Bab 3: Menuju Universitas Aetheria
"Ksatria kerajaan?" Kai mengulang tawaran Raja dengan nada terkejut. Ia tidak menyangka akan mendapatkan tawaran sebesar itu.
Raja mengangguk. "Ya, Kai. Kau memiliki bakat yang luar biasa. Aku yakin kau akan menjadi ksatria yang hebat."
Kai terdiam sejenak. Ia memikirkan tawaran Raja, lalu menggelengkan kepalanya. "Terima kasih atas tawarannya, Yang Mulia. Tapi, aku harus menolak."
Raja dan Elara tampak terkejut.
"Menolak?" Raja mengerutkan kening. "Mengapa?"
"Saat ini, aku ingin fokus pada studiku di Universitas Aetheria," jawab Kai. "Aku ingin mempelajari lebih banyak tentang dunia ini dan mengembangkan kemampuanku."
Kai melirik ke arah panel sistem yang menampilkan quest 'Pergi ke Universitas Aetheria'. Ia harus menyelesaikan misi sistem ini.
"Selain itu," lanjut Kai, "aku merasa belum siap untuk mengemban tanggung jawab sebesar itu. Menjadi seorang ksatria kerajaan bukanlah hal yang mudah."
Raja terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Aku mengerti. Kau adalah pemuda yang bijaksana, Kai. Aku menghargai keputusanmu."
Elara juga tersenyum pada Kai. "Aku senang kau akan bersekolah di Universitas Aetheria. Kita bisa bertemu lagi di sana."
Kai mengangguk. "Ya, tentu."
Raja kemudian berpamitan dan mengajak Elara kembali ke kereta kerajaan. Sebelum pergi, Raja berpesan pada Kai untuk datang ke istana kapanpun ia mau.
Kai memperhatikan kereta kerajaan yang melaju pergi, lalu menghela napas. Ia telah menolak tawaran menjadi ksatria kerajaan. Apakah itu keputusan yang tepat?
[ Tuan Rumah, Anda telah membuat keputusan yang bijak, ] sistem bersuara di benak Kai. [ Fokus pada tujuan Anda saat ini. ]
Kai mengangguk. Ia harus fokus pada studinya dan misi sistem. Ia akan pergi ke Universitas Aetheria sekarang.
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Raja dan Elara, Kai melanjutkan perjalanan ke Universitas Aetheria. Kereta kuda membawanya melewati gerbang megah yang dijaga oleh dua patung griffin berukuran raksasa. Kai terkesima melihat pemandangan di depannya.
Universitas Aetheria terletak di atas sebuah bukit yang luas. Bangunan-bangunannya megah dan berarsitektur klasik, dengan pilar-pilar tinggi, kubah-kubah berukir, dan jendela-jendela kaca patri yang berwarna-warni. Taman-taman yang tertata rapi dan air mancur yang menyegarkan menghiasi halaman universitas. Di kejauhan, Kai dapat melihat perpustakaan raksasa dengan menara yang menjulang tinggi.
[ Quest 'Pergi ke Universitas Aetheria' telah selesai. Anda mendapatkan 100 EXP dan 100 Gold, ] sistem mengumumkan.
Kai tersenyum. Ia berhasil menyelesaikan misi sistem yang pertama. Ia memeriksa statusnya dan menemukan bahwa levelnya telah naik menjadi 2. Ia juga mendapatkan 100 Gold yang dapat ia gunakan untuk membeli peralatan atau item lainnya.
"Bernard," panggil Kai. "Bisakah kau menungguku di sini? Aku akan mengurus beberapa hal di universitas."
"Baik, Tuan," jawab Bernard.
Kai turun dari kereta dan melangkah masuk ke halaman universitas. Ia merasa sedikit gugup. Ini adalah pertama kalinya ia berada di tempat seperti ini. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan atau ke mana ia harus pergi.
Ia melihat sekeliling dan menemukan sebuah papan pengumuman besar di dekat gerbang. Di papan itu tertempel berbagai macam informasi, mulai dari jadwal kuliah hingga pengumuman acara kampus. Kai mencoba mencari informasi tentang fakultas yang ia minati, yaitu fakultas pedang.
