Chereads / SANG PELINDUNG DAN GADIS KECILNYA / Chapter 5 - Kepergian Ethan

Chapter 5 - Kepergian Ethan

BAB 5 Kepergian Ethan 

Setelah keheningan panjang di antara mereka, Ethan akhirnya membunyikan lonceng kecil di sampingnya. Tak lama kemudian, seorang pelayan masuk dengan langkah tenang dan hormat.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya pelayan itu.

"Bawakan camilan," perintah Ethan singkat.

Pelayan itu membungkuk, lalu pergi untuk melaksanakan tugasnya. Vaira tetap duduk diam, meski rasa penasarannya mulai muncul. Ia bertanya-tanya apakah camilan itu untuk Ethan sendiri atau apakah dia juga diharapkan memakannya. Beberapa menit kemudian, pelayan kembali membawa nampan berisi beberapa jenis kue kering, buah potong segar, dan minuman.

Ethan melirik Vaira yang masih duduk kaku di hadapannya. "Makanlah," katanya dengan nada datar.

Vaira sedikit terkejut mendengar perintah itu. Ia ragu sejenak, tetapi ingat bahwa tugasnya adalah mematuhi perintah majikan. Dengan hati-hati, ia mengambil salah satu kue kering di piring dan mencicipinya. Rasanya manis dan renyah, membuat senyum kecil muncul di wajahnya.

"Apakah enak?" tanya Ethan, memperhatikan ekspresi Vaira dengan saksama.

"Enak sekali, Tuan. Aku sangat suka," jawab Vaira dengan jujur, wajahnya ceria.

"Kau boleh habiskan," ujar Ethan, melanjutkan membaca bukunya seolah itu hal kecil.

Vaira menatap Ethan dengan ragu. "Kalau begitu, nanti bagaimana untuk Anda, Tuan?" tanyanya sopan.

Ethan menutup bukunya dan menatap Vaira dengan ekspresi datar namun sedikit menghibur. "Aku masih punya banyak," jawabnya santai.

Mendengar itu, Vaira mulai makan dengan lahap. Kue-kue itu terlalu lezat untuk dilewatkan, dan buah potongnya terasa segar di mulutnya. Ethan, yang jarang menunjukkan emosi, diam-diam menikmati melihat gadis itu makan dengan begitu riang. Ada sesuatu yang menyenangkan tentang kepolosannya.

Setelah beberapa waktu, Ethan berbicara lagi. "Bagaimana sekolahmu?" tanyanya, mencoba memecah keheningan.

Vaira yang sedang meminum segelas jus berhenti sejenak, lalu menjawab dengan senyuman. "Baik, Tuan. Aku suka sekali bersekolah. Di sekolah, aku punya banyak teman, dan aku juga bisa mengikuti pembelajaran dengan baik."

Ethan mengangguk kecil. "Kudengar kau cukup pandai," katanya, masih dengan nada datar.

"Terima kasih, Tuan," jawab Vaira, merasa senang mendapatkan pujian.

Ethan kembali menatap bukunya, tetapi pikirannya sedikit terganggu. Biasanya, ia tidak terlalu peduli dengan kehidupan pelayan, tetapi ada sesuatu tentang gadis ini yang membuatnya tertarik. Kepolosan dan sikapnya yang ceria berbeda dari orang-orang di sekitarnya, yang kebanyakan hanya bersikap dingin atau penuh basa-basi.

Setelah Vaira selesai makan, ia meletakkan piring kosong dengan hati-hati. "Terima kasih, Tuan," katanya tulus.

Ethan meliriknya sekilas. "Kau tidak perlu terlalu formal setiap saat," katanya tiba-tiba.

Vaira terkejut mendengar itu. "Tapi… saya harus hormat kepada Anda, Tuan. Bukankah begitu?"

"Ya, hormat itu penting," jawab Ethan sambil berdiri dan merapikan pakaiannya. "Tapi tidak ada salahnya berbicara santai sesekali, asalkan tidak melampaui batas."

Vaira mengangguk perlahan, mencoba memahami maksud Ethan. Ia merasa lega sekaligus bingung. Tidak semua majikan memberikan kelonggaran seperti itu.

Ethan melangkah menuju jendela besar di ujung ruangan, melihat pemandangan taman yang indah di luar. "Mulai sekarang, setiap selesai sekolah, kau harus datang ke sini. Aku ingin kau menemaniku."

Vaira menatap Ethan, mencoba mencari tahu maksud sebenarnya dari perintah itu. "Baik, Tuan," jawabnya akhirnya, meskipun di dalam hatinya ia masih bertanya-tanya apa sebenarnya yang diinginkan Ethan darinya.

Hari itu menjadi awal dari rutinitas baru bagi Vaira. Setiap sore sepulang sekolah, ia akan mandi dan bersiap untuk menuju rumah besar tempat Tuan Muda Ethan menunggunya. Rutinitas ini berlangsung dengan teratur, dan meski awalnya terasa canggung, Vaira mulai terbiasa dengan tanggung jawab barunya.

