Chereads / Kai Valerian: Petualangan Di Aevonia / Chapter 4 - Pertarungan Pertama

Chapter 4 - Pertarungan Pertama

Master Ragnar tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Menakjubkan! Kau benar-benar memiliki bakat yang luar biasa, Kai Valerian!"

Para mahasiswa baru lainnya berbisik-bisik kagum. Zane, pemuda berambut hitam yang menatap Kai dengan permusuhan, mengepalkan tangannya dengan geram.

"Tapi," Master Ragnar melanjutkan dengan nada serius, "bakat saja tidak cukup. Kau harus mengasah kemampuanmu dengan latihan dan disiplin." Ia menatap Kai dengan tajam. "Kau harus belajar mengendalikan kekuatanmu, Kai. Jika tidak, kekuatan itu akan mengendalikanmu."

Kai mengangguk. Ia mengerti maksud Master Ragnar. Ia tidak boleh sombong dan harus terus berlatih untuk menguasai kemampuannya.

"Baiklah, latihan hari ini cukup sampai di sini," kata Master Ragnar. "Kalian boleh istirahat."

Para mahasiswa baru bersorak dan meninggalkan lapangan latihan. Kai dan Leo berjalan bersama menuju ruang ganti.

"Kau hebat sekali, Kai!" puji Leo. "Aku tidak menyangka kau bisa bertarung seimbang dengan Master Ragnar."

Kai tersenyum. "Aku hanya beruntung."

"Jangan merendah, Kai," kata Leo. "Kau punya bakat yang luar biasa. Aku yakin kau akan menjadi pendekar pedang terhebat di Aevonia."

Kai tertawa. "Terima kasih, Leo."

Tiba-tiba, Lysander menghadang mereka. Ia menatap Kai dengan tatapan menantang.

"Jangan senang dulu, Kai Valerian," kata Lysander. "Kau mungkin bisa mengalahkan Master Ragnar, tapi kau tidak akan bisa mengalahkanku."

Kai mengangkat alis. "Oh ya? Kita lihat saja nanti."

"Aku tantang kau duel," kata Lysander. "Besok, di arena utama. Berani?"

Kai tersenyum. "Tentu saja. Aku terima tantanganmu."

Lysander menyeringai. "Bagus. Sampai jumpa besok, Kai Valerian." Ia berbalik dan pergi, meninggalkan Kai dan Leo yang saling berpandangan.

"Kau yakin, Kai?" tanya Leo dengan nada khawatir. "Lysander sangat kuat. Dia sudah mencapai tingkat Vanguard."

Kai mengangguk. "Aku yakin. Aku tidak akan mundur dari tantangan." Ia menatap kepergian Lysander dengan tatapan penuh tekad. Ia harus mengalahkan Lysander, bukan hanya untuk membuktikan kemampuannya, tapi juga untuk melindungi dirinya dan teman-temannya dari ancaman pemuda misterius itu.

Keesokan harinya, Kai bangun dengan perasaan bersemangat. Ia tidak sabar untuk menghadapi duel melawan Lysander dan membuktikan kemampuannya. Setelah sarapan dan berlatih sebentar di halaman mansion, Kai berangkat ke Universitas Aetheria.

Sesampainya di fakultas pedang, Kai langsung menuju arena utama. Arena itu sudah dipenuhi oleh mahasiswa yang ingin menyaksikan duel antara Kai dan Lysander. Leo berdiri di dekat pintu masuk, melambaikan tangan pada Kai.

"Kau siap, Kai?" tanya Leo.

Kai mengangguk. "Tentu saja."

Mereka berjalan menuju tengah arena. Lysander sudah menunggu di sana, dengan senyum sinis di wajahnya.

"Akhirnya kau datang juga," kata Lysander. "Aku sudah tidak sabar untuk menghajarmu."

Kai tidak terpancing provokasi Lysander. Ia fokus pada pertarungan yang akan datang.

Master Ragnar berdiri di antara mereka. "Pertarungan ini hanya untuk latihan," katanya. "Jangan ada yang terluka parah. Mengerti?"

Kai dan Lysander mengangguk.

"Mulai!" teriak Master Ragnar.

Lysander langsung menyerang Kai dengan kecepatan tinggi. Ia menggunakan jurus-jurus tingkat Vanguard yang kuat dan mematikan. Kai dengan sigap menghindar dan menangkis serangan Lysander. Ia bergerak dengan lincah dan gesit, memanfaatkan kelincahannya untuk menghindari serangan Lysander yang bertubi-tubi.

Pertarungan mereka berlangsung sengit. Pedang mereka beradu menciptakan kilatan cahaya dan suara dentingan yang memekakkan telinga. Para penonton bersorak heboh, mendukung jagoan mereka masing-masing.

Kai mulai membaca pola serangan Lysander. Ia menyadari bahwa Lysander terlalu mengandalkan kekuatan dan kecepatan. Ia tidak memiliki strategi yang matang.

Kai memutuskan untuk memanfaatkan kelemahan Lysander. Ia memancing Lysander untuk menyerang dengan gencar, lalu menghindar di saat-saat terakhir. Lysander kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Kai segera mengarahkan pedangnya ke leher Lysander.

"Kau kalah," kata Kai.

Lysander menatap Kai dengan tatapan tidak percaya. Ia tidak menyangka akan dikalahkan oleh seorang Novice.