Tiba-tiba, seseorang menepuk bahunya. Kai menoleh dan melihat seorang pemuda dengan rambut pirang dan mata hijau sedang tersenyum padanya.
"Hai," sapa pemuda itu. "Kau mahasiswa baru, ya?"
Kai mengangguk. "Ya, benar."
"Namaku Leo," kata pemuda itu. "Selamat datang di Universitas Aetheria! Kau mau kuliah di fakultas apa?"
"Fakultas pedang," jawab Kai.
"Wah, sama dong!" seru Leo. "Kita bisa jadi teman sekelas nih. Oh iya, namamu siapa?"
"Kai," jawab Kai.
"Kai, ya? Nama yang bagus. Kalau begitu, ayo kita ke fakultas pedang bersama-sama. Aku bisa menunjukkan jalannya."
Kai tersenyum. Ia senang bisa menemukan teman baru secepat ini. Ia mengikuti Leo melewati koridor-koridor universitas yang ramai dengan mahasiswa dari berbagai ras. Kai melihat elf, dwarf, beastfolk, bahkan beberapa makhluk yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia semakin terpesona dengan keanekaragaman dunia Aevonia.
Kai mengikuti Leo melewati koridor-koridor universitas yang ramai dengan mahasiswa dari berbagai ras. Ia melihat elf, dwarf, beastfolk, bahkan beberapa makhluk yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia semakin terpesona dengan keanekaragaman dunia Aevonia.
"Nah, itu dia fakultas pedang," kata Leo, menunjuk sebuah bangunan besar dengan arsitektur yang menyerupai benteng. "Di Aevonia, semua pendekar pedang harus menempuh pendidikan di sini untuk meningkatkan kemampuan mereka."
"Oh ya?" Kai mengangkat alis. "Bagaimana sistem pendidikannya?"
"Di fakultas pedang, kita dibagi menjadi beberapa tingkatan kelas berdasarkan kemampuan," jelas Leo. "Mulai dari Novice, Journeyman, Vanguard, Sage, Archmage, hingga Celestial. Semakin tinggi tingkatannya, semakin sulit ujian dan latihannya."
"Celestial?" Kai mengulang nama tingkatan terakhir dengan penasaran. "Apa yang membuat tingkatan itu istimewa?"
"Hanya sedikit orang yang bisa mencapai tingkatan Celestial," jawab Leo dengan nada kagum. "Mereka adalah pendekar pedang terkuat di Aevonia, yang memiliki kemampuan melampaui batas manusia biasa. Mereka dihormati dan disegani oleh semua orang."
Kai terdiam sejenak, membayangkan seberapa hebat seorang pendekar pedang tingkat Celestial. Ia jadi semakin bersemangat untuk belajar di fakultas pedang dan meningkatkan kemampuannya.
"Bagaimana cara kita naik tingkat?" tanya Kai.
"Kita harus mengikuti ujian dan latihan yang diadakan setiap akhir semester," jelas Leo. "Ujiannya berbeda-beda untuk setiap tingkatan. Untuk naik ke tingkat Journeyman, misalnya, kita harus menguasai semua jurus dasar dan menang dalam duel latihan melawan senior."
"Kedengarannya menantang," kata Kai.
"Memang," jawab Leo sambil tersenyum. "Tapi itu semua sepadan dengan hasilnya. Semakin tinggi tingkatan kita, semakin banyak kesempatan yang kita dapatkan, baik dalam karir militer maupun politik."
Mereka tiba di depan pintu gerbang fakultas pedang. Dua orang ksatria berdiri jaga di samping gerbang, memeriksa setiap mahasiswa yang masuk. Leo menunjukkan kartu mahasiswanya pada salah satu penjaga, dan penjaga itu membiarkan mereka masuk.
Kai mengikuti Leo masuk ke dalam fakultas pedang. Ia melihat sebuah lapangan latihan yang luas di tengah-tengah bangunan. Puluhan mahasiswa sedang berlatih pedang di sana, dibimbing oleh para instruktur yang berpengalaman. Suara benturan pedang dan teriakan semangat mengisi udara.
Kai merasakan semangatnya membara. Ia tidak sabar untuk segera bergabung dengan mereka dan memulai petualangan barunya sebagai seorang pendekar pedang.
