Setelah malam yang penuh ketegangan dan penemuan mengejutkan di ruang perawatan lama, Naya, Rizky, dan Dimas berkumpul di ruang arsip rumah sakit. Dengan berkas-berkas berdebu dan lampu senter yang berkelap-kelip, suasana di ruangan itu terasa semakin mencekam. Namun, semangat mereka untuk membantu Rina dan arwah-arwah lainnya tidak surut.
"Baiklah, kita harus merencanakan langkah selanjutnya," kata Naya sambil membuka folder catatan medis Rina yang baru saja mereka temukan. "Kita perlu mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang kematiannya."
Rizky mengangguk setuju. "Kita bisa mulai dengan mencari tahu lebih banyak tentang operasi yang dia jalani. Siapa dokter yang menangani Rina? Apa komplikasi yang terjadi?"
Dimas, yang selalu siap dengan teknologi, menambahkan, "Aku bisa merekam semua informasi ini. Kita juga bisa menggunakan ponsel untuk merekam suara jika ada hantu yang ingin berbicara dengan kita."
Naya merasa terinspirasi oleh ide Dimas. "Itu ide bagus! Jika kita bisa merekam suara atau bahkan menangkap penampakan, kita bisa mendapatkan bukti nyata tentang apa yang terjadi di sini."
Ketiga sahabat itu mulai menyusun rencana. Mereka sepakat untuk mencari catatan medis lain yang mungkin terkait dengan Rina dan pasien-pasien lain yang mengalami hal serupa. Mereka juga akan menjelajahi bagian-bagian rumah sakit yang dianggap angker untuk mencari petunjuk lebih lanjut.
Setelah beberapa jam mencari informasi di ruang arsip, mereka menemukan beberapa dokumen penting tentang Rina. Ternyata, Rina adalah seorang gadis berusia dua puluh tahun yang dirawat karena usus buntu. Operasinya berjalan baik pada awalnya, tetapi kemudian dia mengalami infeksi parah yang menyebabkan kematiannya.
"Ini sangat menyedihkan," kata Naya sambil membaca catatan tersebut. "Dia seharusnya memiliki masa depan yang cerah."
Rizky merasakan emosi mendalam saat membaca kisah hidup Rina. "Kita harus melakukan sesuatu untuk membantunya. Dia tidak seharusnya terjebak di sini dalam keadaan seperti ini."
Dimas mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam. "Mari kita buat rekaman ini sebagai dokumentasi. Jika ada suara atau penampakan, kita bisa melihatnya kembali nanti."
Dengan semangat baru, mereka memutuskan untuk kembali ke ruang perawatan lama dan mencoba berkomunikasi dengan Rina. Mereka berharap bisa mendapatkan lebih banyak informasi tentang apa yang dia alami sebelum meninggal.
Malam semakin larut ketika mereka tiba kembali di ruang perawatan lama. Suasana di dalam ruangan itu terasa lebih dingin dibandingkan sebelumnya, dan ketiga sahabat itu merasakan ketegangan meningkat saat mereka melangkah masuk.
"Rina," panggil Naya pelan, suaranya bergetar di udara dingin. "Jika kamu ada di sini, tolong tunjukkan tanda bahwa kamu mendengarkan kami."
Setelah beberapa detik hening, tidak ada jawaban. Rizky menatap sekeliling dengan waspada. "Mungkin dia tidak ingin berbicara," katanya.
Dimas mengarahkan senter ke sudut ruangan dan melihat bayangan bergerak cepat. "Apa itu?" tanyanya sambil menahan napas.
Naya berusaha tetap tenang meskipun jantungnya berdegup kencang. "Rina, jika kamu ada di sini, kami ingin membantu kamu," katanya lagi dengan lebih tegas.
Tiba-tiba, lampu neon di atas kepala mereka berkedip-kedip sebelum padam sepenuhnya, meninggalkan mereka dalam kegelapan total.
"Dimas! Nyalakan lampu senter!" teriak Rizky panik.
Dimas segera menyalakan senter ponselnya dan mengarahkan cahaya ke sekeliling ruangan. Dalam cahaya redup itu, mereka melihat sosok perempuan muda berdiri di sudut ruangan—sosok itu adalah Rina.
"H-help me…" suara lembutnya terdengar samar namun penuh kesedihan.
Naya merasa hatinya bergetar mendengar suara itu. "Rina! Kami di sini untuk membantu kamu!" serunya penuh harap.
Sosok Rina tampak bingung dan mengulurkan tangan seolah meminta bantuan. Ketiga sahabat itu saling memandang dengan ekspresi campur aduk antara ketakutan dan harapan.
"Dia butuh bantuan kita," kata Naya pelan namun tegas; matanya tidak lepas dari sosok tersebut.
Dengan tekad baru dan rasa ingin tahu yang membara, mereka bersiap untuk membantu Rina menemukan kedamaian serta mengungkap misteri kematiannya di rumah sakit tua tersebut. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan membawa mereka ke dalam kegelapan misteri—sebuah misi untuk menyelamatkan jiwa yang terjebak antara dunia ini dan dunia lain.
Saat sosok Rina mulai memudar dari pandangan mereka, ketiga sahabat itu merasa bahwa ini baru permulaan dari petualangan menegangkan yang akan membawa mereka lebih dalam ke dalam kegelapan rumah sakit tua ini…