Tyrell merasa hidupnya cukup normal, meskipun ada sesuatu yang selalu berbeda tentang dirinya. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama seorang ayah yang misterius, yang tak pernah menceritakan banyak tentang masa lalu mereka.
Sebagai murid kelas satu sekolah menengah, Tyrell tampak seperti remaja biasa, namun pikirannya jauh melampaui batas kebanyakan orang.
Kemampuan ingatannya sempurna, ia dapat mengingat setiap hal yang pernah ia lihat atau dengar. Namun, itu sering membawa mimpi-mimpi asing yang membingungkan, seolah-olah bukan ingatannya sendiri.
Untuk menjaga dirinya tetap terlihat biasa, Tyrell sengaja menurunkan nilai-nilainya agar tidak menonjol dibanding teman-temannya. Namun, jauh di dalam hatinya, ia sangat ingin mendapatkan nilai tinggi untuk membanggakan ayahnya.
Di sisi lain, Tyrell merasa sulit mendapatkan teman sejati karena ia percaya orang pintar tidak bisa memiliki hubungan yang tulus. Hanya Arthur, sahabat sejak kecilnya, yang tetap di sisinya.
Arthur adalah murid sempurna yang menguasai semua mata pelajaran, tetapi di balik penampilannya yang jenius, ia menyembunyikan rahasia besar yang bahkan Tyrell tidak tahu.
Namun, rahasia terbesar sebenarnya ada pada Tyrell. Ia dapat mengendalikan
Karena kemampuan ini, Tyrell hidup dalam ketakutan akan diburu pemerintah dan menjadi objek eksperimen. Sejak kecil, ia menyembunyikan kemampuannya dari siapa pun, termasuk ayahnya.
Segalanya berubah pada liburan musim panas. Saat Tyrell sedang menikmati hari di pantai, teleponnya berdering, suara yang mengganggu ketenangannya.
"Siapa yang menelepon saat liburan begini?" gumamnya, sambil menjawab panggilan.
"Selamat siang, apakah ini Tyrell?" suara formal dari ujung telepon.
"Ya, ini saya. Ada apa?"
"Saya dari Rumah Sakit Aransel. Kami harus memberitahu sesuatu yang penting. Ayah Anda mengalami kecelakaan serius."
"Apa? Bagaimana kondisinya?" tanya Tyrell, panik.
"Lebih buruk lagi, ada hal lain. Setelah memeriksa DNA Anda dan ayah Anda, ditemukan bahwa tidak ada kesamaan genetik, persentase kecocokan adalah nol persen."
Kata-kata itu membuat Tyrell membeku. "Apa maksudnya?!"
"Kami tidak memiliki jawaban, tetapi sebaiknya Anda segera datang ke rumah sakit," jawab suara itu.
Tyrell bergegas ke Rumah Sakit Aransel. Tempat itu membangkitkan kenangan lamanya, ketika ia dirawat di sana enam tahun lalu. Setelah menanyakan lokasi kamar ayahnya kepada resepsionis, ia segera menuju kamar nomor 333.
Saat tiba di sana, ia mendapati ayahnya terbaring lemah di ranjang, dengan napas yang hampir hilang. "Tyrell..." gumam sang ayah. "Maafkan ayah."
Kata-kata itu menjadi yang terakhir sebelum suara mesin monitor jantung berubah menjadi bunyi panjang. Biiiiiiiiiiiiip.
Ayahnya telah tiada, meninggalkan Tyrell dengan sejuta pertanyaan. Di pemakaman, Tyrell berdiri sendiri, menghadiri upacara pemakaman untuk pertama dan terakhir kalinya. Semua harta dan tabungan sang ayah diwariskan kepadanya, cukup untuk membiayai hidup hingga ia menyelesaikan pendidikannya. Namun, Tyrell tetap tak mengerti apa pekerjaan ayahnya dan mengapa ia menyembunyikan semuanya hingga akhir hayatnya.
Hari berikutnya, Tyrell kembali ke sekolah. Wajahnya tidak menunjukkan perubahan apa pun, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Tapi di dalam hatinya, ia tahu hidupnya tak akan pernah sama lagi.
Saat dunia berjalan seperti biasa, tahun 2022 tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk.
Cahaya terang muncul di seluruh penjuru bumi, diikuti oleh hembusan angin kencang yang hampir menghancurkan segalanya. Seluruh manusia di dunia tiba-tiba pingsan, dan saat mereka terbangun sekitar 20 detik kemudian, sebuah layar hologram muncul di depan mata mereka. Semua orang bingung, tetapi hanya mereka yang bisa melihat layar itu.