Kai dan Leo memasuki aula utama fakultas pedang. Aula itu sangat luas dan megah, dengan langit-langit yang tinggi dan dinding yang dihiasi dengan berbagai macam senjata dan baju zirah. Di tengah-tengah aula terdapat sebuah arena pertarungan yang dikelilingi oleh kursi penonton.
"Di sinilah kita akan menghabiskan sebagian besar waktu kita," kata Leo. "Kita akan belajar jurus-jurus pedang, strategi pertarungan, dan juga melatih kekuatan fisik kita."
Kai mengangguk dengan antusias. Ia tidak sabar untuk segera memulai latihan.
"Oh iya," lanjut Leo. "Aku hampir lupa. Kita harus mendaftar ke bagian administrasi dulu untuk mendapatkan jadwal kuliah dan seragam."
Mereka berjalan menuju bagian administrasi yang terletak di sudut aula. Di sana, mereka disambut oleh seorang wanita paruh baya dengan rambut hitam dan kacamata berbingkai emas.
"Selamat datang di fakultas pedang," kata wanita itu dengan senyum ramah. "Nama saya Madam Evelyn. Ada yang bisa saya bantu?"
"Kami mahasiswa baru," jawab Leo. "Kami ingin mendaftar."
Madam Evelyn mengangguk. "Baiklah. Bisa kalian berikan nama dan kelas kalian?"
"Leo Fireheart, kelas Novice," kata Leo.
"Kai Valerian, kelas Novice," kata Kai.
Madam Evelyn mencatat nama mereka di buku besar. "Baiklah, Tuan Fireheart dan Tuan Valerian. Ini jadwal kuliah dan seragam kalian. Kalian bisa mengambilnya di gudang yang terletak di belakang bangunan ini."
"Terima kasih, Madam Evelyn," kata Leo dan Kai bersamaan.
Mereka meninggalkan bagian administrasi dan menuju gudang untuk mengambil seragam. Seragam fakultas pedang terdiri dari jubah hitam dengan lambang fakultas di dada, celana panjang abu-abu, dan sepatu bot kulit. Kai mencoba seragamnya dan merasa cukup puas. Ia terlihat seperti seorang pendekar pedang sungguhan.
Setelah mengganti pakaian, Kai dan Leo kembali ke lapangan latihan. Di sana, mereka bergabung dengan mahasiswa baru lainnya yang sedang mendengarkan penjelasan dari seorang instruktur.
"Selamat datang di fakultas pedang," kata instruktur itu dengan suara tegas. "Nama saya Master Ragnar. Saya akan menjadi instruktur kalian selama semester ini."
Master Ragnar adalah seorang pria bertubuh kekar dengan rambut perak dan mata biru yang tajam. Ia mengenakan baju zirah lengkap dan memegang sebuah pedang besar di tangannya. Aura kekuatan terpancar dari dirinya.
"Hari ini, kalian akan belajar jurus dasar pertama," lanjut Master Ragnar. "Perhatikan baik-baik dan ikuti instruksi saya."
Master Ragnar memulai demonstrasi jurus dasar pertama. Ia bergerak dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, pedangnya berkelebat di udara dengan anggun dan mematikan. Para mahasiswa baru mengamati dengan takjub.
"Sekarang, giliran kalian," kata Master Ragnar. "Coba tiru gerakan saya."
Para mahasiswa baru mulai mencoba jurus dasar pertama. Kai juga ikut mencoba, mengingat gerakan Master Ragnar dan menirukannya dengan seksama. Ia merasakan tubuhnya bergerak dengan lebih luwes dan terkoordinasi dibandingkan sebelumnya. Ia tersenyum. Ia mulai menyukai latihan ini.
Namun, di tengah latihan, Kai merasakan sensasi dingin merayap di punggungnya, seperti sedang diintai predator. Ia menajamkan pendengarannya dan menangkap bisikan sinis yang seolah menghujatnya. Ia menoleh dan melihat seorang pemuda dengan rambut hitam legam dan mata kelabu yang tajam seperti baja. Alisnya berkerut dalam, bibirnya terkunci rapat, dan rahangnya menegang. Matanya menyipit, memancarkan kilatan permusuhan yang tak tersembunyi. Udara di sekitar pemuda itu seolah menebal dan mendingin. Beberapa mahasiswa yang berlatih di dekatnya secara tidak sadar menjauh, merasakan aura negatif yang memencar darinya.
