Angin malam yang dingin berhembus pelan, menyapu sisa-sisa kehancuran di kota yang mulai ditinggalkan oleh penduduknya. Namun, untuk Lucifer, itu bukanlah saat yang tepat untuk merenung. Setiap langkahnya menuju ke pusat kota membawa kehancuran yang lebih besar. Setiap jejak yang ia tinggalkan, semakin dalam ia mengendalikan dunia yang sedang hancur itu.
Di kejauhan, Samael masih berdiri dengan tubuh yang terbungkus energi gelap, menunggu setiap langkah Lucifer dengan kesabaran yang tidak biasa. Sepertinya ia tahu bahwa pertempuran antara mereka belum berakhir, dan Lucifer tahu bahwa ia tidak bisa mengalahkan Samael dengan cara biasa. Musuhnya lebih dari sekadar kuat. Samael adalah bayangan dari masa lalu—sesuatu yang Lucifer pernah lupakan, namun kini kembali muncul, membawa serta ancaman yang lebih besar dari sekadar pertarungan kekuatan.
"Lucifer." Samael mengucapkan nama itu dengan nada datar, seolah ia berbicara dengan sesuatu yang tidak pernah bisa ia lupakan. "Kau tahu, bukan? Kita bukan musuh biasa. Aku bukan hanya bayangan yang muncul untuk menghentikanmu."
Lucifer mengamati Samael dari kejauhan, tubuhnya berdiri tegap meski hatinya mulai dipenuhi oleh perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Emosi yang tidak ia kenal. Terkadang, perasaan itu terasa begitu asing, seolah ia merasakan sesuatu yang telah lama hilang sejak ia menjadi iblis.
"Apa yang kau maksud?" Lucifer bertanya, suaranya dalam dan penuh ketegangan. "Jangan coba bermain-main dengan aku, Samael."
Samael memandang ke langit yang mulai gelap, seolah ada sesuatu yang mengintai dari atas sana. "Aku adalah bagian dari dunia ini, Lucifer. Aku adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang telah kau coba rubuhkan. Tetapi dunia ini, seperti yang kau ketahui, tidak bisa dihancurkan tanpa alasan yang tepat. Ada kekuatan yang lebih besar yang sedang menunggu, dan kau hanya bagian dari gambaran yang lebih besar."
Lucifer merasa ada yang aneh dalam perkataan Samael. Sesuatu yang membuatnya terhenti sejenak, meresapi kata-kata itu. "Apa yang kau bicarakan? Apa yang lebih besar dari kekuatanku?" Lucifer tidak bisa menahan rasa penasaran yang menggigit. Samael bukanlah orang yang mudah dipahami. Jika ada sesuatu yang lebih besar, maka itu berarti ada sesuatu yang jauh lebih berbahaya dari sekadar pertarungan antar iblis.
Samael menatapnya, wajahnya tampak datar, namun matanya menunjukkan sebuah pemahaman yang mendalam. "Dunia ini bukan hanya tempat bagi manusia dan iblis, Lucifer. Ada entitas lain—sesuatu yang berasal dari luar dunia ini. Kau bisa menyebutnya dewa, atau mungkin kekuatan kosmik yang tak bisa dipahami. Tetapi kekuatan itu memengaruhi semua yang ada di sini."
Lucifer merasa kegelapan merayap di dalam dirinya. Seiring dengan kalimat itu, ia merasakan sesuatu yang jauh lebih kuat daripada yang pernah ia temui. Sesuatu yang jauh lebih lama dari dirinya, yang bahkan ia sendiri tidak tahu asalnya. "Jadi, aku hanya pion dalam permainan yang lebih besar, begitu?" Lucifer berkata, suaranya rendah namun penuh ancaman.
Samael mengangguk perlahan. "Tidak hanya pion, Lucifer. Tapi mungkin kau adalah bagian dari kunci yang akan membuka jalan bagi kehancuran atau kelahiran sesuatu yang lebih besar."
---
Lucifer merasa kebingungannya semakin dalam. Apa yang Samael katakan mulai membuatnya berpikir bahwa semuanya ini bukan hanya tentang pengendalian dunia. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang dipersiapkan, sesuatu yang tidak bisa ia kontrol begitu saja. Apakah ini tujuan utamanya? Apakah ini yang sebenarnya telah dipilih oleh sistem yang memberinya kekuatan ini?
Tiba-tiba, sebuah suara terdengar di dalam kepalanya, suara yang telah lama ia dengar, namun kali ini terasa berbeda—lebih mendesak, lebih kuat.
"Lucifer." Suara entitas itu menggetarkan kesadarannya. "Kau harus memilih. Apa yang akan kau lakukan sekarang? Dunia ini sudah terlalu kacau untuk hanya melihatnya hancur tanpa arah."
Lucifer menatap Samael dengan tatapan tajam. "Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tapi aku tidak akan membiarkan dunia ini dihancurkan begitu saja." Hatinya bergejolak. "Aku akan menjadi pengendali—bukan hanya bagi manusia, tetapi juga bagi semua yang menganggap mereka lebih tinggi dari itu."
Tapi Samael hanya tersenyum pahit. "Jika itu yang kau inginkan, Lucifer, maka kau akan menemukan dirimu terjebak dalam permainan yang lebih besar dari yang bisa kau bayangkan. Apa yang kau kendalikan mungkin pada akhirnya akan mengendalikanmu."
Lucifer tidak menjawab. Ia tahu bahwa kata-kata Samael mengandung kebenaran yang tak bisa ia abaikan. Namun, ia juga tahu bahwa ia tidak bisa mundur sekarang. Dunia ini—dunia yang kacau dan penuh perasaan yang tak terkontrol—harus diperbaiki, harus dikuasai. Dan ia akan menjadi orang yang mengendalikan nasibnya sendiri.
Namun, di balik semuanya itu, Lucifer merasakan bayangan yang lebih besar mengintai di balik kegelapan, entitas yang jauh lebih menakutkan dan tak terduga.
---
"Ini baru permulaan, Lucifer," pikirnya dalam hati, menatap Samael yang kini menghilang ke dalam kegelapan. "Kali ini, aku tidak akan berhenti sampai aku mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi."
Kehidupan baru yang ia pilih sebagai iblis ini akan menjadi lebih rumit dari yang ia kira. Dan meskipun ia tahu bahwa dunia ini membutuhkan tangan yang kuat untuk memegang kendali, ia juga tahu bahwa kekuasaan itu akan membawa sesuatu yang lebih besar—dan lebih gelap—daripada yang bisa ia bayangkan.