Adrian dan Lisa melangkah hati-hati menuruni tangga. Ruangan di bawah gelap, hanya diterangi lampu redup di sudut-sudut dinding beton. Suara dengungan semakin keras saat mereka mendekat ke pintu baja besar yang tampak seperti pintu bunker. Di atasnya, ada tulisan pudar: "Ruang Server – Akses Terbatas".
"Apa yang ruang server lakukan di sini?" gumam Lisa.
Adrian memeriksa pintu baja itu. "Tampaknya ini adalah fasilitas rahasia. Perusahaan tempat Nila bekerja, Skyris Solutions, mungkin terhubung dengan ini."
Lisa mengeluarkan alat yang sama dan mencoba membuka pintu itu. Tapi sistemnya lebih rumit, dan butuh waktu lebih lama. Akhirnya, pintu terbuka dengan suara mendesing pelan.
Mereka masuk ke dalam dan mendapati ruangan penuh dengan rak server yang berderet-deret, masing-masing memancarkan cahaya kecil berwarna hijau dan biru. Di tengah ruangan, sebuah meja kontrol dengan tiga monitor aktif menunjukkan data yang terus bergerak cepat.
"Aku merasa kita menemukan sesuatu yang besar," kata Lisa, mendekati monitor itu.
Adrian mengangguk dan mulai memeriksa area sekitarnya. Di sudut ruangan, dia menemukan sebuah berkas kertas yang terlihat tidak pada tempatnya di antara peralatan teknologi canggih. Dia membukanya dan menemukan catatan tangan Nila.
"Proyek PETIR adalah kunci. Mereka menggunakan data untuk mengontrol dan mengawasi, bahkan menghilangkan orang yang tahu terlalu banyak. Aku harus menghentikan ini. Mereka tidak boleh lolos."
"Lisa, ini dia," ujar Adrian sambil menunjukkan catatan itu.
Lisa membaca cepat, lalu menunjuk monitor. "PETIR sepertinya adalah sistem di sini. Lihat ini." Dia mengetik cepat, mencoba mengakses file yang terkait dengan proyek tersebut. "Ini sistem pemantauan besar-besaran. Mereka merekam data pribadi dari jutaan orang—pesan, panggilan, bahkan aktivitas sehari-hari. Tapi lebih dari itu, mereka juga menggunakan data ini untuk memanipulasi keputusan orang, mungkin bahkan membunuh target tertentu."
Adrian merasa punggungnya merinding. "Ini bukan hanya tentang Nila. Ini jauh lebih besar dari yang kita duga. Nila mungkin tahu terlalu banyak, dan mereka membungkamnya."
Lisa mengangguk. "Tapi siapa mereka? Dan apa yang mereka rencanakan?"
Sebelum mereka sempat melanjutkan, suara langkah kaki terdengar dari tangga. Adrian dan Lisa saling bertukar pandang. "Kita harus pergi sekarang," bisik Adrian.
Mereka mematikan monitor, mengambil catatan Nila, dan menyelinap keluar dari ruangan sebelum seseorang menemukan mereka.