Chereads / Kultivator Melampaui Langit: Warisan Pusaka Langit / Chapter 2 - Bab 2: Pencarian Dimulai

Chapter 2 - Bab 2: Pencarian Dimulai

Di tengah hutan terlarang, tubuhnya terasa lelah namun penuh energi yang tak terduga. Cahaya bulan menyinari pepohonan raksasa yang menjulang tinggi di sekitar kuil kuno. Meskipun tubuhnya terasa ringan, ada sesuatu yang tidak biasa dalam dirinya. Energi yang mengalir melalui tubuhnya begitu kuat dan tidak terkendali, seolah ia terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari sekadar dunia ini.

Dengan hati-hati, ia melangkah menjauh dari altar batu hitam itu, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, semakin ia bergerak, semakin jelas pula perasaan yang menghantuinya—sebuah dorongan yang kuat untuk terus maju. Seakan ada suara yang menggema dalam dirinya, memanggilnya untuk menuju ke suatu tempat.

"Apakah ini takdirku?" gumamnya, mengingat pertanyaan yang sempat ia ajukan sebelum berangkat dari desa.

Lian Chen tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan kekuatan yang baru ia terima. Namun, satu hal yang pasti—perjalanan ini tidak akan mudah. Dunia kultivasi jauh lebih besar dan berbahaya dari apa yang ia bayangkan. Ia harus menemukan tujuan sejati dari Pusaka Langit dan bagaimana mengendalikan kekuatan yang kini mengalir dalam dirinya.

Saat Lian Chen berpaling ke altar, ia melihat sosok bayangan yang bergerak cepat di antara pepohonan. Instingnya mengatakan ada seseorang—atau sesuatu—yang mengamatinya. Tanpa berpikir panjang, Lian Chen berlari menuju jalur sempit yang mengarah ke luar kuil, namun langkahnya dihentikan oleh suara berat yang menyentaknya.

"Jangan coba melarikan diri," kata suara itu, penuh tekanan.

Lian Chen berbalik, dan dari bayangan pohon muncul seorang pria tinggi besar mengenakan jubah hitam. Mata pria itu memancarkan aura gelap, dan senyuman licik menghiasi wajahnya. Lian Chen merasakan hawa dingin yang menyelimuti tubuhnya, seakan seluruh hutan itu sedang menonton pertemuan mereka.

"Siapa... siapa kamu?" Lian Chen bertanya dengan suara gemetar, meskipun ia berusaha untuk tetap tenang.

Pria itu tertawa pelan, dan langkah-langkahnya semakin mendekat. "Aku adalah salah satu anggota Sekte Kegelapan. Kami tahu tentang Pusaka Langit yang kau temukan. Kekuatan seperti itu tidak boleh jatuh ke tangan orang sembarangan. Serahkan itu padaku, dan aku bisa memberi kehidupan yang nyaman untukmu."

Lian Chen merasa ada sesuatu yang meresap ke dalam dirinya, bukan hanya kekuatan dari Pusaka Langit, tetapi juga rasa takut yang mendalam. Sekte Kegelapan—ia pernah mendengar nama itu dalam cerita-cerita di desa, sebagai organisasi kultivasi yang penuh ambisi dan kekejaman.

"Tidak akan kuberikan padamu," jawab Lian Chen dengan tegas, meskipun hatinya berdebar.

Pria itu mengangkat alis, terkesan dengan keberanian Lian Chen. "Begitu ya... Jika begitu, kau akan menyesalinya. Kami tidak akan membiarkan siapapun yang menghalangi jalan kami."

Sebagai jawaban, pria itu melangkah maju dan mengeluarkan sebuah pedang hitam yang berkilau. Lian Chen tahu ia tidak bisa menang melawan kekuatan pria ini, namun ia juga tahu bahwa ia tidak bisa menyerah begitu saja.

Dengan kekuatan yang baru ia rasakan, Lian Chen memusatkan energi ke dalam telapak tangannya, menciptakan sebuah perisai energi yang bercahaya. Namun, saat energi itu mengalir, Lian Chen merasa seperti sedang mengendalikan sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Perisai itu bergetar hebat, seperti ada kekuatan lain yang ikut serta dalam serangan itu.

Pria itu mengangkat pedangnya, siap untuk menghancurkan perisai, namun tiba-tiba, cahaya dari batu hitam yang sebelumnya menyentuh Lian Chen menyilaukan mata mereka. Sebuah energi besar meledak, memaksa pria itu mundur.

"Pusaka Langit...!" pria itu berteriak marah, merasa terancam.

Tanpa menghabiskan waktu lagi, Lian Chen melarikan diri lebih dalam ke hutan, meninggalkan sosok pria itu yang kini berusaha mengejarnya. Saat berlari, Lian Chen merasa perisai energinya semakin kuat, semakin menyatu dengan dirinya. Dia tahu bahwa kekuatan dari Pusaka Langit adalah miliknya untuk dikendalikan—tapi tidak tanpa harga.

Dalam perjalanan melarikan diri, Lian Chen teringat kata-kata ibunya, "Hidup ini tak bisa dipaksakan. Kita harus tahu tempat kita di dunia ini." Namun, saat ini, tempatnya tidak lagi di desa yang tenang itu. Takdirnya telah berubah, dan dunia kultivasi terbentang luas di depannya. Setiap langkah membawa risiko besar, namun juga peluang untuk menjadi sesuatu yang lebih dari apa yang pernah ia bayangkan.