Chereads / Lajur Takdir [Malay edition] / Chapter 38 - Bab 38: Di Ambang Keputusan

Chapter 38 - Bab 38: Di Ambang Keputusan

Lana duduk di kursi garasi, memandangi surat misterius yang ditemukannya. Kalimat sederhana itu—"Hati-hati dengan orang yang kau percayai"—berputar di benaknya, menciptakan rasa was-was yang tak bisa diabaikan.

"Siapa yang meninggalkan ini?" gumamnya, mencoba menganalisis setiap kemungkinan.

Rai masuk ke garasi, membawa laporan teknis tentang mobilnya. "Lana, ada sesuatu yang ingin kubicarakan."

Lana mendongak, tatapannya tajam. "Kau tahu sesuatu, Rai. Jangan berputar-putar lagi. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Rafael muncul kembali, dan apa hubunganmu dengan mafia?"

---

Pengakuan yang Tertunda

Rai menarik napas panjang, meletakkan laporan di meja. "Lana, aku tahu ini sulit dipercaya, tapi Rafael bukan sekadar musuh. Dia adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Mafia tidak hanya ingin menguasai balapan; mereka ingin mengendalikan seluruh dunia olahraga ini."

"Dan kau?" tanya Lana, nadanya penuh kecurigaan.

"Aku dulu bekerja untuk mereka," jawab Rai pelan. "Tapi aku keluar ketika mereka mulai melibatkan orang-orang tak bersalah. Ibuku… dia salah satu korban mereka."

Lana tertegun. Perasaan marah dan simpati bercampur aduk di dalam dirinya. "Kenapa kau tidak memberitahuku dari awal?"

"Aku tidak ingin kau terlibat terlalu dalam. Tapi sekarang, aku sadar kau sudah terjebak. Rafael dan mafia tidak akan berhenti sampai kau dihancurkan," kata Rai.

---

Rencana Baru

Lana berdiri, menggenggam helmnya erat. "Kalau begitu, kita harus melawan mereka. Aku tidak akan mundur."

Rai menggeleng. "Ini bukan hanya soal balapan. Ini soal hidup dan mati, Lana. Rafael tidak akan ragu untuk menggunakan cara apa pun."

"Justru karena itu aku harus maju," jawab Lana tegas. "Mereka sudah mengambil banyak hal dari kita. Aku tidak akan membiarkan mereka menang lagi."

---

Latihan Rahasia

Lana dan Rai memutuskan untuk mempersiapkan strategi baru. Mereka mulai melatih teknik balapan yang lebih berani dan tak terduga. Di malam hari, mereka berlatih di lintasan tersembunyi, jauh dari pengawasan mafia.

"Aku harus lebih cepat," kata Lana sambil memperbaiki posisi tubuhnya di mobil. "Kecepatan saja tidak cukup. Aku harus bisa membaca gerakan mereka sebelum mereka melakukannya."

Rai mengangguk. "Kita juga harus memodifikasi mobilmu. Kita butuh sesuatu yang bisa mengejutkan mereka."

---

Konfrontasi di Balapan Berikutnya

Hari balapan tiba, dan atmosfer di arena terasa mencekam. Rafael berdiri di sisi lintasan, mengawasi Lana dengan senyuman licik.

"Kau benar-benar berani datang ke sini," katanya ketika Lana melewati garis start.

"Aku tidak akan lari," jawab Lana dengan penuh percaya diri.

Balapan dimulai dengan intensitas tinggi. Para pembalap saling bersaing untuk mendapatkan posisi terdepan. Rafael, yang dikenal dengan taktik kotornya, mencoba memaksa Lana keluar dari lintasan.

Namun, Lana telah mempersiapkan dirinya. Dengan gerakan yang tak terduga, dia berhasil menghindari setiap jebakan yang Rafael siapkan.

---

Di lap terakhir, sebuah ledakan kecil terjadi di salah satu tikungan, membuat para penonton panik. Lana berhasil menghindarinya, tetapi dia melihat sesuatu yang mengejutkan: salah satu anggota mafia berada di tribun penonton, memberi isyarat kepada Rafael.

Lana menyadari bahwa ini lebih dari sekadar balapan. Ini adalah perang yang melibatkan lebih banyak orang daripada yang dia bayangkan.

Ketika dia melewati garis finish, sebuah pesan muncul di layar mobilnya:

"Kau menang kali ini, tapi kami akan kembali."

Lana mengepalkan tangan, tekadnya semakin kuat. Dia tahu bahwa ini baru permulaan dari pertempuran yang lebih besar.

(Bersambung ke Bab 39)