Hari itu, Nisa, siswi kelas XI SMK Nukantara, berjalan sendirian melintasi koridor yang riuh. Saat memasuki toilet, dia terhenti di depan cermin. Senyum lebar yang selalu dia kenakan seolah-olah membalas senyum cermin. Tapi, mata yang terlihat ceria itu menyembunyikan kesedihan. Ucapan ibunya, "Senyum adalah senjata terbaik," terdengar kembali dalam pikirannya. Namun, senyum itu tidak pernah membuatnya merasa bahagia.
Nisa keluar dari toilet, senyumnya kembali terukir di wajahnya. Dia menyusuri koridor, mencari sahabat-sahabatnya. Tak lama, dia menemukan Nafila, Riadan, dan Rahma di dekat kantin.
"Hey, Nis! Kamu terlambat lagi!" Nafila menyapa dengan senyum.
Nisa mengangguk, "Maaf, aku lagi... memperbaiki diri."
Ketiga sahabatnya tertawa. Ria dan berbisik, "Kamu memang selalu ontime, Nis, ontime datang terlambat!"
Mereka berempat masuk ke kelas bersama. Nisa merasa mata teman-temannya tertuju padanya, menertawakan penampilannya. Dia menunduk, menyembunyikan kesedihannya.