Ya..kesana kastil terbengkalai yang ditinggalkan semenjak para manusia tak berjiwa itu, benar kastil Kerajaan Knight yang memiliki sebuah perpustakaan ajaib yang menulis semua buku sesuai Sejarah yang ada, seharusnya buku itu ada di sana, tapi apa sihir itu masih berkerja seharusnya sihir Merlin masih ada di sana, aku berfikir sambil berjalan ke pintu utama keluar perpustakan tapi terhenti dengan beberapa pertanyaan, tapi Kerajaan knight itu jauh banget.
"panggil Theo" ucap ku dan tiba-tiba saja udara berhenti berhembus semua berhenti dan terbukalah retakan dan menunjukkan Theo yang tersenyum sambil membawa buku besar.
"kau manggilku?, butuh apa?" Theo menatapku.
"antar aku ke rerutuhan kastil Knight".
"baiklah ayo" Theo membuka retakan dimensi yang baru dan menutup retakan dimensi yang lama, aku memasuki retakan dimensi itu dikuti Theo yang masuk dan menutup retakan dimensi itu.
"reruntuhan kastil Knight ya? Mencari buku Ajaib itu bukan" Theo menebak isi pikiranku, aku hanya mengangguk dan berjalan masuk kedalam reruntuhan kastil itu, terlihat Theo membelah dirinya dan membuat medan waktu yang berbeda di reruntuhan kastil.
"yang mulia pangeran Winter selamat datang" pria tua itu menatapku dengan wajah yang hangat, aku menatapnya dengan skeptis saat pria itu muncul.
"saya Robert Hardy Harperwood penjaga reruntuhan kastil Knight dan anda" Harperwood menatap Theo.
"saya..Theo..Theo Reginald Edgar, salam kenal" Theo menunduk sopan aku baru tau marganya Edgar.
"itu bukan marga kelaurga tapi marga yang diberi Dewa Waktu padaku" Theo menjelaskan sambil berjalan dipimpin oleh Harperwood.
"jadi aku panggil Edgar?" aku menatap Theo.
"jangan panggil marga terlalu sopan panggil Theo aja" Theo tampak santai, Harperwood memimpin jalan sampai masuk ke reruntuhan kastil Knight.
"pangeran ingin mencari apa?" Harperwood menatapku dengan wajah yang ramah.
"pembuatan buku" aku menjawab dengan wajah kaku.
"baik, pangeran" Harperwood tersenyum ramah berjalan memimpin ke sebuah ruangan gelap dan bawah tanah di reruntuhan kastil Knight, terlihat pintu besar terbuat dari besi yang sangat keras dan sangat indah dengan ornament bunga mawarnya yang indah, pintu besar yang terbuat dari besi itu terbuka memperlihatkan sebuah sihir yang menulis setiap kejadian yang terjadi.
"mereka akan berkerja terus sampai kapanpun itu untuk menulis setiap kejadian di dunia ini" Harperwood menjelaskan sambil menatapku yang sedang mencari buku yang terlihat sudah tua.
"jadi setiap gulungan ini akan diubah menjadi sebuah buku begitu?" Theo memegang 1 buku tang berdebu.
"entitas, ow…jadi dia enggak tau sebutan VI, OK, CDs dan lain-lainnya toh, kirain bisa nyebutan itu" Theo tampak tau Batasan dari sihir ini untuk menulis suatu kejadian dan entitas yang dianggap belum jelas informasinya. Aku membuka dengan judul 'Arthur', aku membuka itu tak lupa membersihkan halamannya dari debu-debu.
"hem..penjelasan Arthur semua" Aku membalik beberapa halaman dan tiba-tiba saja merasa pusing dan langsung kehilangan ke seimbangan, Theo menangkapku dan mengangkatku.
"enggak tau rasanya pusing dan bergerak" aku menatap semuanya bergerak dan bergetar aku bingung kenapa seperti ini, Theo mengangkatku dengan satu tangan, satu tangannya yang lain membawa buku Arthur itu.
"a..aku bisa sendiri" ucapku dengan kondisi yang masih pusing berusaha turun dari Theo tapi Theo menahanku.
"diem..kita akan istirahat, maaf Tuan Harperwood tolong tunjukkan kamar istirahat" Theo menghampiri Harperwood yang sedan menyapu.
"apa yang terjadi dengan Pangeran?" Harperwood panik dan langsung berjalan ke ruangang utama kastil Knight yang belum runtuh, Theo menidurkan ku di Kasur dengan lembut sambil melihat tanda renkarnasi Arthur di keningku.
"tanda itu menyala " Theo duduk di Kasur yang aku tiduri dengan santai sambil membuka ponselnya dan menelfon seseorang.
"oi..lu kan ahli sejara bisa bantukan Xavier?" Theo menelfon Jones?, waw..mereka saja sampe punya nomer satu sama lain.