Namun, berbeda dengan kebanyakan orang, Tyrell, seorang remaja biasa yang sedang bermain game di rumah, tetap terjaga. Ia tidak pingsan, tidak melihat layar hologram, atau merasakan perubahan yang sama seperti orang lain.
"Kenapa semua ini terjadi?" gumam Tyrell sambil melirik ke luar jendela. Cahaya terang yang baru saja muncul meninggalkan jejak berupa portal-portal raksasa yang tergantung di udara, menghubungkan dunia ini ke dimensi yang berbeda.
Tyrell mencoba menghubungi teman-temannya melalui grup chat, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang merespons.
Dengan rasa penasaran yang semakin besar, Tyrell memutuskan untuk menyelidiki sendiri. Ia memanggil angin yang selalu setia padanya. Dengan pelindung angin yang melingkupi tubuhnya,
Tyrell melompat keluar dari jendela kamarnya dan mendarat dengan ringan di tanah. Ia memusatkan kekuatan anginnya di telapak kakinya, lalu melayang ke udara, terbang perlahan dengan keseimbangan yang dibantu oleh kendali anginnya.
Di tengah penerbangannya, Tyrell melihat kekacauan di mana-mana. Mobil-mobil bertabrakan di jalan raya, dan api berkobar dari beberapa bangunan. Ia mengulurkan tangannya, memadamkan api satu per satu dengan hembusan angin yang presisi. "Apa yang sebenarnya terjadi?" pikir Tyrell sambil memindai lingkungan sekitarnya.
Dengan pengetahuan sains dan fisika yang dimilikinya, Tyrell mencoba mengontrol angin di sekitar. Ia menutup matanya, merasakan setiap pergerakan molekul udara, lalu membuka matanya perlahan. Di lengannya, angin mulai terbentuk menjadi sesuatu yang lebih padat, sebuah pusaran angin yang dapat disentuh.
Saat ia memeriksa situasi lebih lanjut, Tyrell menyadari sesuatu yang aneh. Tidak ada satu pun korban jiwa meskipun kecelakaan terjadi di mana-mana. Seolah-olah ada kekuatan yang melindungi manusia dari bahaya. Tyrell segera menyadari bahwa "sistem" yang muncul bersama layar hologram itu mungkin melindungi semua orang dari kerusakan besar.
Mengetahui bahwa orang-orang akan segera terbangun, Tyrell memutuskan untuk terbang lebih tinggi, menjauh dari pandangan. Ia terus naik, menembus lapisan troposfer. Di atas awan yang gelap, ia berhenti sejenak, menikmati pemandangan yang menakjubkan.
Namun, tanpa ia sadari, satelit-satelit di angkasa mungkin telah menangkap pergerakannya, dan ini bisa menjadi masalah besar di masa depan.
Saat ia turun kembali ke bumi, Tyrell melihat hal yang lebih mengejutkan. Orang-orang yang baru saja bangun mulai menunjukkan kekuatan-kekuatan aneh. Beberapa memunculkan api di tangan mereka, sementara yang lain mengendalikan air atau membentuk perisai cahaya.
"Mereka semua... seperti aku," pikir Tyrell. Namun, perasaan itu segera tergantikan oleh kebingungan. Bagaimana semua ini bisa terjadi?
Keesokan harinya, Tyrell pergi ke sekolah seperti biasa. Tapi suasana di sana jauh dari normal. Ia melihat teman-teman sekelasnya menggunakan sihir dan kemampuan aneh. Salah satu siswa bahkan memanggil makhluk bayangan di tengah kelas. Tyrell mendekati sahabatnya, Arthur, dengan rasa ingin tahu yang besar.
"Hei, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka semua bisa melakukan hal aneh seperti itu?" tanya Tyrell.
Arthur memandang Tyrell dengan bingung, lalu tertawa kecil. "Apa kau tidak melihat Status Window yang ada di depan matamu?"
Tyrell mengerutkan kening. "Status Window? Maksudmu seperti di game?"
Arthur mengangguk. "Dasar bodoh. Semua ini terjadi karena 'cahaya' semalam. Dunia sudah berubah, Tyrell. Kita sekarang hidup di dunia yang lebih mirip RPG daripada kenyataan."
Tyrell hanya bisa diam, mencerna semua informasi baru ini. Namun, satu hal yang ia sadari, ia berbeda. Tidak seperti orang lain, ia tidak memiliki layar hologram, dan ini bisa menjadi keuntungan... atau mungkin, malapetaka.