Di dalam kafe kecil tidak jauh dari apartemen, Adrian dan Lisa duduk berhadapan dengan Arman. Pria itu tampak gelisah, menggigit bibirnya beberapa kali sebelum akhirnya mengeluarkan amplop cokelat dari dalam jaketnya.
"Ini ditemukan di kotak suratku tadi pagi," katanya sambil menyerahkan amplop itu. "Aku yakin ini dari Nila. Tulisannya khas dia."
Adrian membuka amplop itu dengan hati-hati. Di dalamnya ada satu lembar kertas dengan tulisan tangan.
"Jika sesuatu terjadi padaku, cari 'Petir' di lantai tujuh. Jangan percaya siapa pun. Mereka selalu mengawasi."
"'Petir' di lantai tujuh?" gumam Lisa sambil menatap Adrian. "Apa itu tempat? Nama seseorang? Atau sesuatu yang lain?"
Arman mengangguk. "Aku tidak tahu apa maksudnya. Tapi... lantai tujuh? Kakakku tinggal di lantai sepuluh. Aku tidak ingat ada apa pun yang spesial di lantai tujuh gedung itu."
Adrian menyimpan kertas itu dan menatap Arman. "Ada yang harus kau ceritakan tentang Nila? Sesuatu yang mungkin berkaitan dengan kasus ini? Musuh, ancaman, apa pun?"
Arman menghela napas panjang, tangannya gemetar. "Nila... dia bekerja di perusahaan teknologi besar, Skyris Solutions. Dia sering bilang ada yang tidak beres di sana, tapi dia tidak pernah bercerita lebih jauh. Beberapa minggu terakhir, dia terlihat ketakutan, seperti ada yang mengawasinya. Dia bilang dia menemukan sesuatu yang besar... sesuatu yang bisa membahayakan nyawanya."
Adrian bertukar pandang dengan Lisa. "Apa dia pernah menyebutkan siapa yang mungkin ingin menyakitinya?"
Arman menggeleng. "Dia hanya bilang, 'Mereka kuat. Mereka punya mata di mana-mana.' Aku tidak tahu apa maksudnya."
Adrian merenung sejenak. "Baiklah. Kita akan cari tahu apa yang ada di lantai tujuh gedung itu. Kalau kau punya informasi lain, langsung hubungi kami."