"okeh..gua buka ya retakan dimensinya" Theo menjawab.
"eh..tunggu perasaan tadi lu bikin medan waktu deh kenapa di Jones berjalan waktunya?" aku bertanya.
"oh itu wilayah rumah Xavier enggak akan terkena efeknya karena masih ada cloningan ku di sana" Theo membuka retakan dimensi dan Jones memasuki itu.
"apa?" Jones menatapku yang terbaring lemas.
"ow..lu serius enggak tau Sejarah?" Jones seperti menyepelekan Theo.
"lu,,kek ngerti hukum ae" Theo memanas-manasi.
"iyain setidaknya semua orang membutuhkan gueh" Jones sombong.
"iyain deh dosen" Theo nyerah, Jones memang seorang ilmuan dan juga seorang dosen dengan umur termuda ya 18 tahun keren kan dapet penghargaan juga sebagai pemilih ipk 4.00 memang.
"kekuatan mu belum seimbang karena tanda itu sedang memberikan mu kekuatan Arthur perlahan" Jones seperti memeriksa tubuhku menggunakan sihirnya.
"kau akan baik-baik saja santai saja" Jones tampak santai sambil duduk di sebelah Theo, Pusing..rasanya mati rasa…gelap.
"sudah bangun?" suara seorang pria yang aku kenali aku membuka mataku penglihatanku masih samar-samar, itu..Arthur yang menatapku dengan wajahnya yang menyebalkan.
"maaf ya..kau akan sering kesakitan karena kekuatanku mengalir padamu" Arthur duduk di sebelahku, dingin rasanya sangat dingin berbeda dengan yang tadi, aku melihat jari-jariku yang membeku.
"kau akan baik-baik saja" Arthur memegang tanganku yang membeku dengan hangat, aku melihat samar-samar rasanya pusing seperti ada yang mengguncangku terus menerus, aku melihat pantulan diriku di air es yang membeku hanya melihat samar-samar mengecil dan mengecil. Aku membuka mataku melihat sekeliling dengan samar-samar, aku di kamar Jones ya…masih di sini dengan Theo dan Jones yang tertidur berdua.
"sakit" aku menyetuh keningku yang rasanya kenyakitkan seperti memori-memori terdahulu yang masuk kedalam ingatanku tercampur dan tersusun, aku bahkan bisa tau Sejarah yang terjadi saat Jhon membunuh Arthur dengan posisi diriku menjadi Arthur itu sendiri, semua memori berputar dan bercampur dengan suara teriakan kemenangan, Visual penobatan Arthur ya..memori Arthur, mengerikan peperangan di mana-mana, darah yang mengalir sangat deras dari para mayat yang dibunuh pasca perang terjadi, merah pekat dengan wajah yang tidak berbentuk itu lah perang mengorbankan banyak pasukan dan 50/50 mati dan hidup tidak ada yang tau jika kau memasuki medang peperangan, itu pilihan antara kau bisa membuat stategi yang baik dan memanfaatkan situasi, sumber daya manusia yang harus dikembangkan lebih baik jika ingin memenangkan peperangan.
"hitam dan putih…" aku berbicara dengan wajah yang kaku dan tidak berekspresi sambil terus melihat visual-visual yang terus berjalan berganti dengan tragedi baru di setiap kehidupan Arthur, Aku terbangun dengan posisi yang duduk dan berkeringat.
"woi.." Theo terbangun dan langsung melihatku.
"maaf" aku memegang keningku lagi rasanya masih menyakitkan ya…itu benar, aku hanya melihat sekitar masih ada di kastil Knight dunia berhenti saat aku menatap jendela memang bener karena medan waktunya, Jones menepuk bahuku sambil memberikan ku sup sayur, aku memakannya dengan lahap, Theo dan Jones sedang mengobrol, tetapi aku hanya fokus makan dan makan aku hanya melihat makananku dan ingatan Arthur yang masih di putar oleh pikiranku.
"kau sudah siap" ucap Arthur yang tiba-tiba saja di depanku, ya..bukan aku yang berada di alam bawah sadarku.
"dan sekarang kau harus memilih Keputusan itu " Arthur menepuk kepalaku dengan lembut sambil berbicara dengan suara yang halus.
"kau harus siap saat itu tiba" Arthur berbicara di ikuti aku yang menatap ruangan kamar Istana Knight.
"woii lu denger gua enggak" Jones yang marah itu menarik kera bajuku dengan kasar.
"sabar" Theo menahan Jones.
"maaf.." Aku menatap dengan wajah kaku yang berfikir.
"kau kenapa ?" Theo menatapku dengan iba.
"Hah..tidak apa" Aku menjawab sambil makan tidak mau mereka terlalu menghawatirkanku.