"Kau mau Kembali sekarang?" Theo menatapku saat aku berbaring rumput dengan hembusan angin yang menenangkan.
"nanti dulu aku butuh istirahat" aku menutup mataku perlahan, kejadian yang aku lihat tadi menguras energiku sangat-sangat menguras energiku kenapa harus aku yang melihat semua ini, ini sangat membuang energiku yang sangat terbatas, gelap dan sangat gelap hangat dan bercahaya, aku melihat sekeliling dengan samar-samar seperti ada suara Jones memanggilku tapi aku masih menutup mataku karena kelelahan.
"dia blm bangun" suara Theo yang bergema dan aku merasakan tangan seseorang memegang pipiku dengan lembut.
"biarkan saja dia tidur" suara Jones yang seperti menuangkan air dan aku masih bisa mendengarnya, aku melihat sekitar meskipun samar-samar, aku menutup mataku rasanya dingin ku tidak tau di mana aku berada.
"oii bangun" suara yang bergema dengan suasana yang dingin itu aku rasakan, Aku membuka mataku samar-samar melihat sekeliling dengan dataran es dan salju di mana-mana.
"kau sudah bangun akhirnya"aku melihat sosok pria di depanku itu adalah Arthur.
"Arthur" aku memposisikan diriku duduk di depan Arthur yang menatapku.
"gimana masih pusing?" Arthur menatapku dengan wajah yang tersenyum dengan tatapan nya yang menyebalkan.
"ya…" Aku memegang keningku dengan wajah yang kesakitan akibat pusing yang aku rasakan, Arthur duduk di sampingku sambil menatap hamparan es di depan.
"kau meninggal karena Jhon?" aku bertanya alasan Arthur sudah tiada.
"ya..memang aku di bunuh oleh Jhon, dia pintar sekali memanfaatkan keadaan saat peperangan dia membunuhku dan memerintahkan semua pasukan nya yang tidak bernyawa itu untuk menutupi apa yang terjadi sesungguhnya" Arthur bercerita dengan wajah yang muram.
"pantas saja rasanya ada sejarah yang hilang dan terlupakan" aku mengerti kenapa Sejarah Arthur dilupakan dan hanya terdapat Kerajaan Winter yang ada di Sejarah bahkan Sejarah terbentuknya keluarga Kerajaan Ratu Elizabeth.
"Jhon…adalah muridku yang paling cerdas dan pintar, tapi mines nya dia tidak memiliki empati dan hanya memiliki ambisi untuk keluarga Kerajaan Winter..hahahha" Arthur tertawa mengingat Jhon sepertinya.
"Jhon sepertinya aku harus mengeksekusinya" Arthur menatap langit dingin yang indah, aku hanya terdiam memikirkan caranya Arthur berdiam diri di sini dan aku tidak tau apa ini tapi sepertinya alam bawah sadarku.
"tapi pilihan ada didirimu, Ryan" Arthur menatapku dengan wajah yang memberkan tanggung jawab.
"kau harus bisa membuat pilihan untuk dunia ini atau Keluargamu.." Arthur memberi harapan besar, aku tidak bisa memilih ini terlalu berat untukku.
"kenapa kau tidak memilih Ryon?, Ryon lebih baik dari aku" aku menatap Arthur dengan wajah bimbang memilih Keputusan yang menyulitkan dirinya.
"karena aku tau..kau adalah diriku yang lebih bertanggung jawab" Arthur menatapku dan mendorong keningku masuk kesebuah retakan dimensi yang gelap.
"resek" komplen ku yang terjatuh di kegelapan itu, aku langsung tersentak terbangun dari Kasur yang empuk dan kaget melihat Jones yang sedang makan mie instan dengan Theo yang makan bersamanya di 1 piring yang sama bahkan mereka berdua mematung saat melihatku terbangun.
"mau mie?" Theo menwarkanku mie digarpunya sambil menyodorkannya kearahku, aku langsung makan mie itu karena lapar.
"pas berarti kita bikin 5 bungkus mie instan coyy" Theo merasa keren, "aneh" Jones makan mie.
"heh…lu kan enggak percaya kalo semisal Ryan bangun resek" Theo kesel dan makan mie instan, "ya gimana gua enggak percaya lu tiba-tiba banget merintah gua buat bikin 5 bungkus tanpa ada alasan jelas" Jones komplen.
"yee..percaya ae sih lagian di sini yang pengikut Dewa waktu gua" Theo menatap Jhon.
"setidaknya lu beli apa eggak bantuin bikin resek" Jones ikutan marah.
"dih..gua kagak ada duit anying" Theo menjawab, "makanya kerja tua" Jones menatap Theo.
"lu mau gua hapus dari Pararel Multivers lu?" Theo mengancam.
