Chereads / Kultivator Melampaui Langit: Warisan Pusaka Langit / Chapter 1 - Bab 1: Kebangkitan yang Tak Terelakkan

Kultivator Melampaui Langit: Warisan Pusaka Langit

Azx_X
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bab 1: Kebangkitan yang Tak Terelakkan

Di sebuah desa terpencil yang terletak di kaki Gunung Baiyang, kehidupan berjalan dengan tenang dan damai. Desa ini dikenal dengan ladang subur dan sungai yang mengalir jernih, namun sangat sedikit yang tahu bahwa di balik kedamaian itu tersembunyi sebuah dunia yang penuh dengan misteri, kekuatan, dan kegelapan.

Lian Chen, seorang pemuda berusia dua puluh tahun, terbangun dari tidurnya di sebuah kamar kecil yang sederhana. Matanya masih berat, dan tubuhnya terasa letih setelah bekerja keras sepanjang hari. Pagi itu, seperti pagi-pagi sebelumnya, kabut tipis menyelimuti desa, memberi suasana yang sejuk dan tenang. Di luar jendela, suara burung berkicau, menambah keheningan yang mempesona.

Ia duduk di tepi ranjangnya, menggosok matanya dan menghela napas panjang. Tak jauh dari tempat tidur, sebuah meja kayu kecil dengan tumpukan buku usang tampak berantakan. Sebagian besar buku itu adalah buku-buku tua yang ia temukan di perpustakaan desa, berisi kisah-kisah kuno tentang dunia luar—tentang dunia kultivasi yang penuh dengan kekuatan mistis dan para kultivator yang dapat menguasai elemen alam, memanggil binatang legendaris, dan bahkan menggapai keabadian. Namun, Lian Chen tahu bahwa cerita-cerita itu hanyalah khayalan bagi orang-orang biasa sepertinya.

Lian Chen bukanlah seorang pemuda yang terlahir dengan bakat luar biasa. Dia lahir di keluarga petani sederhana, dan meskipun ia selalu merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar dalam dirinya, kenyataan hidupnya tak pernah memberikan kesempatan untuk mewujudkannya. Hari-harinya selalu dipenuhi dengan kerja keras di ladang, merawat tanaman, dan membantu ibunya. Ibunya, seorang wanita paruh baya dengan wajah penuh kerutan, sering mengingatkannya untuk tidak terlalu berharap banyak.

"Chen, hidup ini tak bisa dipaksakan. Kita harus tahu tempat kita di dunia ini," kata ibunya dengan suara lembut namun penuh kepedulian.

Namun, bagi Lian Chen, kata-kata itu tidak bisa memadamkan hasrat yang menggebu dalam dirinya. Sejak kecil, dia selalu mendengar kisah-kisah tentang kultivasi dari orang tua dan nenek moyangnya. Mereka berbicara tentang kekuatan yang dimiliki oleh para kultivator besar, yang mampu mengendalikan alam dan bahkan mengalahkan para iblis yang datang dari dunia lain. Ada satu cerita yang selalu mengusik pikirannya—sebuah kisah tentang kuil kuno yang tersembunyi jauh di dalam hutan terlarang, yang konon katanya menyimpan ilmu kultivasi legendaris yang bisa mengubah nasib siapa saja yang menemukannya.

Namun, tidak ada seorang pun di desa yang berani mencarikannya. Hutan itu terkenal angker, dipenuhi oleh makhluk buas yang tidak pernah dilihat oleh manusia. Orang-orang mengatakan bahwa kuil itu telah terabaikan selama ribuan tahun, dan hanya mereka yang diberkahi takdir yang akan menemukannya.

Pada suatu sore, saat matahari mulai terbenam dan langit berwarna oranye keemasan, Lian Chen duduk di bawah pohon tua yang ada di dekat rumahnya. Dalam keheningan itu, ia merasakan dorongan yang kuat untuk keluar dari kehidupan yang biasa ini. Ia memandangi langit, berharap menemukan petunjuk tentang jalannya. Hatinya bergetar, seolah alam semesta sedang memanggilnya.

"Apakah ini takdirku?" bisiknya, matanya menatap horizon jauh di sana, tempat hutan terlarang itu berada.

Pada malam hari, ketika seluruh desa terlelap, Lian Chen mengambil keputusan yang tak bisa lagi ia tunda. Dia mengemas beberapa perlengkapan dasar, seperti pisau dan sedikit bekal makanan, dan keluar diam-diam dari rumah. Hatinya berdebar, penuh kecemasan dan kegembiraan yang tak terlukiskan. Ini adalah pertama kalinya dia akan benar-benar keluar dari zona nyaman kehidupannya yang biasa.

Hutan terlarang itu tidak jauh dari desa. Ketika Lian Chen memasuki batas hutan, suasana mulai berubah. Suara angin yang lembut berganti menjadi desahan tak terdengar, seolah alam di sini tidak menyukai kehadirannya. Pepohonan raksasa yang tinggi menjulang, seolah menutupi cahaya bulan, menciptakan bayangan yang menakutkan di jalan setapak yang penuh dengan dedaunan kering.

Ia melangkah lebih dalam, rasa takut bercampur aduk dengan rasa penasaran. Dalam hati, ia mengingat kata-kata ibunya, namun ia tahu bahwa ini adalah jalan yang harus dia tempuh. Lian Chen terus berjalan, sampai akhirnya ia menemukan sebuah kuil kuno yang tersembunyi di balik semak belukar. Kuil itu terlihat usang, dengan batu-batu besar yang dipenuhi lumut, dan arsitektur yang sangat berbeda dari apa yang pernah dilihatnya. Sepertinya kuil ini telah ada selama berabad-abad, namun tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Namun, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Di tengah-tengah kuil, sebuah batu hitam besar terletak di atas altar. Batu itu memancarkan cahaya samar yang sulit dijelaskan, seolah memanggilnya untuk mendekat. Lian Chen merasa sebuah kekuatan yang sangat kuat mengalir di dalam dirinya, memanggil namanya, memanggil takdirnya.

Tanpa berpikir panjang, Lian Chen mendekat dan menyentuh batu itu. Begitu jarinya menyentuh permukaan batu hitam, sebuah ledakan energi hebat menyelimuti tubuhnya. Tubuhnya bergetar, dan seolah seluruh alam semesta mengalir ke dalam dirinya. Cahaya terang memenuhi mata Lian Chen, dan dalam sekejap, seluruh dunia seakan menghilang.

Ketika akhirnya ia membuka mata, dunia terasa berbeda. Tubuhnya terasa ringan, dan energi yang sangat kuat mengalir melalui dirinya. Ia bisa merasakannya—sesuatu yang sangat dalam, sebuah kekuatan yang jauh melampaui apapun yang pernah ia bayangkan. Hatinya berdebar, dan ia tahu, malam ini adalah awal dari perjalanan yang tak terelakkan.

Namun, dengan kekuatan itu datang pula kesadaran bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Dunia kultivasi penuh dengan tantangan yang sangat besar. Banyak musuh yang lebih kuat, lebih berbahaya, dan mungkin bahkan lebih licik dari apa yang pernah ia bayangkan. Namun, satu hal yang pasti—Lian Chen telah menemukan jalannya. Perjalanannya baru saja dimulai.