Misteri di Balik Sungai
Sukma berdiri di tepi sungai, memandangi air yang mengalir tenang. Di tangannya terdapat sebuah piringan logam dengan ukiran rumit yang ia temukan di dasar sungai. Pikirannya berkecamuk, mencoba memahami apa arti benda itu.
"Mungkin lebih baik aku kembali dan berdiskusi dengan yang lain," gumamnya, lalu berjalan cepat menuju tempat awal.
---
Di sisi lain, kelompok pencari makanan sedang terjebak dalam konflik.
Ferli berbicara dengan nada tinggi, "Kita sebaiknya kembali! Kita sudah berjalan selama dua jam tanpa hasil."
Ikri, yang tak mau menyerah, menjawab keras, "Tapi kita belum menemukan apa-apa yang bisa dimakan. Apa kau mau kita mati kelaparan?"
Ferli mendekat, wajahnya memerah karena emosi. "Jangan egois, Ikri! Semua orang sudah kelelahan."
Jara, yang tak tahan melihat ketegangan itu, melangkah ke depan. "Hei, berhenti bertengkar seperti anak kecil! Kita berada di situasi yang sama. Ikri, kita memang sudah kelelahan, dan sebaiknya kita kembali," tegasnya.
Ikri menggigit bibirnya, menahan diri. "Tapi, Jara, jika kita tidak menemukan makanan sekarang, kita bisa mati kelaparan," katanya, suaranya menggetar penuh kegelisahan.
Jara menepuk bahu Ikri, mencoba menenangkan temannya. "Aku paham kekhawatiranmu, tapi jika kita terus maju tanpa arah, kita bisa tersesat."
Apri, yang dari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Ikri, aku mengerti rasa cemasmu, tapi dari tadi aku merasa ada sesuatu yang mengawasi kita... hutan ini terlalu sunyi," katanya sambil merinding.
Akhirnya, setelah perdebatan panjang, kelompok itu setuju untuk kembali. Matahari sudah tegak di atas kepala ketika ketiga kelompok akhirnya bertemu di tempat awal. Semua tampak kelelahan, lapar, dan haus. Kesunyian menyelimuti mereka, hingga Sukma memutuskan untuk membuka suara.
"Ehm... kelompok satu, bagaimana hasil pencarian kalian?" tanyanya hati-hati.
Jara mengangkat bahu lesu. "Kami berjalan jauh, tapi tidak menemukan apa-apa," jawabnya singkat.
Sukma mengangguk, mencoba tersenyum meski cemas. "Memang sulit mencari makanan di tempat asing ini. Bagaimana dengan kelompok dua? Apakah kalian menemukan daun besar atau bahan bakar untuk api?"
Rabka maju, menatap Sukma dengan wajah lelah. "Kayu ada banyak, tapi daun besar untuk alas tidur? Kami tidak menemukan apa pun."
Sukma merasa kecewa dengan jawaban mereka, tetapi ia berusaha tegar. "Baik, sepertinya semua kelompok mengalami kesulitan. Tapi aku punya dua kabar. Pertama, aku menemukan tempat yang bagus untuk menetap. Ada tanah lapang yang cukup luas dan sungai yang bisa kita manfaatkan. Kita juga mungkin bisa menangkap ikan untuk dimakan."
Wajah beberapa anggota kelompok mulai cerah, meski mata mereka masih menunjukkan kelelahan.
"Wow, kamu hebat, Sukma! Lalu, apa berita kedua?" tanya Ari penuh antusias.
Sukma menarik napas dalam. "Berita kedua akan aku sampaikan setelah kita sampai di sana."
Ferli mengangkat alis, tampak penasaran. "Hah? Jangan bikin penasaran, beritahu sekarang saja."
Sukma tersenyum tipis. "Sabar, Ferli. Aku janji, akan kukatakan setelah kita di sana."
---
Kelompok itu tiba di tepi sungai dengan langkah gontai. Semua tampak kelelahan, haus, dan lapar. Sukma menyapu pandangan ke arah teman-temannya, mencoba memikirkan cara untuk menyemangati mereka. Ia tahu, menunjukkan piringan yang ia temukan saat ini bukanlah ide bagus. Mereka butuh sesuatu untuk mengisi perut terlebih dahulu.
