Setelah berhasil membantu hantu anak yang hilang, Naya, Rizky, dan Dimas merasakan beban berat terangkat dari hati mereka. Mereka telah membantu beberapa arwah menemukan kedamaian, tetapi mereka tahu bahwa misi mereka belum sepenuhnya selesai. Masih ada beberapa hantu lain di rumah sakit tua ini yang membutuhkan bantuan.
Malam itu, ketiga sahabat itu berkumpul di ruang arsip untuk merencanakan langkah selanjutnya. Mereka duduk di sekitar meja yang dipenuhi dengan dokumen dan catatan medis yang telah mereka kumpulkan selama beberapa malam terakhir.
"Kita sudah membantu dokter, perawat, dan anak kecil," kata Naya sambil melihat catatan. "Tapi kita belum menemukan hantu lain yang terjebak di sini."
"Sepertinya kita harus fokus pada hantu-hantu yang masih terperangkap," Rizky menambahkan. "Mungkin ada lebih banyak jiwa yang membutuhkan pertolongan."
Dimas mengangguk setuju. "Kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang sejarah rumah sakit ini. Mungkin ada tragedi lain yang terjadi di sini dan menyebabkan jiwa-jiwa terjebak."
Dengan semangat baru, mereka memutuskan untuk menjelajahi bagian-bagian rumah sakit yang belum mereka kunjungi. Mereka ingin menemukan lebih banyak informasi tentang hantu-hantu yang mungkin masih terjebak di sana.
Malam semakin larut saat mereka berjalan menyusuri koridor sepi rumah sakit. Suara langkah kaki mereka bergema di dinding-dinding kosong, menciptakan suasana angker yang membuat bulu kuduk mereka meremang. Namun, ketiga sahabat itu tetap bertekad untuk melanjutkan pencarian mereka.
Akhirnya, mereka tiba di ruang jenazah—tempat di mana banyak pasien yang meninggal disimpan sebelum dimakamkan. Suasana di dalam ruangan itu terasa dingin dan sunyi. Mereka tahu bahwa ini adalah tempat yang penuh dengan kenangan dan tragedi.
"Ini mungkin tempat di mana banyak jiwa terjebak," kata Naya pelan sambil melihat sekeliling.
Rizky mengangguk sambil menyalakan senter ke sudut ruangan. "Kita harus memanggil hantu-hantu ini dan meminta mereka untuk berbicara dengan kita."
Ketiga sahabat itu berkumpul di tengah ruangan dan mulai memanggil hantu-hantu tersebut. "Jika kalian ada di sini, kami ingin berbicara dengan kalian!" seru Naya dengan suara tegas.
Setelah beberapa detik hening, suasana di ruangan mulai berubah. Angin dingin berhembus melalui jendela yang pecah, dan lampu neon berkelap-kelip seolah memberikan tanda kehadiran sesuatu yang tidak terlihat.
"Jika kalian ada di sini, kami ingin membantu kalian!" panggil Rizky lagi.
Tiba-tiba, bayangan samar muncul di sudut ruangan. Sosok-sosok tak kasat mata mulai terlihat—beberapa dari mereka tampak bingung, sementara yang lain terlihat sangat sedih.
"Siapa kalian?" suara salah satu sosok terdengar serak dan penuh kebingungan.
"Kami adalah teman-temanmu," jawab Dimas berani. "Kami datang untuk membantu kalian menemukan kedamaian."
Sosok-sosok itu saling memandang satu sama lain dengan ekspresi bingung. "Kami tidak butuh bantuan! Kami hanya ingin pergi dari sini!" salah satu dari mereka berkata dengan nada tinggi.
Naya merasa ada emosi mendalam dalam suara hantu tersebut. "Tapi kalian tidak boleh pergi tanpa menyelesaikan urusan kalian," katanya lembut. "Ada hal-hal yang perlu kalian akui agar bisa menemukan kedamaian."
Salah satu sosok wanita itu mulai berbicara, "Kami terjebak setelah kecelakaan itu… Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan."
Dimas melanjutkan, "Kami ingin mendengar cerita kalian. Jika ada cara untuk membantu kalian melepaskan beban ini, kami akan melakukan apa saja."
Sosok-sosok itu mulai menceritakan kisah mereka—bagaimana mereka terlibat dalam kecelakaan tragis saat dalam perjalanan ke rumah sakit untuk menjenguk anggota keluarga mereka yang sakit parah. Ketika mobil mereka terguling dan menyebabkan kematian semua penumpang, jiwa-jiwa mereka terjebak dalam kesedihan dan penyesalan karena tidak sempat mengucapkan selamat tinggal.
"Jika kami bisa kembali… jika kami bisa melihatnya lagi…" suara wanita itu terdengar penuh harapan dan kesedihan.
Naya merasakan empati mendalam terhadap sosok tersebut. "Kami mengerti bahwa kehilangan itu sangat menyakitkan," ujarnya lembut. "Tapi sekarang saatnya untuk menerima kenyataan dan melepaskan beban ini."
Setelah beberapa saat berbincang-bincang, sosok-sosok itu mulai menyadari bahwa mereka perlu melepaskan rasa sakit tersebut agar bisa pergi dengan tenang. Air mata mengalir dari wajah-wajah pucat mereka saat mereka mengaku kepada Naya dan teman-temannya bahwa mereka tidak bisa melanjutkan hidup tanpa meminta maaf kepada orang-orang yang mereka cintai.
"Jika ada cara untuk memperbaiki semuanya… kami ingin melakukannya," ucap salah satu sosok pelan sebelum sosok-sosok itu mulai memudar ke dalam cahaya lembut.
Naya dan teman-temannya menyaksikan sosok-sosok keluarga itu perlahan-lahan menghilang dengan tenang; mereka merasakan beban berat terangkat dari ruangan tersebut—sebuah tanda bahwa jiwa-jiwa keluarga itu akhirnya menemukan kedamaian setelah bertahun-tahun terjebak dalam kesedihan.
Ketiga sahabat saling memandang dengan rasa syukur dan haru; mereka tahu bahwa misi mereka baru saja dimulai—masih banyak arwah lain yang membutuhkan bantuan mereka di rumah sakit tua ini.
Dengan semangat baru dan tekad untuk terus membantu arwah-arwah gentayangan lainnya, Naya, Rizky, dan Dimas bersiap untuk melanjutkan pencarian mereka—sebuah perjalanan penuh tantangan menanti dalam kegelapan malam!