Chereads / Kencan Buta yang Bikin Bingung / Chapter 4 - Bab 4: Ketika Cinta Datang Tanpa Pemberitahuan

Chapter 4 - Bab 4: Ketika Cinta Datang Tanpa Pemberitahuan

Keputusan Dylan untuk terus dekat dengan Zara ternyata bukan hal yang gampang. Setiap kali dia berpikir tentang hubungan mereka, selalu ada rasa cemas yang datang menghinggapi pikirannya. Ya, dia sadar, dia nggak mau buru-buru mengucapkan kata cinta, tapi perasaan itu datang begitu saja, tanpa bisa dikendalikan. Sementara di sisi lain, Zara... ya Zara, tetap saja berusaha menutupi semua perasaan itu. Kalau bisa, dia pengen banget jadi orang yang nggak perlu mikirin cinta-cintaan. Namun, setiap kali bertemu Dylan, rasanya sulit sekali untuk menepis perasaan yang tumbuh perlahan.

Pagi itu, Dylan memutuskan untuk menemui Zara di kantornya. Bukan karena ada urusan penting, tapi karena dia nggak bisa berhenti mikirin Zara. Jadi, kenapa nggak sekalian aja ngajak Zara ngopi? Seperti biasa, dia datang dengan gayanya yang santai, mengenakan jaket dan celana jeans favoritnya. Pas masuk ke kantor Zara, dia langsung disambut oleh temannya Zara, Lia.

"Lah, Dylan? Kenapa datang ke sini?" Lia bertanya dengan tatapan heran, seolah-olah dia baru saja melihat makhluk asing.

Dylan cuma ngedipin mata. "Nggak ada alasan spesial, Lia. Cuma mau ngajak Zara keluar. Ada yang aneh?"

"Anak ini nggak ada habis-habisnya, ya," Lia cengengesan sambil menggoda. "Oke deh, lo ke sana aja, Dylan. Tapi, jangan ganggu kerjaan Zara, ya."

Dylan cuma ngangguk dan melangkah ke meja Zara. "Hei, Zara. Lo sibuk nggak?"

Zara menoleh ke arah Dylan, sedikit terkejut. "Eh, Dylan? Kenapa tiba-tiba datang? Gue lagi ngerjain laporan, nih."

"Yah, nggak ada salahnya ngambil break bentar, kan? Gue ajak lo ngopi," Dylan berkata sambil tersenyum, tanpa rasa canggung.

Zara sempat ragu, tapi akhirnya dia setuju juga. Nggak bisa bohong, sih, dia juga butuh waktu sebentar untuk mendinginkan kepala dari kerjaan yang bikin pusing.

Di luar kantor, mereka duduk di sebuah kafe kecil yang hangat dan nyaman. Mereka duduk berhadapan, dan Dylan langsung menyerahkan secangkir kopi ke Zara.

"Ini kopi buat lo, Zara. Gue tahu, lo suka yang nggak terlalu manis kan?" Dylan tersenyum lebar, menunjukkan bahwa dia tahu banyak tentang Zara.

Zara merasa sedikit terharu. Ternyata Dylan memperhatikan hal-hal kecil yang dia suka. "Makasih, Dylan," jawab Zara dengan senyum kecil.

Setelah beberapa saat hening, Dylan mulai membuka percakapan. "Lo tahu nggak sih, Zara, kadang kita bisa tahu banyak tentang orang lain hanya dari hal-hal kecil yang mereka lakukan? Misalnya kayak lo, yang selalu ngerjain semuanya dengan hati-hati, atau kayak lo yang selalu milih kopi yang nggak terlalu manis. Itu hal-hal kecil yang bikin gue ngerti lo lebih dalam."

Zara terdiam, kaget sekaligus senang mendengar itu. "Gue nggak pernah mikir lo bakal seperhatian itu. Lo keren juga, Dylan."

Dylan cuma mengangkat bahu. "Gue cuma belajar dari pengalaman, Zara. Kadang kita nggak perlu banyak omong, cukup ngelakuin hal kecil yang bisa bikin orang lain merasa diperhatiin."

Zara merasa semakin nyaman dengan percakapan mereka. Mungkin, nggak perlu ada drama besar, nggak perlu ada kecanggungan. Mereka cuma butuh waktu untuk memahami satu sama lain, dan itu terasa cukup.

---

Di tengah obrolan santai mereka, Zara tiba-tiba mendapatkan pesan masuk dari bosnya. Pesan itu cukup penting, jadi dia harus segera kembali ke kantor. Namun, sebelum dia pergi, Dylan tiba-tiba ngomong dengan nada yang sedikit serius.

"Zara, gue… gue nggak mau terburu-buru. Gue ngerti kalau lo mungkin nggak siap, tapi… gue cuma pengen lo tahu. Gue mulai ngerasa sesuatu yang lebih sama lo. Dan, gue nggak bisa bohong soal itu."

Zara sedikit terkejut. Jantungnya berdegup kencang. Dia nggak tahu harus menjawab apa. "Dylan, gue…"

Dylan melanjutkan. "Gue nggak maksa lo buat jawab sekarang, kok. Gue cuma nggak mau ada yang belum jelas di antara kita. Jadi, gimana pun jawabannya, gue akan terima."

Zara merasa jantungnya berdegup lebih kencang lagi. Ada perasaan hangat yang muncul, tapi dia nggak tahu apakah dia siap untuk menerima cinta yang tiba-tiba datang ini.

"Tapi, gue… gue belum tahu apa yang gue rasakan, Dylan," akhirnya Zara menjawab dengan hati-hati. "Gue nggak mau cepat-cepat bilang iya, karena gue nggak mau buat lo kecewa."

Dylan mengangguk. "Gue ngerti. Gue nggak akan buru-buru, kok. Gue cuma mau kita jalanin aja, tanpa harus terburu-buru nentuin apa yang bakal terjadi nanti."

Zara merasa sedikit lebih tenang setelah mendengar itu. Mungkin dia memang butuh waktu untuk bisa sepenuhnya menerima perasaan ini. Tapi, setidaknya sekarang dia tahu bahwa Dylan nggak akan memaksanya untuk buru-buru. Mereka akan menikmati waktu bersama, dengan santai.

"Jadi, lo masih mau ngopi lagi atau gue yang harus buru-buru balik ke kantor?" Zara tersenyum sambil menatap Dylan, mencoba mengubah suasana jadi lebih ringan.

"Lo yang tentuin. Kalau lo masih mau, kita bisa lanjut. Kalau nggak, gue ngikut," Dylan menjawab dengan santai, seperti biasa.

Zara tertawa ringan. "Oke deh, lanjut. Gue masih punya waktu kok."