Chereads / Ace of Mind / Chapter 1 - Who Are Me?

Ace of Mind

🇮🇩Zanenuin
  • 7
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 871
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Who Are Me?

  "Siapa aku?"

Seorang pria terbaring di sebuah padang rumput yang indah, pria itu melihat ke atas yang mana langit biru cerah sedang menyelimuti.

Pria itu kemudian bangkit dari padang rumput itu kemudian terduduk, pria itu menyadari bahwa dirinya tidak mengenakan sehelai pakaian pun.

Pria itu sama sekali tidak memikirkannya dan kembali berpikir. "Siapa aku dan dimana ini?"

Tiba-tiba ia merasakan sakit kepala yang luar biasa, dirinya dengan ingatan samar-samar itu merasa kebingungan apa yang membuat kepalanya begitu sakit.

Saat ia memutuskan untuk tidak melihat ingatannya sakit kepala itu menghilang seketika seperti di bakar api.

"Sepertinya ingatan ku tertutup sesuatu." Pria itu menyadari ingatan yang ia punya perlahan lahan menghilang.

Walau pria itu mengalami amnesia yang membuatnya melupakan hampir seumur hidupnya, ia masih memiliki ingatan tentang bahasa dan kampung halamannya.

Meski tanpa ingatan yang mendukungnya untuk bertahan hidup, tapi ia masih bisa secara insting dapat bertahan.

Pria itu kemudian beranjak dari posisi duduk nya. Sang pria kemudian memperhatikan sekitarnya yang luas.

Dengan samar ia melihat dari tempatnya berdiri terdapat makhluk-makhluk yang tidak ia kenali.

 

Pria itu mencoba melihatnya dengan seksama dan kemudian menyadari, sebuah makhluk berwarna hitam dengan tubuh hitam dengan corak putih, paruh runcing berwarna biru dan sayap merah.

Sang pria bukannya merasa ketakutan tetapi malah merasa terpukau dengan keindahan yang di miliki makhluk itu. Tapi pria itu menyadari jika dirinya mendekati makhluk itu dia akan mati dalam sekejap.

Sang pria kemudian berjalan ke lawan arah dari makhluk itu menuju perbukitan.

Pria itu berjalan selama beberapa menit hingga sampai di sebuah danau yang begitu jernih seperti kaca membuat si pria dapat melihat bagian dalamnya.

Si pria kembali melihat sebuah makhluk yang sangat besar berwarna putih berada di seberang danau.

Si pria yang melihat makhluk itu menyadari kakinya yang ia gunakan untuk menopang tubuhnya merupakan sebuah sirip yang serbaguna.

 Makhluk itu kemudian melihatnya, membuat pria itu sedikit ketakutan dengan tatapan makhluk itu.

Sang makhluk yang melihatnya, sang pria langsung bersiap melawan karena menganggap nya sebagai ancaman.

Melihat makhluk itu pergi, si pria segera minum membasahi tenggorokannya dengan air. Setelah minum pria itu melihat pantulan bayangannya.

Tampak seorang pria dengan rambut berwarna hitam dengan sedikit warna merah, mata perak dengan pupil hitam, dan tubuh atletis.

Melihat bayangan itu, membuat si pria mendapatkan serpihan ingatannya.

       ...

"Hei, Lloyd apakah kamu benar-benar ingin melakukan itu?" Tanya seorang gadis.

"Tentu, Frez! Aku akan melakukan apapun untuk kita!" Kata Lloyd mengungkap nama sang gadis.

"Apakah kamu tahu konsekuensi perbuatanmu?" Tanya Ferz khawatir dengan Lloyd.

"Heh, kamu terlalu meremehkanku." Lloyd dengan percaya diri menjawab Frez.

"Mohh, kamu ini ya, benar-benar." Mengerutkan alisnya dan mengembungkan pipinya karena kesal.

"Tenang saja, aku pasti menang." Kata Lloyd seraya menyeringai menunjukkan giginya.

       ...

"Hah." Lloyd yang tersadar merasakan sakit dikepalanya karena mendapatkan serpihan ingatan.

      

Lloyd kemudian melihat ke atas menatap langit dan berkata pada dirinya sendiri.

"Namaku Lloyd."

Lloyd yang telah mengingat namanya sendiri beranjak dari tempatnya minum air.

Serpihan ingatannya yang telah kembali pula lah yang membuatnya semakin penasaran dengan dimana itu terjadi, kapan itu terjadi dan siapa gadis bernama Frez ini.

"Sepertinya aku harus mencari 'Kunci' untuk membuka ingatan ku lainnya."

Lloyd kemudian menghela nafas sembari tersenyum, saat Lloyd mengingat Frez, ia merasakan di dadanya perasaan hangat dan lembut.

Dirinya yang merasakan perasaan itu, yakin Frez adalah orang yang dia cintai. Lloyd  sekarang merasa semakin bersemangat dan ingin segera mengetahui dimana gadis itu sekarang.