"Baiklah, sebelum aku memberitahu berita kedua, ada hal yang lebih penting. Kita harus makan," kata Sukma, mencoba memecah kesunyian.
"Bagaimana caranya? Kita bahkan tidak punya alat untuk menangkap ikan," keluh Apri sambil duduk di atas batu.
Sukma tersenyum tipis. "Kita bisa membuat jebakan. Kita punya kayu dan... mungkin serat dari kulit pohon untuk tali. Lagipula, aku melihat ikan-ikan di sungai ini cukup besar. Kalau kita bekerja sama, pasti bisa menangkapnya."
"Aku setuju. Mungkin kita bisa mencoba metode tradisional," kata Mena sambil menatap sungai.
"Jebakan tradisional? Kedengarannya kuno," ledek Yuji. "Tapi aku suka ide itu! Siapa tahu aku bisa jadi pahlawan pemburu ikan!"
"Berhenti bercanda, Yuji. Ini serius," komentar Ikri tajam, meskipun sudut bibirnya tersenyum kecil.
"Ikri, jangan terlalu tegang. Lihat, bahkan Syifatul tersenyum mendengar leluconku," ucap Yuji sambil menunjuk Syifatul yang langsung menunduk malu.
"Y-yang penting kita mencoba," gumam Syifatul pelan, mencoba memberi dukungan.
"Tunggu, dari mana kita dapat tali?" tanya Tian skeptis.
Sukma menunjuk beberapa pohon dengan kulit yang tampak mengelupas. "Kita bisa mengupas kulit pohon itu. Kalau seratnya cukup kuat, kita bisa memintalnya menjadi tali sederhana."
Rabka mengangguk setuju. "Itu bisa saja berhasil. Tapi... kita tidak punya pisau untuk mengupasnya."
Yuji, yang tengah memeriksa isi ranselnya, berseru, "Sebenarnya, aku punya sesuatu!" Ia mengeluarkan pecahan logam tajam dari tasnya. "Aku menemukannya tadi pagi di dekat puing-puing pohon besar. Tidak tahu ini berasal dari mana, tapi aku pikir bisa berguna."
"Aku juga melihat beberapa batu tajam di sekitar sini. Kita bisa mencobanya," tambah Tian.
Dengan menggunakan pecahan logam dan batu tajam, mereka mulai mengupas kulit pohon dan memintalnya menjadi tali. Meski sulit, mereka berhasil membuat beberapa tali sederhana.
Mereka pun mulai bekerja. Rabka dan Tian mengambil beberapa cabang pohon yang kuat untuk dijadikan jebakan sederhana, sementara Apri dan Mena mencoba memotongnya menjadi runcing menggunakan pecahan batu tajam. Ferli dan Ikri masuk ke air setinggi lutut, mencoba menakut-nakuti ikan agar tetap berada di area tertentu.
"Aku merasa seperti pemburu zaman purba," canda Ferli sambil tertawa, meski tubuhnya mulai menggigil karena air dingin.
Ikri memutar mata. " Fokus, Ferli. Jangan sampai kita malah gagal."
Tian memimpin pembuatan jebakan dari cabang pohon yang diikat menyerupai pagar kecil, dengan ujung tajam menghadap ke dalam untuk memerangkap ikan yang masuk. Mereka memasangnya di sebuah aliran kecil di pinggir sungai.
Namun, semuanya tidak berjalan mulus. Saat mereka mencoba menggiring ikan ke jebakan, banyak ikan yang berhasil lolos. Sukma, yang ikut terjun ke air, hampir terjatuh karena bebatuan yang licin.
"Aduh, ikan-ikan ini lincah sekali!" seru Sukma sambil menahan tawa.
"Kau saja yang lambat!" ledek Ari sambil memercikkan air ke arah Sukma.
"Kalau aku dapat ikan nanti, kau yang bersihkan, Ari!" balas Sukma setengah bercanda.