Pukul tujuh malam, Vaira akan diantar pulang oleh pelayan keluarga Ethan. Setibanya di rumah, Dakron dan Marie selalu menyambutnya dengan perhatian. Dakron sering bertanya apa saja yang dilakukan Vaira sepanjang hari. Dengan senyuman, Vaira menceritakan kegiatan yang ia jalani bersama Ethan, meski tidak banyak hal besar yang terjadi. Mendengar cerita Vaira, Dakron dan Marie merasa lega, setidaknya anak angkat mereka tidak diperlakukan buruk.

Marie, seperti biasa, menyiapkan makan malam hangat untuk keluarga kecil mereka. Setelah makan, Vaira selalu menyempatkan diri untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya sebelum tidur. Ia tahu, pendidikan adalah sesuatu yang sangat dihargai oleh Dakron dan Marie, dan ia tidak ingin mengecewakan mereka.

Hari demi hari berlalu, dan rutinitas itu terus berlanjut. Sebagian besar waktu yang dihabiskan Vaira bersama Ethan diisi dengan aktivitas yang sederhana. Di perpustakaan, Ethan sering membaca buku-buku tebal, sementara Vaira duduk di dekatnya, sesekali membantu mengambilkan buku yang diminta. Ethan tidak banyak bicara, tetapi perlahan ia mulai menunjukkan sedikit perhatian kepada Vaira, seperti memastikan ia makan camilan atau bertanya tentang hari-harinya di sekolah.

Ada kalanya mereka berjalan-jalan di hutan dekat rumah besar. Ethan tampaknya menikmati suasana tenang di hutan, dan Vaira, yang sudah akrab dengan tempat itu, merasa senang bisa berada di sana. Terkadang, Ethan berenang di danau kecil yang ada di tengah hutan, sementara Vaira duduk di tepiannya, menjaga jarak dengan sopan. Ia hanya mengamati dari kejauhan, memastikan bahwa tidak ada yang buruk terjadi pada Tuan Muda itu.

Hari-hari seperti itu terasa panjang, tetapi Vaira menjalani semuanya dengan sabar. Meski Ethan sering tampak dingin, Vaira bisa merasakan bahwa ada sisi lain dari tuannya yang lebih lembut, meskipun jarang terlihat. Ia juga mulai memahami bahwa Ethan bukan hanya seorang bangsawan biasa, tetapi juga seseorang yang penuh tanggung jawab sebagai pewaris keluarga besar.

Seiring waktu, Vaira merasa hubungan mereka perlahan berubah. Ethan mulai melibatkan Vaira dalam percakapan kecil, seperti membahas buku yang sedang ia baca atau menanyakan pendapat Vaira tentang suatu hal. Meski masih menjaga batas, percakapan itu membuat suasana di antara mereka menjadi sedikit lebih hangat.

Namun, semua itu tidak berlangsung selamanya. Masa liburan Ethan akhirnya berakhir. Pada hari terakhir sebelum Ethan kembali ke sekolah asramanya, suasana terasa berbeda. Ethan tetap tenang seperti biasa, tetapi Vaira merasakan ada sedikit keengganan dalam sikapnya. Hari itu, mereka menghabiskan waktu di perpustakaan seperti biasa, tetapi tidak ada pembicaraan panjang.

Saat sore tiba, Ethan berbicara dengan nada yang sedikit lebih lembut dari biasanya. "Besok aku kembali ke sekolah. Aku tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi, tapi kau harus tetap menjalani tugasmu dengan baik di sini."

Vaira mengangguk pelan. "Ya, Tuan. Saya akan melakukan yang terbaik."

"Dan jangan lupa belajar," tambah Ethan, menatap Vaira sejenak sebelum kembali menatap bukunya.

Ketika malam tiba, Vaira pulang ke rumah seperti biasa, tetapi kali ini suasana hatinya sedikit berbeda. Ada rasa lega karena rutinitas berat ini akan berakhir sementara, tetapi juga ada sedikit rasa kehilangan. Meski Ethan bukan seseorang yang mudah didekati, Vaira merasa bahwa ia telah belajar banyak hal dari tuannya.

Sesampainya di rumah, Dakron dan Marie menyambutnya seperti biasa. Vaira menceritakan bahwa hari itu adalah hari terakhir ia menemani Ethan sebelum masa liburannya berakhir. Mendengar itu, Dakron dan Marie merasa lega. Mereka tahu bahwa rutinitas ini tidak mudah bagi Vaira, tetapi mereka bangga dengan bagaimana ia menjalani semuanya.

Malam itu, Vaira duduk di kamarnya, memikirkan kembali pengalaman beberapa minggu terakhir. Ia menyadari bahwa meskipun Ethan adalah seorang bangsawan yang memiliki segalanya, ia tetap manusia biasa yang memiliki kesulitan dan tanggung jawab besar. Hubungannya dengan Ethan mungkin tidak sepenuhnya dekat, tetapi setidaknya ia merasa telah melakukan tugasnya dengan baik.

Keesokan harinya, rumah besar terasa lebih sepi. Ethan telah pergi, dan Vaira kembali menjalani hari-harinya seperti biasa, tanpa jadwal tambahan menemani Tuan Muda. Namun, ia tahu, suatu saat Ethan akan kembali, dan mungkin segalanya akan berbeda lagi. Untuk saat ini, ia memilih menikmati waktu bersama keluarganya dan fokus pada sekolahnya.