Chereads / saat cinta berakhir dalam darah / Chapter 3 - bab 4 : pelukan yang tak pernah ku dapat kan

Chapter 3 - bab 4 : pelukan yang tak pernah ku dapat kan

Alesya duduk di sofa rumah Dava, tubuhnya masih gemetar. Wajahnya yang penuh luka dan matanya yang sembab membuat hati siapa pun yang melihatnya terasa perih. Malam itu terasa begitu panjang bagi Alesya, seolah rasa sakit tidak mau pergi dari tubuh dan pikirannya. Ia menunduk, memeluk lututnya erat-erat, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

#Alesya zeartha

Ibu Dava, Nyonya Clara, duduk di samping Alesya, memegang secangkir teh hangat di tangannya. Dengan lembut, ia menyodorkan teh itu kepada Alesya.

Nyonya Clara: (suara lembut, penuh perhatian)

"Minum ini dulu, sayang. Teh hangat bisa membuatmu lebih tenang."

Alesya hanya menatap teh itu sejenak, lalu menerimanya dengan tangan yang gemetar. Ia menyesap pelan-pelan, merasakan kehangatan yang mulai merembes ke tubuhnya. Tapi air matanya tak juga berhenti mengalir.

Alesya: (suara pelan, terisak)

"Kenapa... kenapa aku nggak pernah merasa aman di rumahku sendiri? Apa aku memang nggak pantas disayangi, Tante?"

Nyonya Clara menarik Alesya ke dalam pelukannya. Sebuah pelukan hangat yang membuat Alesya merasa seolah semua beban di pundaknya perlahan-lahan terangkat. Pelukan yang selama ini ia rindukan, tapi tak pernah ia dapatkan dari keluarganya.

Nyonya Clara: (membelai rambut Alesya dengan lembut)

"Sayang, kamu pantas disayangi, lebih dari apa yang kamu pikirkan. Apa yang terjadi tadi bukan salahmu, ingat itu. Kamu punya hak untuk merasa aman dan dicintai."

Alesya menangis dalam pelukan Nyonya Clara. Ia merasa begitu kecil, begitu rapuh. Tapi untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar peduli padanya, tanpa syarat apa pun.

Sementara itu, Dava berdiri di ambang pintu ruang tamu, memperhatikan dari kejauhan. Hatinya terasa sakit melihat Alesya dalam kondisi seperti ini. Ia menggenggam tangannya sendiri dengan erat, mencoba menahan emosinya. Dava tahu, ia harus melakukan sesuatu untuk membantu Alesya, apa pun caranya.

Setelah beberapa saat, Nyonya Clara melepaskan pelukannya dan memandang Alesya dengan penuh kasih.

Nyonya Clara: (tersenyum lembut)

"Untuk malam ini, kamu tinggal di sini saja, ya. Jangan kembali ke rumah dulu. Kamu bisa tidur di kamar tamu, dan kita akan bicarakan semuanya besok."

Alesya menatap Nyonya Clara dengan mata yang sembab, tapi ada secercah harapan di sana. Ia mengangguk pelan, terlalu lelah untuk berkata apa-apa. Ia merasa tidak pernah memiliki rumah, tapi malam itu, rumah Dava terasa lebih seperti rumah daripada tempat yang ia tinggali selama ini.

Alesya: (pelan, dengan suara bergetar)

"Terima kasih, Tante... Aku nggak tahu harus gimana tanpa kalian."

Nyonya Clara mengusap pipi Alesya dengan lembut, lalu menggandengnya ke kamar tamu. Dava hanya mengangguk kecil saat ibunya melewati ruang tamu bersama Alesya. Ia tahu, malam itu adalah awal dari sesuatu yang baru, bukan hanya bagi Alesya, tetapi juga untuk dirinya.

---

Akhir bab:

Bab ini menggambarkan momen di mana Alesya mulai merasakan kasih sayang yang selama ini tidak ia dapatkan dari keluarganya. Kehangatan dari Nyonya Clara dan suasana rumah Dava menjadi titik awal perubahan dalam hidup Alesya. Meskipun luka di hatinya belum sepenuhnya sembuh, ia mulai melihat secercah harapan di tengah kegelapan.