"dih parah bat, mainnya ngapus di Pararel Multiver" Jones komplen, tunggu bentar Theo dah tua? Bisa jadi sih karena dia pengikut Dewa waktu Cuma kek emang serius.
"Theo umurmu berapa?" aku memakan mie instan sambil bertanya.
"120 tahun, napa emang?" Theo menjawab dan aku hamper tidak bisa menelan makananku.
"kau serius?" aku menatap Theo dengan wajah yang kaget.
"serius jir gua 120 tahun napa emang gua cakep? Jelas gua cakep…" Theo narsis dikit ya enggak kaget sih bentukan nya kek orang narsis Cuma aku denger dia orang yang sulit di dekati dan juga terlalu disiplin.
"eh..itu kening lu napa?" Jones menatapku dan membuatku kebingungan.
"ada apa emang" aku bingung, Jones memperlihatkan layer hitam ponselnya membuatku melihat pantulan diriku di layer ponselnya.
"lohh…kok ada ini" aku kaget melihat logo huruf A yang disegel di kelapaku meskipun ukurannya kecil tapi tetap terlihat, Theo terlihat memeriksa logo itu secara dekat aku bahkan hanya merasakan sensai hangat nafasnya.
"ini tanda Renkarnasi Arthur..jika segel dihuruf A itu menghilang kau akan membangkitkan kekuatan Arthur di tubuhmu" Theo menjelaskan sambil duduk di samping Jones.
"ow…aku mengerti" aku bingung mau percaya atau tidak opini dari Theo tapi Theo adalah pengikut tertinggi Dewa Waktu jadi seharusnya mempercayai dirinya itu hal yang baik, aku berfikir dengan keras dan memang kemungkinan opini Theo terjadi adalah 80% jadi aku tidak bisa membantah itu, aku menatap hubungan Theo dan Jhones.
"kalian berdua enggak mau pacarana aja?" aku melihat keromantisan Theo dan Jones.
"hah..gila lu ya Theo cewe anjir" Jones membuatku kaget.
"opini apa itu jir, dulu emang gua cewe sekarang gua cowo tulen jir" Theo menatap Jones dengan wajah yang aneh.
"boong gini ya, gua kagak percaya" Jones menaruh mangkuk mie instan dan aku mengambilnya.
"oh ya udah lu mau apa? Gua buka baju di sini?" Theo menantang.
"a..ya udah buka" Jones masih keras kepala dan kesal, Theo membuka bajunya dan ternyata bener Theo laki-laki sekarang, aku melihat mereka masih berdebat sambil makan mie instan, cara membangkitkan segel Renkarnasi Arthur gimana ya? Keknya sulit, aku melihat segel itu sambil melihat pantulan diriku di layer ponselku sendiri, dan ya Theo dan Jones masih sibuk berantem masih dengan opini Theo perempuan bahkan Jones sampai darah tinggi.
"kalian serius masih berantem Cuma karena sebuah gender, dan kau Jones kau berantem sama orang yang emang udah ngasih tau kalo dia laki-laki" aku berusaha menenangkan situasi.
"diam jir, gua enggak " Jones masih enggak mau kalah.
"lu masih kek gitu gua cipok lu" Theo mengancam.
"woi gila lu ya nyium gueh taik loh" Jones kesel, Jones adalah seorang Perempuan maskulin wajar aja dia merasa dirinya di rendahkan oleh Theo.
"eh..kita debat berdua enggak aka nada ujungnya lu mau kita debat sampe mampus" Theo menatap Jones dengan wajah yang terpancing emosi, Jones orang yang anger issues jadi enggak kaget setiap saat dia bakal kesal karena tidak sesuai dengan hal yang dia inginkan bahkan apapun itu dia selalu percaya opininya bahkan dia akan sangat-sangat marah jika tidak bersih sama sekali bahkan membandingkan kebersihan dirinya dengan orang lain, sedangkan Theo aku tidak mengenalnya aku bahkan baru tau umurnya 120 tahun tua banget Cuma kek dia ganteng untuk seusia 120 tahun, aku masih melihat mereka yang berantem Cuma karena gender, kapan selesai nya sumpah bakal lama banget ini ngoceh sana ngoceh sini, aku melihat mereka berdua yang masih berdebat sambil makan mie instannya, terlihat Theo yang akhirnya didominasi oleh Jones.
"resek kali" Theo memundurkan diri jika dia tidak mundur Jones pasti akan lebih parah.
"oya Theo boleh aku bertanya" aku menatap Theo dengan wajah yang ingin tau.
"apa?" Theo duduk di sebelahku sambil memakai bajunya, "gimana caranya membangkitkan segel ini" aku bertanya.
"aa…mm" Theo seperti menutupi sesuatu.
"nanti…bakal ada" Theo tidak memberi jawaban jelas seperti yang aku duga, jika aku tau itu akan membuat pararel waktu baru lagi jika aku berhasil tau apa artinya itu.