"Ini tidak mungkin..." gumam Lysander.

Kai menurunkan pedangnya. "Kau terlalu percaya diri, Lysander. Kau lupa bahwa kekuatan dan kecepatan saja tidak cukup untuk memenangkan pertarungan."

Lysander bangkit dengan wajah merah padam. Ia merasa malu dan marah. Ia melirik ke arah kerumunan penonton, lalu berbalik dan meninggalkan arena dengan langkah tergesa-gesa.

Para penonton bersorak sorai untuk Kai. Leo berlari mendekati Kai dan memeluknya.

"Kau hebat sekali, Kai!" seru Leo. "Kau mengalahkan Lysander!"

Kai tersenyum. Ia merasa puas telah memenangkan duel melawan Lysander. Tapi ia tahu bahwa pertarungan sebenarnya baru saja dimulai. Ia harus tetap waspada dan mengungkap identitas Lysander sebagai mata-mata kerajaan musuh.

Kai meninggalkan arena dengan perasaan campur aduk. Ia senang telah memenangkan duel melawan Lysander, namun ia juga merasa ada sesuatu yang aneh dengan pemuda itu. Aura negatif yang dirasakannya sebelumnya semakin kuat, dan ia yakin Lysander menyembunyikan sesuatu.

Ia memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Lysander. Ia menemukan Leo yang sedang berbincang dengan beberapa mahasiswa lain di dekat lapangan latihan. Di antara mereka, ada tiga gadis yang menarik perhatian Kai.

Gadis pertama memiliki rambut pirang panjang dan mata biru yang cerah. Ia tampak ramah dan mudah bergaul, dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Gadis kedua memiliki rambut hitam pendek dan mata cokelat yang tajam. Ia tampak lebih pendiam dan serius, namun aura kecerdasan terpancar dari dirinya. Gadis ketiga memiliki rambut merah menyala dan mata hijau yang berbinar. Ia tampak angkuh dan percaya diri, dengan sikap yang sedikit mengintimidasi.

"Leo," panggil Kai. "Bisakah kita bicara sebentar?"

Leo menghampiri Kai. "Ada apa, Kai?"

"Aku ingin tahu lebih banyak tentang Lysander," kata Kai. "Kau tahu apapun tentang dia?"

Leo mengerutkan kening. "Lysander? Kenapa kau tiba-tiba tertarik padanya?"

"Aku merasa ada yang aneh dengan dia," jawab Kai. "Aku tidak bisa menjelaskan perasaanku, tapi aku yakin dia menyembunyikan sesuatu."

Leo terdiam sejenak. "Sebenarnya, aku juga merasa ada yang aneh dengan Lysander," akunya. "Dia sangat tertutup dan jarang bergaul dengan mahasiswa lain. Dia juga sangat berbakat dalam sihir dan ilmu pedang, tapi dia tidak pernah mau menunjukkan kemampuannya secara penuh."

"Kau tahu dari mana dia berasal?" tanya Kai.

"Setahu aku, dia berasal dari keluarga bangsawan kecil di pinggiran kerajaan," jawab Leo. "Tapi aku tidak tahu banyak tentang keluarganya."

Kai mengangguk. Ia harus mencari tahu lebih banyak tentang Lysander. Ia berterima kasih pada Leo dan hendak pergi, tapi salah satu gadis berambut pirang itu memanggilnya.

"Tunggu sebentar," kata gadis itu. "Kau Kai Valerian, kan? Yang mengalahkan Lysander tadi?"

Kai mengangguk. "Ya, benar."

"Wow, kau hebat sekali!" seru gadis itu dengan mata berbinar. "Namaku Alicia Evergreen. Senang bertemu denganmu."

Kai tersenyum. "Senang bertemu denganmu juga, Alicia."

"Perkenalkan, ini Sophia Moonlight," kata Alicia, menunjuk gadis berambut hitam. "Dan ini Olivia Crimson," lanjutnya, menunjuk gadis berambut merah.

Sophia mengangguk sopan pada Kai. "Senang bertemu denganmu."

Olivia menatap Kai dengan tatapan menilai. "Kudengar kau cukup berbakat. Tapi jangan harap kau bisa mendekati Alicia hanya karena kau kuat."

Kai mengangkat alis. "Aku tidak mengerti maksudmu."

Olivia mendengus. "Sudahlah, lupakan saja." Ia berbalik dan pergi, meninggalkan Kai yang merasa bingung.

"Jangan hiraukan dia, Kai," kata Alicia. "Olivia memang sedikit pencemburu. Dia juga berasal dari keluarga bangsawan yang berpengaruh, sama seperti Lysander."

Kai mengangguk. Ia mulai menyadari bahwa kehidupan sosial di Universitas Aetheria tidaklah sederhana. Ada banyak persaingan dan intrik di antara para mahasiswa, terutama yang berasal dari keluarga bangsawan.

"Kami harus pergi sekarang, Kai," kata Sophia. "Sampai jumpa lagi."

Kai melambaikan tangan pada mereka. Ia merasa sedikit lega karena telah bertemu dengan beberapa orang baru. Tapi ia juga semakin penasaran dengan Lysander dan aura negatif yang ia rasakan sebelumnya.

Ia memutuskan untuk melanjutkan penyelidikannya. Ia berjalan menuju perpustakaan...