Yuji, yang mencoba menarik perhatian semua orang, berteriak, "Lihat ini! Aku akan menangkap ikan dengan tangan kosong!"
Namun, ia malah terpeleset dan tercebur.
Semua orang tertawa, termasuk Syifatul yang akhirnya tersenyum lebih lebar. "H-hati-hati, Yuji," katanya pelan.
Butuh beberapa jam hingga akhirnya jebakan mereka mulai berhasil. Seekor ikan besar tertangkap, membuat semua orang bersorak girang.
"Aku tidak percaya ini berhasil!" seru Ikri sambil mengangkat ikan itu tinggi-tinggi.
"Bagus, Ikri! Ayo, lanjutkan!" teriak Jara yang mulai termotivasi.
Hingga senja tiba, mereka berhasil menangkap beberapa ekor ikan lagi.
Malam mulai turun. Cahaya api unggun menerangi wajah-wajah lelah tetapi puas. Aroma ikan panggang mulai tercium, memancing senyuman di antara mereka.
Sukma memandang teman-temannya yang kini tampak lebih rileks. Ia tahu ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan temuannya. Setelah mereka selesai makan, Sukma bangkit berdiri, memegang sesuatu di balik punggungnya.
"Baiklah, aku janji akan memberitahu berita kedua. Ini dia," katanya sambil mengeluarkan piringan logam berukir dari balik bajunya.
Semua mata tertuju pada benda itu. Ukirannya terlihat kuno, dengan pola-pola rumit yang berkilauan diterpa cahaya api.
"Wow... apa ini?" tanya Ferli dengan kagum.
"Aku menemukannya di dasar sungai tadi siang," jawab Sukma sambil menyerahkan piringan itu kepada Ferli.
Ferli memeriksanya dengan penuh rasa ingin tahu. "Ini keren. Tapi... apa ini semacam artefak kuno? Atau sesuatu yang lain?" tanyanya sambil membalik-balik piringan itu.
"Entahlah. Tapi aku merasa benda ini bukan sesuatu yang biasa," jawab Sukma.
Saat itulah Ferli menemukan sebuah tombol kecil di sisi piringan. Matanya berbinar penuh rasa penasaran. "Hei, ada tombol di sini. Haruskah kita menekannya?"
Tian langsung bereaksi. "Tunggu! Jangan asal menekan. Bagaimana kalau itu semacam bom atau jebakan?"
"Atau malah sesuatu yang berguna untuk kita," balas Ferli tak kalah keras.
Diskusi mulai memanas. Beberapa setuju untuk menekan tombol itu, sementara yang lain ragu karena takut risikonya terlalu besar.
"Hei, hei! Tenang dulu. Bagaimana kalau kita voting saja?" saran Ari.
Mereka semua setuju. Hasil voting ternyata seri, membuat semua mata beralih ke Syifatul, satu-satunya yang belum memberikan suaranya.
Syifatul tampak gugup. Ia menggigit bibirnya, berusaha keras memutuskan. "Bagaimana jika ini adalah jebakan? Tapi... bagaimana jika benda ini benar-benar penting?" pikirnya.
Sukma menatap Syifatul dengan lembut. "Ikuti kata hatimu, syifa. Apa pun keputusanmu, kita akan hadapi bersama."
Setelah mengumpulkan keberaniannya, Syifatul akhirnya mengangguk. "Baiklah... kita tekan tombol itu."
Ferli menelan ludah, bersiap menekan tombol. Semua menahan napas. Saat tombol itu ditekan, terdengar suara mekanisme kecil, diikuti oleh...
*Sedikit info:*
.
1. Ari (Laki-laki):
Penampilan: Ari memiliki tubuh kekar, hasil dari pengalamannya di Pramuka. Rambutnya pendek dan rapi, dengan ekspresi wajah yang tegas dan penuh semangat.
Karakteristik: Ari sangat praktis, memiliki kemampuan bertahan hidup, termasuk menghidupkan api dan mengikat simpul. Ia tegas, bijaksana, dan selalu siap menghadapi tantangan.
2. Mena (Perempuan):
Penampilan: Mena memiliki tubuh ramping dengan rambut panjang yang sering diikat ke belakang. Wajahnya lembut dengan ekspresi yang menunjukkan kesabaran dan pengertian.
