Chereads / IBLIS BERHATI MANUSIA / Chapter 11 - BAB 11 DUNIA YANG TERBUKA

Chapter 11 - BAB 11 DUNIA YANG TERBUKA

Pagi berikutnya, Lucifer berdiri di tepi jendela besar yang menghadap ke pusat kota, tempat dimana gedung pencakar langit yang megah seolah menembus langit. Cahaya matahari yang hangat mulai menyinari permukaan kaca, memantulkan kilau yang tidak terhitung jumlahnya. Meskipun dunia ini tampak begitu maju, begitu canggih, Lucifer tahu bahwa semuanya hanyalah lapisan luar dari sebuah kerusakan yang lebih dalam. Di bawah permukaan, ada ketegangan yang terus berkembang, dan ia akan menjadi bagian dari itu.

"Sistem telah diperbarui," suara mekanis dari dalam dirinya bergema, menandakan bahwa kekuatan yang kini ia miliki semakin kuat, semakin menuntutnya untuk terus berkembang. "Tugas selanjutnya: Penaklukan politik."

Lucifer hanya mengangguk pelan, meskipun dalam hatinya ia merasa sedikit kosong. Kemenangan demi kemenangan, manipulasi demi manipulasi—semuanya semakin membuatnya merasa terasing dari manusia. Semua yang dilakukannya demi mencapai tujuan akhirnya, tapi apa yang akan ia lakukan setelah itu? Akankah ia benar-benar merasa puas?

Suara langkah kaki yang terhenti di pintu ruangannya membawanya kembali ke kenyataan. Seorang wanita muda, dengan rambut hitam panjang dan pakaian militer yang ramping, masuk tanpa mengetuk. Wajahnya yang tajam dan penuh tekad seolah mencerminkan kecerdasan dan keberanian. Itu adalah Adeline, tangan kanan Lucifer, yang setia mendampinginya sejak pertama kali ia bangkit di dunia ini.

"Lucifer," Adeline menyapa dengan nada yang tegas, "Laporan terbaru dari kabinet. Ada beberapa fraksi yang mulai curiga dengan keberadaanmu. Mereka mulai menyelidiki latar belakangmu."

Lucifer menatapnya sejenak, sebelum akhirnya menjawab dengan suara rendah, "Tak masalah. Mereka hanya meremehkan kita. Dan tak ada yang dapat menghentikan kita."

Adeline merenung sejenak, meskipun ia sudah mengetahui sikap Lucifer yang tak kenal ampun. Namun, sesuatu dalam dirinya merasa bahwa Lucifer bukanlah orang yang sesederhana itu. Ia bukan hanya seorang iblis dengan ambisi besar. Di balik itu semua, ada sedikit kekosongan yang tak dapat dijelaskan.

"Namun, kita harus bergerak cepat. Jika mereka tahu siapa sebenarnya kau, mereka akan menjadi ancaman serius. Kita tak bisa membiarkan mereka menghentikan kita di sini." Adeline menambahkan, suaranya penuh kewaspadaan.

Lucifer menghela napas, kembali menatap kota yang tampak damai di luar. "Jangan khawatir. Aku akan mengendalikan semuanya. Mereka tidak akan tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi."

Tapi dalam hatinya, Lucifer tahu bahwa semakin ia mencoba mengendalikan dunia ini, semakin ia terperangkap dalam permainan yang lebih besar—permainan yang tak dapat ia menangkan dengan hanya kekuasaan dan manipulasi.

Beberapa jam kemudian, Lucifer dan Adeline bertemu dengan tokoh-tokoh politik utama yang menguasai beberapa sektor penting kota. Mereka adalah figur kuat yang mengendalikan berbagai bagian dari dunia ini, dan keberhasilan Lucifer dalam memanipulasi mereka akan menjadi langkah pertama untuk mendapatkan kekuasaan penuh.

Terkadang, berbicara dengan mereka lebih seperti permainan catur. Satu langkah salah, dan segalanya bisa berakhir. Namun, Lucifer sudah berlatih untuk menjadi seorang pemain catur ulung.

"Tuan Lucifer, kami menghargai keberanian Anda dalam mengambil langkah besar ini," salah satu pemimpin fraksi berkata dengan nada sopan, meskipun di balik kata-katanya tersimpan rasa curiga. "Tapi kami perlu tahu lebih banyak tentang latar belakang Anda. Dunia ini sudah penuh dengan intrik, dan kami tidak ingin berada di sisi yang salah."

Lucifer tersenyum tipis, senyum yang penuh perhitungan. "Saya hanya seorang yang berambisi untuk memajukan dunia ini, sama seperti kalian." Suaranya halus dan penuh kharisma, seolah mengalir melalui setiap kata yang diucapkan. "Jika kalian takut, itu adalah masalah kalian, bukan masalah saya."

Satu kalimat yang mengandung ancaman terselubung, namun cukup untuk membuat suasana tegang. Lucifer tahu bagaimana caranya memainkan mereka, memanfaatkan ketakutan mereka, dan membuat mereka bergerak sesuai dengan kemauannya.

Namun, dalam benaknya, ada suara yang kembali bergema, suara yang semakin keras, semakin jelas. "Apa yang sebenarnya kau inginkan, Lucifer? Apa yang akan terjadi setelah ini?"

Perasaan yang aneh dan tak nyaman itu kembali merasukinya. Di luar, dunia tampak seperti sebuah catur besar yang bisa ia kendalikan. Tetapi dalam dirinya, semakin banyak pertanyaan yang tak terjawab.

Malam harinya, setelah pertemuan tersebut berakhir dengan kemenangan di pihaknya, Lucifer berjalan kembali ke ruangannya. Adeline mengikuti di belakangnya, memperhatikan setiap gerakan Lucifer, namun tetap diam.

Lucifer berhenti sejenak di depan jendela, memandang ke luar. "Aku ingin mengendalikan dunia ini," katanya, suaranya hampir tidak terdengar. "Tapi apa yang akan terjadi setelah itu?"

Adeline tidak menjawab. Ia tahu bahwa meskipun Lucifer terlihat tidak peduli, ia sedang menghadapi pertarungan yang lebih besar—pertarungan dengan dirinya sendiri.