Lintasan balap kota besar dipenuhi sorak-sorai penonton. Media dari berbagai daerah hadir untuk meliput pertandingan yang disebut-sebut sebagai "Balapan Terbesar Tahun Ini." Semua mata tertuju pada dua nama—Lana dan Rafael.
Lana berdiri di sisi mobilnya, memeriksa setiap detail terakhir bersama Rai. Di kejauhan, Rafael berdiri di tengah kerumunan, senyum sinis menghiasi wajahnya.
"Ini akan menjadi hari terakhirmu di lintasan, Lana," gumam Rafael sambil menatap mobilnya—sebuah mesin modifikasi penuh teknologi rahasia yang dibekali oleh mafia.
Lana, yang sudah menyadari ancaman ini, menarik napas dalam. "Hari ini bukan tentang menang atau kalah. Ini tentang membuktikan bahwa mereka tidak bisa menghancurkan kita."
Rai mendekat, menepuk bahunya. "Jangan terpancing emosi. Fokus pada lintasan, bukan pada mereka."
Lana mengangguk. "Aku siap."
---
Balapan Dimulai
Bendera start dikibarkan, dan deru mesin memenuhi udara. Mobil-mobil melesat cepat, saling berebut posisi terdepan. Lana langsung masuk ke strategi agresif, mencoba menjaga jarak aman dari Rafael.
Namun, Rafael sudah mempersiapkan jebakan. Di tikungan tajam pertama, mobilnya mendadak melaju dengan kecepatan tak wajar, hampir menabrak Lana.
"Dia mencoba memaksaku keluar lintasan!" seru Lana di radio.
"Tenang, Lana. Tetap di jalur. Jangan ikuti permainannya," balas Rai dari garasi, matanya fokus pada monitor.
Rafael tertawa dari dalam mobilnya. "Kau pikir bisa lolos dari ini, Lana? Aku akan mematahkan semangatmu di sini dan sekarang."
---
Serangan Tersembunyi
Di lap kedua, salah satu anggota mafia yang menyamar sebagai teknisi menekan tombol di perangkat rahasia. Sebuah paku tersembunyi muncul di lintasan, tepat di jalur Lana.
"Lana, hati-hati di depan!" teriak Rai setelah melihat sesuatu aneh di radar mobil.
Lana dengan cepat bereaksi, memutar setir dan melakukan drift tajam untuk menghindari jebakan itu. Ban belakang mobilnya nyaris kehilangan kendali, tapi dia berhasil menguasainya. Penonton bersorak kagum melihat aksi dramatis itu.
"Bagaimana mungkin dia bisa lolos?" geram Rafael, matanya menyipit.
---
Teknologi vs Keterampilan
Di lap-lap berikutnya, Rafael mulai menggunakan teknologi canggih di mobilnya—mesin otomatis yang membuat mobilnya melaju sempurna di setiap tikungan. Namun, Lana punya sesuatu yang lebih kuat: keterampilan dan tekad.
"Dia hanya mengandalkan mesin," kata Lana pada dirinya sendiri. "Aku bisa membacanya."
Dengan setiap tikungan, Lana mulai mempelajari pola gerakan Rafael. Dia menemukan celah kecil di setiap strategi otomatis Rafael—celah yang hanya bisa dilihat oleh seorang pembalap dengan insting tajam.
"Sekarang!" seru Lana di lap terakhir. Dia memanfaatkan celah itu untuk menyalip Rafael dengan manuver mengejutkan di tikungan terakhir.
---
Cliffhanger
Rafael, yang tidak terima kalah, menekan tombol rahasia terakhir di mobilnya. Sebuah ledakan kecil terjadi di bagian bawah mobil Lana, membuatnya kehilangan keseimbangan.
"Lana! Apa yang terjadi?" teriak Rai panik.
Lana berjuang keras untuk mengendalikan mobilnya. Asap tipis mulai keluar dari kap mesin, tapi dia tetap fokus. Di garis finish yang hanya beberapa ratus meter lagi, semua penonton menahan napas.
Namun tiba-tiba, mobil Rafael berhenti mendadak—sebuah kesalahan fatal dalam sistem otomatisnya.
Lana, meski mobilnya hampir rusak, berhasil melewati garis finish terlebih dahulu. Arena meledak dalam sorak kemenangan, tapi Lana tidak sempat merayakan.
Dia keluar dari mobilnya dengan nafas tersengal-sengal, menatap Rafael yang marah besar.
"Kau pikir ini sudah selesai, Lana?" teriak Rafael, wajahnya memerah. "Ini baru permulaan!"
Sebelum Lana bisa menjawab, sebuah suara dari pengeras suara mengejutkan semua orang:
"Perhatian! Balapan ini dalam penyelidikan. Ada bukti sabotase di lintasan!"
Lana membeku. Dia menoleh ke arah tribun penonton, di mana seseorang berdiri dengan senyum misterius—Adrian.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Lana, merasa bahwa sesuatu yang lebih besar sedang dimainkan di balik layar.
(Bersambung ke Bab 41)