Karakteristik: Mena adalah orang yang baik hati, sabar, dan penuh pengertian. Selain ahli memasak, Mena juga pandai menjahit, membuatnya sangat berguna bagi kelompok.
3. Rabka (Laki-laki):
Penampilan: Rabka memiliki tubuh yang sedikit gemuk, namun tidak berlebihan. Wajahnya bulat dengan senyuman hangat yang sering membuat orang merasa nyaman di sekitarnya.
Karakteristik: Rabka sangat ramah dan memiliki hati yang besar. Meskipun tubuhnya lebih besar, ia selalu memberikan dukungan emosional kepada teman-temannya.
4. Apri (Perempuan):
Penampilan: Apri memiliki postur tubuh tinggi dengan rambut panjang dan gelap yang sering dibiarkan tergerai. Wajahnya sering terlihat serius, namun senyumnya memikat.
Karakteristik: Apri cerdas dan penuh pertimbangan. Meskipun terkadang terkesan dingin, ia sangat peduli pada teman-temannya dan sering menjadi sumber informasi.
5. Jara (Perempuan):
Penampilan: Jara memiliki tubuh tinggi dan ramping dengan kulit coklat yang terawat. Matanya tajam, dan ekspresinya selalu penuh kewaspadaan.
Karakteristik: Jara adalah pribadi yang pemberani dan sering bertindak cepat. Ia sangat peduli pada teman-temannya dan sering kali menjadi penengah saat terjadi konflik.
6. Sukma (Laki-laki):
Penampilan: Sukma memiliki tubuh sedang dan kulit terang. Wajahnya cenderung datar dengan mata yang selalu penuh rasa penasaran.
Karakteristik: Sukma cenderung reflektif dan bijaksana. Meskipun sering mempertanyakan banyak hal, ia adalah pemimpin yang tegas dan menjaga kelompok tetap bersama.
7. Yuji (Laki-laki):
Penampilan: Yuji memiliki tubuh tinggi dan kekar, dengan rambut pendek yang acak-acakan. Ekspresinya ceria dan penuh semangat.
Karakteristik: Yuji adalah pribadi yang ceria, suka bercanda, dan selalu mencoba membuat suasana menjadi lebih ringan. Meskipun sering bercanda, dia tahu kapan harus serius.
8. Syifatul (Perempuan):
Penampilan: Syifatul memiliki tubuh mungil dan rambut panjang yang sering dibiarkan tergerai. Wajahnya terlihat lembut, dengan ekspresi pemalu.
Karakteristik: Syifatul pemalu dan lebih suka diam. Meskipun jarang berbicara, setiap kata yang dia ucapkan memiliki makna besar bagi teman-temannya.
9. Ferli (Laki-laki):
Penampilan: Ferli memiliki tubuh sedang dengan rambut pendek yang sering terlihat acak-acakan. Ekspresinya ceria namun sering terlihat agak gelisah.
Karakteristik: Ferli adalah orang yang spontan dan suka membuat suasana lebih ringan. Ia terkadang impulsif, tetapi ia juga peduli pada teman-temannya dan siap bertindak saat dibutuhkan.
10. Ikri (Laki-laki):
Penampilan: Ikri memiliki tubuh tinggi dan ramping dengan rambut hitam yang selalu rapi. Wajahnya cenderung serius, namun ia mudah tertawa jika berada di sekitar teman-temannya.
Karakteristik: Ikri adalah orang yang cemas dan sering khawatir tentang keadaan. Meski begitu, dia sangat setia kepada teman-temannya dan siap bekerja keras untuk kebaikan kelompok.
11. Tian (Laki-laki):
Penampilan: Tian memiliki tubuh tinggi dan atletis dengan rambut hitam yang agak panjang di bagian atas. Ekspresinya cenderung tenang dan terkendali.
Karakteristik: Tian adalah orang yang tenang dan berpikir matang sebelum bertindak. Dia pandai dalam merencanakan dan memiliki insting yang tajam dalam menghadapi masalah.Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius