Chereads / Primordial yang Terlupakan / Chapter 3 - Terjebak

Chapter 3 - Terjebak

Setelah cukup lama menunggu di tempat mereka muncul di dunia asing itu, Arthur dan Tyrell mulai merasa cemas.

Arthur mencoba mencari solusi sambil berkata, "Mungkin sebaiknya kita tetap di sini. Mungkin saja ada seseorang atau sesuatu yang akan datang membantu kita."

Tyrell kesal. "Untuk apa? Tidak ada yang tahu kalau kita masuk ke portal ini! Bahkan mereka mungkin tidak peduli."

Arthur menggaruk kepalanya, bingung. "Jadi, menurutmu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Sebelum Tyrell bisa menjawab, Arthur mendengar suara samar dari arah semak-semak dekat mereka. Ia menoleh, menahan napas. Tyrell, yang sedari tadi sudah merasa ada sesuatu yang bergerak di sekitar, akhirnya menyadari itu bukan manusia.

"Aku rasa ada sesuatu di dekat kita," bisik Tyrell, matanya waspada.

Arthur mengangguk pelan. "Aku juga mendengarnya… tapi apa itu?"

Dari balik semak, sosok-sosok berkaki empat mulai muncul. Itu segerombolan serigala liar dengan mata tajam dan tubuh besar yang jelas-jelas lebih buas dibandingkan dengan serigala yang mereka kenal di dunia asal. Tyrell meremas lengan Arthur, berkata dengan suara nyaris tak terdengar, "Kita harus pergi sekarang!"

Arthur tak membantah. Mereka berdua mulai berlari, menjauh dari arah datangnya serigala. Namun, stamina mereka tidak cukup untuk terus berlari. Tubuh mereka yang masih level awal tidak sebanding dengan kekuatan alami hewan buas di dunia liar ini.

Namun, di luar dugaan, serigala-serigala itu tidak menyerang mereka. Hewan-hewan itu berlari melewati Arthur dan Tyrell tanpa sedikit pun melirik ke arah mereka. Sebaliknya, serigala-serigala itu tampak melarikan diri dari sesuatu yang ada di belakang mereka, sesuatu yang lebih menakutkan daripada dua manusia yang terlihat seperti mangsa mudah.

Arthur menghentikan langkahnya, terengah-engah. "Hei, Tyrell. Kau lihat itu? Kenapa serigala-serigala itu tidak menyerang kita?"

Tyrell menggeleng, wajahnya kebingungan. "Aku juga tidak tahu. Tapi sepertinya… mereka kabur dari sesuatu."

Arthur menunjuk ke arah tempat awal mereka muncul, di mana serigala-serigala itu pertama kali terlihat. "Kau rasa… sesuatu yang menakutkan ada di sana?"

Tyrell, meskipun penasaran, hanya diam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Kalau begitu, kenapa tidak kita periksa saja?"

Arthur tampak ragu. Wajahnya menunjukkan ketakutan yang jelas. "Aku… aku tidak yakin itu ide bagus. Jika bahkan serigala liar takut, berarti itu sangat berbahaya, kan?"

Tyrell mencoba membujuknya. "Ayolah, Arthur. Apa kau mau tetap di sini sampai matahari terbenam? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika kita tidak bergerak."

Arthur menggeleng pelan. "Tapi bagaimana kalau itu bukan sesuatu yang bisa kita hadapi? Bagaimana kalau itu benar-benar berbahaya?"

Tyrell mengangkat bahu, mencoba membuat argumen yang meyakinkan. "Mungkin saja itu tanda ada manusia di sekitar. Kalau ada manusia, mereka mungkin punya kekuatan yang cukup untuk membuat serigala takut. Dan kalau mereka kuat, bukankah kita bisa meminta bantuan?"

Arthur tampak berpikir sejenak. "Kalau itu benar manusia, kenapa serigala tidak mencoba menyerang mereka? Kau tahu, biasanya predator tidak takut pada manusia biasa."

"Yah, mungkin manusia di sini jauh lebih kuat. Ini kan dunia lain. Kau tahu sendiri, dunia seperti ini biasanya punya aturan berbeda. Ingat novel dan webtoon yang sering kau baca? Pasti ada manusia dengan kekuatan super di sini."

Arthur tampak ragu, tetapi akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah, mungkin kau benar. Tapi kita tetap harus hati-hati."

"Nah, itu semangat. Ayo kita lihat apa yang ada di sana," kata Tyrell sambil tersenyum penuh antusias.

Arthur mengikuti Tyrell dengan langkah hati-hati, keduanya mulai berjalan kembali menuju arah awal mereka muncul.

Tepat ketika mereka sedang berbicara, suara keras seperti ledakan terdengar menggema di seluruh hutan. Suara itu begitu keras hingga Arthur dan Tyrell tertegun, saling berpandangan dengan rasa penasaran yang mendalam.

"Apa itu?" tanya Arthur, suaranya setengah berbisik.

"Aku tidak tahu", jawab Tyrell sambil mengarahkan pandangannya ke sumber suara, lalu menambahkan, "Tapi kita harus melihatnya."

Arthur ragu, namun Tyrell sudah tampak bertekad. Sebelum bergerak, Tyrell tiba-tiba mengangkat tangannya. Udara di sekitar mereka mulai bergerak, menciptakan embusan yang kuat, menyelimuti area dalam radius 50 meter. Arthur memandang bingung, merasa ada sesuatu yang aneh.

"Tyrell, apa yang kau lakukan?" tanyanya.

"Aku mencoba mendeteksi apa yang ada di sekitar," jawab Tyrell tanpa mengalihkan fokusnya. Melalui hembusan angin yang ia kendalikan, Tyrell merasakan energi yang sangat besar, seperti ledakan yang masih terasa di udara. Namun, energi itu hanya bisa dirasakan olehnya, tidak terlihat oleh Arthur.

"Apa kau bisa melihatnya?" tanya Tyrell sambil melirik Arthur.

Arthur menggelengkan kepala, "Melihat apa? Tidak ada apa-apa di udara."

Tyrell tersenyum kecil. "Tidak apa-apa. Mungkin hanya aku yang bisa merasakannya." Ia kemudian menunjuk ke arah sumber energi. "Arah itu. Kita harus pergi ke sana."

Keduanya berjalan dengan hati-hati menuju sumber ledakan energi. Setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di sebuah area terbuka yang dipenuhi pepohonan besar yang tumbang. Di tengah area itu, mereka melihat sesuatu yang luar biasa: seekor naga putih raksasa sedang tertidur lelap di tengah hutan.

Arthur mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar. "Tyrell… A-apa itu… naga? Aku hanya melihat makhluk seperti itu di internet atau komik!"

"Sepertinya memang itu naga," jawab Tyrell, yang tampak lebih tenang daripada Arthur.

Arthur menatap Tyrell dengan tidak percaya. "Haruskah kita pergi? Makhluk itu terlihat sangat berbahaya, bahkan saat sedang tidur!"

Tyrell mengangguk perlahan. "Kau benar. Kita tidak tahu apa yang bisa terjadi kalau kita mendekatinya. Sebaiknya kita cari jalan lain."

Saat mereka berbalik untuk pergi, tiba-tiba naga itu membuka matanya. Tyrell dengan cepat menarik Arthur ke balik sebuah pohon besar untuk bersembunyi. Mereka menahan napas, berharap naga itu tidak menyadari keberadaan mereka.

Namun, perhatian naga itu ternyata tertuju pada sesuatu yang lain. Dari balik semak-semak, sekelompok goblin muncul, berjalan menuju naga dengan senjata sederhana di tangan mereka. Para goblin menyerang naga tanpa ragu, memukul tubuh besarnya dengan tongkat dan batu.

Naga itu membuka matanya sepenuhnya, terlihat kesal. Dalam satu gerakan cepat, ia menangkap semua goblin tersebut dengan cakar raksasanya, lalu melahap mereka hidup-hidup. Pemandangan itu membuat Arthur dan Tyrell semakin ketakutan.

Setelah selesai memakan goblin, naga itu kembali ke posisinya semula, menutup matanya seolah tidak ada yang terjadi.

Arthur menatap Tyrell dengan wajah pucat. "Kita harus pergi… sekarang."

Tyrell mengangguk, namun ia menahan Arthur agar mereka tetap bergerak perlahan. "Jangan lari. Kita bisa menarik perhatiannya. Jalan saja pelan-pelan."

