Di dalam ruang istana yang megah, Putri Elena duduk di jendela besar yang menghadap ke taman kerajaan. Usianya yang baru menginjak 19 tahun memberikan kebebasan lebih untuk mengeksplorasi dunia di luar tembok kastil, meskipun sering kali ia memilih untuk tetap di dalam istana, menikmati momen-momen santainya. Hari itu, ia memutuskan untuk membaca salah satu manga yang ingin ia coba, Shigatsu wa Kimi no Uso Volume 1, yang baru saja diterbitkan.
Putri Elena memiliki paras yang cantik, dengan rambut panjang berwarna coklat keemasan yang selalu tampak berkilau ketika terkena cahaya matahari. Matanya yang biru cerah selalu memancarkan keceriaan, dan senyumnya yang manis mampu menarik perhatian siapa saja. Sejak kecil, ia memang sering menjadi pusat perhatian, tak hanya karena statusnya sebagai putri, tetapi juga karena karakternya yang selalu ceria dan mudah bergaul. Ia senang ketika berhasil membuat orang lain tersenyum, dan merasa puas setiap kali bisa memberikan kebahagiaan kepada orang di sekitarnya.
Sambil membuka halaman pertama manga, Elena tidak sabar untuk memulai petualangan baru dalam cerita ini. Ia mulai membaca, dan seiring cerita Shigatsu wa Kimi no Uso berkembang, matanya bersinar penuh minat. Di balik karakter utama yang berjuang melalui kesulitan hidupnya, Elena merasakan kedalaman emosional yang begitu menyentuh hati. Tanpa sadar, ia tersenyum lebar, merasa terhubung dengan karakter dalam cerita ini.
Menarik sekali... Seperti saya, dia juga berusaha memberi kebahagiaan meskipun ada banyak kesulitan yang dihadapinya. Saya ingin bisa menjadi seperti itu—membawa kebahagiaan bagi lebih banyak orang, tidak hanya di kerajaan ini, tapi juga di dunia luar. Dunia ini mungkin penuh tantangan, tapi saya percaya jika kita bisa menghadapinya dengan senyum, semuanya akan menjadi lebih baik.
Namun, saat Elena memasuki bab-bab yang lebih dalam, ia mulai merasa bingung dengan salah satu elemen dalam cerita—musik. Dalam cerita Shigatsu wa Kimi no Uso, karakter utama, Kousei, bermain piano, dan ia sering digambarkan memainkan melodi yang begitu indah. Tetapi, Elena tidak pernah mendengar alat musik seperti itu sebelumnya. Dunia ini, belum mengenal alat musik seperti piano dan biola. Alat musik yang digunakan di kerajaan lebih sederhana—seperti alat musik gesek tradisional dan beberapa alat perkusi.
Putri Elena memiringkan kepala, mencoba membayangkan suara piano yang digambarkan begitu menyentuh dalam cerita itu. "Piano? Biola?" ia bertanya-tanya dalam hati. "Apa itu alat musik yang disebutkan dalam cerita? Kenapa mereka bisa menghasilkan suara yang begitu emosional? Apakah ini inovasi baru yang diciptakan oleh keluarga Carval?"
Pikirannya pun berkelana, mencoba menghubungkan segala sesuatu yang baru saja ia baca dengan dunia yang ia kenal. Keluarga Carval yang terkenal dengan inovasi dan penemuan-penemuannya mungkin saja terlibat dalam penciptaan alat musik yang belum pernah ia dengar. Di dalam hatinya, ia merasa penasaran dan berharap bisa mengetahui lebih banyak tentang alat musik ini suatu hari nanti.
"Apakah alat musik itu akan membuat musik menjadi lebih indah? Atau bahkan mungkin bisa menciptakan lagu yang lebih menyentuh hati?" Elena bergumam sambil menutup manga itu, matanya berkilau penuh rasa ingin tahu.
Meskipun alat musik tersebut masih menjadi misteri baginya, Elena merasa bahwa musik—terutama musik yang bisa menyentuh hati seperti yang digambarkan dalam cerita Shigatsu wa Kimi no Uso—akan menjadi bagian besar dari impian dan cita-citanya. Ia ingin belajar lebih banyak tentang bagaimana seni bisa menyampaikan emosi dan menginspirasi orang lain.
"Aku ingin menjadi seperti itu," Elena berbisik, menatap ke luar jendela dengan mata yang penuh semangat. "Seorang yang bisa memberikan kebahagiaan kepada dunia."
Keinginan ini semakin menguat dalam dirinya saat ia menutup buku manga tersebut, merenungkan setiap pesan yang ada. Di luar sana, ada begitu banyak orang yang membutuhkan kebahagiaan dan semangat hidup, dan Elena ingin membawa kebahagiaan tersebut kepada banyak orang.