!!
Aku akan memblokir nomornya!
Tanpa membuka pesan yang datang dari senior sinting itu, SaeRa langsung memblokir kontak itu.
Mobil berhenti.
"Minum dan berkaca sebelum turun. Bisa-bisa kakek mengira ayah merundungmu di mobil" kata pria yang duduk dismapingnya, lebih tepatnya ayahnya.
"Ha? Uhuk uhuk uhuk" karena terlalu kaget dia menjadi batuk kembali.
Bisakah dia memblokir ayahnya juga!!!
Setelah bercermin untuk merapikan penampilan wajah, SaeRa turun dan mengambil bingkisan yang sudah dibeli olehnya untuk kakek dan keluarga lainnya.
Ayahnya sudah masuk ke dalam rumah kakek terlebih dahulu.
Rumah kakek yang bergaya istana, dengan warna Seba putih beserta campuran emas di beberapa liris tiang.
Rumah ini terbagi menjadi empat bagian berbentuk ketupat. Bangunan utama ialah bangun pribadi kakek serta tempat berkumpulnya semua keluarga. Sebelah kanan ialah bangunan milik neneknya yang pertama, sebelah kanan ialah milik neneknya yang kedua dan yang dibagian belakang ialah milik nenenknya yang ketiga.
Apakah itu adil atau tidak, SaeRa tidak pernah berfikir untuk menilai kakeknya atau keluarganya, seklipun keluarga itu menganggapnya sebagai musuh.
SaeRa hanya perlu berjalan lurus sejauh 250 meter untuk tiba di ruang kerja kakek. Ayahnya sudah beridiri menunggu di depan pintu itu. Dan saat dia tepat disamping ayahnya, barulah ayahnya mengetuk pintu ruang kerja kakek.
Setelah mengetuk tiga kali, pintu terbuka dari dalam. Dan.... Itu Paman SeungJae.
"Haii atlet medali emas" sapa paman SeungJae dengan nada yang ramah.
"Hai paman" balasnya singkat. Disampingnya, sang ayah tidak berbicara apapun, langsung melewati paman SeungJae.
"Bolehkah aku menghubungi mu saat ada tawaran bermain laga?" Ucap paman SeungJae.
"Bukankah selalu begitu" balas SaeRa lagi.
"Sekedar bertanya, takutnya kamu akan menolak karena sudah menjadi atlet dengan tumpukan emas hahaha" seru paman SeungJae.
"Hmmmm. Paman mau ke studio?" Tanya nya sekedar berbasa basi.
"Yup, kenapa? Mau menemani paman mu ini? Dengan senang .."
"Tidak. Bye paman" Potong SaeRa cepat dan berlalu masuk kedalam ruangan.
Hahahahha. Suara tertawa paman terdengar dari dalam ruang kerja kakek .
Paman Lee SeungJae adalah satu satunya keluarga ini yang bisa diandalkan, meskipun melelahkan jika sudah mengikutsertakannya.