Keduanya berjalan mundur dengan hati-hati, berusaha menjauh dari naga tanpa menarik perhatian. Setelah merasa cukup jauh, mereka mulai berlari, meninggalkan area itu secepat mungkin. Napas mereka terengah-engah saat akhirnya berhenti di tempat yang lebih aman.

Saat mereka terus berjalan menjauh dari naga, Tyrell tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Tunggu sebentar, Arthur," katanya dengan nada tegas. "Aku merasa ada yang mengawasi kita sejak tadi."

Arthur memandang Tyrell dengan bingung. "Mengawasi? Maksudmu apa? Kita bahkan belum bertemu siapa pun kecuali naga tadi."

Tyrell menggeleng, mencoba menjelaskan perasaannya. "Aku tidak tahu pasti. Tapi sejak kita masuk ke dunia ini, aku mulai merasakan sesuatu… semacam firasat. Seperti ada energi yang mengikat atau menarik kita ke tempat ini. Dan ini lebih dari sekadar firasat biasa. Aku merasa ada sesuatu yang berbeda dalam diriku sejak kita sampai di sini."

Arthur mengerutkan alis, mencoba memahami maksud Tyrell. "Aku juga merasakan sesuatu," ujarnya akhirnya. "Entah kenapa, aku merasa seperti ada energi yang menyelubungi kita. Seperti… ada benang takdir yang membawa kita ke sini. Tapi aku tidak tahu apa maksudnya."

"Itu mungkin ada hubungannya," balas Tyrell, "tapi bukan itu yang aku maksud. Aku mulai bisa merasakan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kurasakan. Bahkan, aku bisa mengendalikan sesuatu yang kurasa tak mungkin dilakukan manusia biasa."

Arthur mengingat apa yang Tyrell lakukan sebelumnya, hembusan angin yang kuat saat mereka mencoba mendeteksi sekeliling. "Oh, maksudmu seperti angin yang tadi itu?"

"Ya," jawab Tyrell sambil mengangguk. "Tapi lebih dari itu. Aku bisa merasakan hal-hal yang lebih kecil, seperti molekul di udara. Oksigen, hidrogen, bahkan nitrogen. Aku bisa merasakan mereka saling berdekatan… dan aku bisa mengendalikannya."

Arthur terkejut mendengar penjelasan Tyrell. "Hah? Tunggu, maksudmu kau bisa merasakan atom? Sesuatu yang bahkan tidak terlihat oleh mata telanjang?"

Tyrell mengangguk perlahan, ragu untuk mengungkapkan lebih banyak. "Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Tapi saat aku mencoba mengendalikannya, rasanya seperti aku terhubung langsung dengan dunia di sekitar kita."

Arthur mencoba mencerna penjelasan itu. "Kapan kau pertama kali menyadari ini?"

Tyrell terdiam sejenak, lalu menjawab dengan suara pelan, "Tadi malam. Ketika semua orang pingsan, aku merasa sesuatu terpicu dalam diriku. Entah kenapa, aku langsung bisa menggunakan kemampuan ini."

Arthur tercengang. "Jadi kau baru menyadari ini tadi malam, dan sekarang kau sudah bisa mengendalikannya? Itu luar biasa… meskipun sedikit membingungkan."

Tyrell tersenyum tipis. "Aku juga tidak sepenuhnya mengerti. Tapi lihat ini."

Ia mengangkat tangannya, memejamkan mata, dan mulai berkonsentrasi. Molekul udara di sekitarnya terasa bergerak, berkumpul di sekitar telapak tangannya. Dalam beberapa detik, pusaran angin kecil terbentuk di tangannya, terlihat jelas seperti miniatur badai.

Arthur terperangah, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Astaga, Tyrell… kau benar-benar bisa melakukan itu?"

Tyrell menurunkan tangannya, menghilangkan pusaran angin itu. "Sepertinya begitu. Tapi aku masih belum tahu apa yang bisa kulakukan sepenuhnya."

Arthur menatap Tyrell dengan penuh kekaguman sekaligus kebingungan. "Ini gila… kita bahkan belum tahu bagaimana cara bertahan di dunia ini, dan sekarang kau memiliki kekuatan seperti ini. Apa lagi yang akan kita temukan di sini?"

Tyrell hanya bisa mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Tapi aku yakin, ini baru permulaan."