"Ada apa ini?" Master Ragnar menghentikan latihan dan berjalan mendekati kerumunan. "Kenapa kalian berhenti?"
Semua mata tertuju pada Kai dan pemuda berambut hitam itu. Ketegangan terasa di udara.
"Tidak ada apa-apa, Master," jawab pemuda itu dengan suara datar. Ia memasukkan pedangnya kembali ke sarung dan berbalik pergi.
Master Ragnar menatap Kai dengan tatapan menyelidik. "Kai Valerian, kan?"
Kai mengangguk.
"Kudengar kau memiliki bakat yang luar biasa," kata Master Ragnar. "Tunjukkan padaku."
Kai sedikit terkejut. Ia tidak menyangka akan diuji di depan semua orang. Tapi ia tidak ingin mengecewakan Master Ragnar. Ia mengambil pedang latihannya dan bersiap.
"Serang aku," perintah Master Ragnar.
Kai ragu sejenak. Ia tidak ingin melukai Master Ragnar.
"Jangan takut," kata Master Ragnar. "Aku bisa menangkis seranganmu."
Kai mengangguk dan mulai menyerang. Ia menggunakan jurus dasar pertama yang baru saja dipelajari, namun ia menambahkan sedikit improvisasi. Ia bergerak dengan lincah dan cepat, pedangnya berkelebat menyerang Master Ragnar dari berbagai arah.
Master Ragnar menangkis semua serangan Kai dengan mudah. Ia tampak tenang dan santai, seolah sedang bermain-main. Namun, Kai bisa merasakan kekuatan yang tersembunyi di balik gerakan Master Ragnar. Ia seperti seekor naga yang sedang tidur, siap melepaskan kekuatan dahsyatnya kapan saja.
Kai meningkatkan kecepatan dan kekuatan serangannya. Ia menggunakan seluruh kemampuannya, namun tetap tidak bisa menembus pertahanan Master Ragnar. Ia mulai frustrasi.
Tiba-tiba, Master Ragnar menghentikan serangan Kai dengan mudah. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Kai dan berbisik, "Kau terlalu terpaku pada jurus. Lepaskan pikiranmu dan biarkan tubuhmu bergerak sendiri."
Kai tertegun. Ia memikirkan kata-kata Master Ragnar. Lepaskan pikiran? Biarkan tubuh bergerak sendiri? Apa maksudnya?
Master Ragnar mundur selangkah dan memberi isyarat pada Kai untuk menyerang lagi.
Kai memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba mengosongkan pikirannya, melupakan semua jurus dan teknik yang ia pelajari. Ia membiarkan insting dan bakat alaminya mengambil alih.
Ketika ia membuka matanya, ia merasakan perubahan dalam dirinya. Ia merasa lebih ringan, lebih bebas, lebih kuat. Ia menyerang Master Ragnar dengan gerakan yang tak terduga, pedangnya menari di udara dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa.
Master Ragnar tampak terkejut. Ia harus mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menangkis serangan Kai. Pertarungan mereka semakin sengit, pedang mereka beradu menciptakan percikan api dan suara dentingan yang memekakkan telinga.
Para mahasiswa baru yang menyaksikan pertarungan itu tercengang. Mereka tidak percaya Kai bisa bertarung seimbang dengan Master Ragnar.
"Luar biasa!" seru Leo. "Kai bertarung seperti seorang ahli!"
Di tengah pertarungan, Kai merasakan energi aneh mengalir di tubuhnya. Ia mengingat skill 'Bakat Tidak Terbatas' yang ia miliki. Ia memfokuskan pikirannya dan membayangkan pedangnya diselimuti aura energi. Seketika, pedang Kai bercahaya terang, meningkatkan kekuatan dan kecepatan serangannya.
Master Ragnar terdesak mundur. Ia tidak menyangka Kai bisa menggunakan sihir pedang.
"Apa ini?" gumam Master Ragnar. "Bakat yang luar biasa..."
___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
terimakasih untuk kalian yang sudah membaca, jangan lupa tekan tombol like dan favorit yaa~
itu akan sangat membantuku.
terimakasih.