Waktu berlalu, dan Rina memulai perjalanan baru di luar negeri. Kami berdua terus menjaga hubungan kami dengan berkomunikasi setiap hari, meskipun itu berarti harus menyesuaikan diri dengan perbedaan waktu yang kadang-kadang membuat kami kelelahan. Ada kalanya kami merasa sangat rindu satu sama lain, tetapi kami berdua tahu bahwa ini adalah bagian dari perjalanan kami.
Aku mulai merasakan betapa pentingnya kehadiran Rina dalam hidupku. Tanpa dia, rumah kami terasa lebih sepi, lebih kosong. Meskipun aku sibuk dengan pekerjaan, aku sering merasa ada yang kurang. Kami berdua berjanji untuk tetap kuat dan mendukung satu sama lain, meskipun jarak menjadi halangan terbesar yang pernah kami hadapi.
Suatu malam, saat kami berbicara lewat video call, Rina menatapku dengan mata yang penuh harapan. "Niko, kita akan bisa melewati ini kan? Kita cuma perlu waktu, kan?"
Aku tersenyum, meskipun hatiku terasa berat. "Tentu saja. Kita sudah melalui banyak hal, Rin. Cinta kita lebih besar daripada jarak."
Kami tertawa kecil, mencoba menyembunyikan kesedihan yang kami rasakan. Kami tahu, perjalanan ini tidak mudah. Tapi kami juga tahu bahwa ini adalah bagian dari kisah kami yang harus dijalani.
---
Kembali Bersama
Tiga tahun setelah Rina pergi, akhirnya waktunya tiba untuk kami kembali bersatu. Rina kembali setelah menjalani masa kontrak yang panjang di luar negeri. Rasanya seperti mimpi bisa bertemu lagi setelah sekian lama, dan aku merasa begitu bersyukur bahwa kami masih bisa bertahan meskipun jarak telah menguji cinta kami.
Pada saat Rina tiba di bandara, aku menunggu dengan hati yang berdebar-debar. Begitu aku melihatnya keluar dari pintu kedatangan, aku langsung berjalan mendekat dan menariknya dalam pelukan erat. Kami tidak berkata-kata selama beberapa detik, hanya saling merasakan kehadiran masing-masing. Kami merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak, mengingatkan kami betapa berharganya setiap detik yang kami habiskan bersama.
"Lo nggak berubah sama sekali," kata Rina sambil tersenyum, menyeka air mata yang hampir jatuh.
"Lo juga, Rin. Kita cuma butuh waktu untuk kembali, kan?" jawabku sambil tertawa pelan.
Kami saling memandang dengan penuh cinta, tahu bahwa sekarang kami akan melanjutkan hidup kami tanpa ada lagi jarak yang menghalangi. Kami akhirnya bisa melanjutkan hidup bersama, merencanakan masa depan yang penuh dengan impian dan harapan. Kami belajar bahwa meskipun hidup penuh dengan rintangan, selama kami tetap bersama, kami bisa menghadapinya bersama-sama.
Cinta kami adalah perjalanan yang tak terduga—sesuatu yang lebih besar daripada apa pun yang bisa kami bayangkan. Namun, satu hal yang pasti: kami akan terus berjalan bersama, apapun yang datang, sampai akhir waktu.
---
Langkah Baru
Kehidupan setelah reuni dengan Rina terasa begitu indah. Kami memulai kehidupan baru dengan penuh harapan dan komitmen yang lebih kuat dari sebelumnya. Setelah bertahun-tahun menjalani hubungan jarak jauh, akhirnya kami dapat merasakan kebersamaan yang sesungguhnya.
Rina mulai bekerja di sebuah perusahaan besar di kota ini, dan kami memutuskan untuk menyewa apartemen baru yang lebih besar, tempat yang lebih nyaman untuk membangun kehidupan bersama. Setiap hari terasa seperti petualangan baru. Kami saling membantu dalam segala hal, mulai dari menata rumah hingga merencanakan liburan kecil yang akan membawa kami lebih dekat.
Suatu pagi, aku dan Rina sedang duduk di meja makan, menikmati sarapan sederhana. Kami saling bertukar cerita tentang pekerjaan dan hari-hari kami yang sibuk. Meskipun segalanya terasa normal, ada perasaan berbeda dalam udara yang kami hirup—seperti kami sedang menulis bab baru dalam hidup kami, bab yang tidak akan ada lagi jarak atau keraguan di dalamnya.
"Niko, gue rasa kita harus mulai mikirin masa depan yang lebih serius," kata Rina, suaranya serius namun lembut. "Lo tahu, kan? Kita udah lewat banyak hal. Gue ngerasa kita siap untuk... sesuatu yang lebih."
Aku menatapnya dengan penuh perhatian. Aku tahu betul apa yang dia maksud. Meskipun kami berdua tidak terburu-buru untuk mengambil langkah besar, perasaan itu sudah mulai tumbuh di hati kami. Kami tidak lagi ingin sekadar bersama, kami ingin melangkah lebih jauh, bersama-sama.
"Gue juga ngerasa gitu, Rin," jawabku dengan suara pelan, namun penuh keyakinan. "Kita udah melalui banyak hal, dan gue yakin kita bisa menghadapi apa pun yang datang, asal kita bersama."
Rina tersenyum, matanya bersinar dengan kebahagiaan yang aku lihat semakin hari semakin menguat. "Jadi, gimana kalau kita mulai mikirin... masa depan kita sebagai keluarga? Mungkin punya anak, atau apapun yang kita anggap pas."
Aku menatapnya dengan penuh perasaan. Cinta yang kami rasakan sudah berkembang lebih dari sekadar pasangan yang saling mencintai. Kami sudah menjadi satu, satu dalam setiap langkah yang kami ambil, satu dalam setiap keputusan yang kami buat.