Chereads / Petualangan 3 Sekawan / Chapter 5 - Chapter 5: Hantu Kedua - Perawat Terluka

Chapter 5 - Chapter 5: Hantu Kedua - Perawat Terluka

Setelah berhasil membantu hantu dokter yang terjebak dalam penyesalan, Naya, Rizky, dan Dimas merasa semakin bersemangat untuk melanjutkan misi mereka. Mereka tahu bahwa masih banyak arwah yang membutuhkan bantuan di rumah sakit tua ini. Malam berikutnya, ketiga sahabat itu kembali berkumpul di ruang arsip untuk merencanakan langkah selanjutnya.

"Sekarang kita harus mencari tahu tentang hantu perawat yang meninggal akibat kecelakaan," kata Naya sambil membuka catatan yang mereka temukan sebelumnya. "Dia mungkin juga terjebak di sini karena merasa bersalah."

Rizky mengangguk setuju. "Kita perlu menggali informasi lebih dalam tentang apa yang terjadi padanya. Jika dia merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan pasiennya, kita harus membantunya melepaskan beban emosional itu."

Dimas menyiapkan ponselnya untuk merekam. "Mari kita buat rekaman ini sebagai dokumentasi. Kita bisa merekam suara jika ada hantu yang ingin berbicara dengan kita."

Ketiga sahabat itu melangkah keluar dari ruang arsip dan menuju ruang perawatan tempat mereka pertama kali mendengar suara Rina. Saat mereka berjalan menyusuri koridor sepi rumah sakit, suasana semakin mencekam. Suara langkah kaki mereka bergema di dinding-dinding kosong, menciptakan suasana angker yang membuat bulu kuduk mereka meremang.

"Semoga kita bisa menemukan petunjuk tentang perawat itu," kata Naya, berusaha menenangkan diri.

Setelah beberapa saat mencari, mereka tiba di ruang perawatan yang dikenal sebagai tempat di mana banyak pasien dirawat sebelum meninggal. Ruangan itu tampak gelap dan sepi, tetapi ada sesuatu yang membuat Naya merasa bahwa mereka harus masuk.

"Ini dia," kata Naya sambil membuka pintu ruangan. "Kita harus memanggilnya."

Mereka berkumpul di tengah ruangan dan mulai memanggil hantu perawat tersebut. "Perawat! Jika kamu ada di sini, kami ingin berbicara denganmu!" seru Naya dengan suara tegas.

Setelah beberapa detik hening, suasana di ruangan mulai berubah. Angin dingin berhembus melalui jendela yang pecah, dan lampu neon berkelap-kelip seolah memberikan tanda kehadiran sesuatu yang tidak terlihat.

"Perawat!" panggil Rizky lagi. "Kami ingin membantu kamu!"

Tiba-tiba, bayangan samar muncul di sudut ruangan. Sosok seorang perempuan berpakaian seragam perawat berdiri di sana dengan ekspresi bingung di wajahnya. Dia tampak tidak nyata, seolah-olah dia adalah bagian dari kegelapan itu sendiri.

"Siapa kalian?" suara hantu perawat itu terdengar serak dan penuh kebingungan.

"Kami adalah teman-temanmu," jawab Dimas berani. "Kami datang untuk membantu kamu menemukan kedamaian."

Hantu perawat itu menggelengkan kepala, tampak bingung dan marah. "Aku tidak butuh bantuan! Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan!" katanya dengan nada tinggi.

Naya merasa ada emosi mendalam dalam suara hantu tersebut. "Tapi banyak pasienmu yang menderita karena kecelakaanmu," katanya lembut. "Kami ingin kamu menyadari kesalahanmu agar kamu bisa pergi dengan tenang."

Hantu perawat itu terdiam sejenak, tampak berjuang dengan pikirannya sendiri. "Aku… aku hanya ingin menyelamatkan mereka," jawabnya pelan.

Dimas melanjutkan, "Tapi tindakanmu justru menyebabkan lebih banyak penderitaan. Jika kamu bisa mengakui kesalahanmu, mungkin kamu bisa menemukan kedamaian."

Mendengar kata-kata Dimas, sosok hantu perawat itu mulai bergetar. "Saya tidak tahu… saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan," katanya dengan suara putus asa.

"Ceritakan pada kami apa yang terjadi," Naya mendesak lembut. "Kami akan mendengarkan."

Hantu perawat itu mulai menceritakan kisahnya—bagaimana dia terlibat dalam kecelakaan saat bertugas dan merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan pasiennya yang kritis. Setiap kata yang keluar dari mulutnya dipenuhi penyesalan dan kesedihan.

"Saya tidak pernah bermaksud untuk menyakiti siapa pun," katanya sambil menahan tangis. "Saya hanya ingin melakukan pekerjaan saya dengan baik."

Naya merasakan empati mendalam terhadap sosok tersebut. "Kami mengerti bahwa niatmu baik," ujarnya lembut. "Tapi sekarang saatnya untuk menerima kenyataan dan melepaskan beban ini."

Setelah beberapa saat berbincang-bincang, hantu perawat itu mulai menyadari kesalahannya. Air mata mengalir dari wajahnya yang pucat saat dia mengaku kepada Naya dan teman-temannya bahwa dia tidak bisa melanjutkan hidupnya tanpa meminta maaf kepada pasiennya.

"Jika ada cara untuk memperbaiki semuanya… saya ingin melakukannya," ucapnya pelan sebelum sosoknya mulai memudar ke dalam cahaya lembut.

Naya dan teman-temannya menyaksikan sosok hantu perawat itu perlahan-lahan menghilang dengan tenang; mereka merasakan beban berat terangkat dari ruangan tersebut—sebuah tanda bahwa jiwa perawat itu akhirnya menemukan kedamaian setelah bertahun-tahun terjebak dalam penyesalan.

Ketiga sahabat saling memandang dengan rasa syukur dan haru; mereka tahu bahwa misi mereka baru saja dimulai—masih banyak arwah lain yang membutuhkan bantuan mereka di rumah sakit tua ini.

Dengan semangat baru dan tekad untuk terus membantu arwah-arwah gentayangan lainnya, Naya, Rizky, dan Dimas bersiap untuk melanjutkan pencarian mereka—sebuah perjalanan penuh tantangan menanti dalam kegelapan malam!