Lloyd kembali menjelajahi tempat itu dan menuju makhluk raksasa itu pergi. "Sebaiknya aku ikuti Nessie."

Meski Lloyd tampak waspada dengan makhluk bersirip itu yang dinamainya Nessie. Utara adalah tempat yang dituju makhluk itu.

Lloyd berjalan selama satu jam mengikuti Nessie, tak lama kemudian jejak kaki itu menuju sebuah bukit.

Lloyd mendakinya dengan harapan jejak Nessie dapat membawanya ke suatu tempat yang aman dan dipenuhi kehidupan.

Setelah mendaki bukit yang curam itu dan sampai di puncak, Lloyd disuguhkan pemandangan indah dari bukit-bukit yang mengelilingi sebuah padang rumput dengan sungai mengalir di antar celah bukit itu.

Lloyd melihat Nessie ada di kejauhan menuju sebuah desa, yang akan dilewati Nessie.

Lloyd yang melihat itu, takut penduduk di desa itu akan di bunuh Nessie. "Pemukiman? Apakah dia akan menghancurkan desa itu?" Gumam Lloyd dalam hati.

Lloyd memperhatikan dengan seksama dan sangat terkejut dengan apa yang dia, Nessie yang awalnya kadal besar dengan sirip yang bisa berubah menjadi sirip kini telah berubah menjadi sesuatu yang tak pernah ia bayangkan.

"Manusia!!!" Terkejutnya Lloyd membuat Nessie menyadari keberadaan nya, bukannya marah Nessie melambaikan tangannya dan memanggil Lloyd.

Melihat Nessie yang melambai padanya dalam bentuk manusia, membuat Lloyd tanpa sadar berjalan ke arahnya.

Langkah demi langkah Lloyd ambil, menutup jarak antar dirinya dengan Nessie dan semakin ia mendekat, Lloyd entah mengapa merasakan sesuatu yang aneh dengan desa itu.

Sesampainya di desa itu, Lloyd yang berada dihadapan Nessie yang telah berubah menjadi manusia tapi tetap menyisakan ekornya.

Lloyd tersadar berada di hadapan Nessie sangat waspada dan sedikit takut jika Nessie menyerangnya.

Nessie yang ternyata seorang pria kekar dengan rambut biru dan hanya mengenakan celana sama seperti Lloyd. Kemudian meraih pundak Lloyd, Lloyd yang ketakutan itu bersiap untuk menyerang Nessie.

Nessie yang telah meraih pundak Ethan kemudian menyampaikan maksudnya dengan bahasa isyarat.

Lloyd secara insting mengerti apa yang ingin Nessie sampaikan dengan baik. Nessie menyampaikan bahwa dirinya tidak bermaksud melukai Lloyd dan hanya ingin membantunya.

"Jadi kamu tidak akan memakanku, kan?" Lloyd mencoba memastikan keselamatannya.

"Y-Ya." Nessie berusaha menjawab Lloyd dengan bahasa yang Lloyd pakai.

Lloyd cukup terkejut mendengar perkataan Nessie. "Kamu bisa bahasa ku?" Tanya Lloyd

Nessie mengangguk dengan tidak yakin. "A-Aku su-sudah la-lama tidak me-menggunakannya."

Meskipun tidak fasih, Nessie masih dapat berbicara layaknya orang normal. Lloyd kemudian berterima kasih karena Nessie mencoba membantunya.

"Terima kasih dan boleh aku tahu siapa namamu?" Lloyd tidak ingin memanggil pria itu seperti binatang peliharaan.

"Na-Namaku....Oksa." Oksa mengatakan nama nya dengan malu-malu.

Setelah melihat Oksa mengatakan namanya dengan malu-malu, Lloyd berpikir mungkin budaya disini mengatakan nama sama dengan mengajak menikah.

Oksa tahu apa yang Lloyd pikirkan dan segera menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, disini memberitahu nama sama dengan menganggap orang itu berarti bagimu."

"Oh, aku paham, terima kasih." Lloyd merasa lega, karena tidak membuat kesalahan yang mengerikan.

Lloyd juga menyadari kalau Oksa semakin lancar menggunakan bahasanya. Oksa melihat tubuh Lloyd yang tanpa busana dan merasa terganggu kemudian menarik tangannya yang sejak tadi berada di pundak Lloyd.

Oksa menarik salah satu sisik dari ekornya yang berwarna hitam yang indah lalu memberikannya pada Lloyd.

"Pakai ini." Suruh Oksa seraya memberikan sisiknya.

Lloyd kebingungan melihat Oksa memberikan sisiknya lalu menyuruhnya untuk mengenakan sisik itu sebagai celana.

Saat mengambil sisik itu, Lloyd tercengang melihat sisik itu mendadak berubah menjadi celana olahraga berwarna hitam.

Lloyd entah mengapa merasa jika celana itu adalah celana favoritnya sekaligus celana yang dibencinya.

Tapi Lloyd tetap mengenakan celana itu untuk menghormati pemberian Oksa. Setelah memakai celana itu Lloyd merasakan kakinya begitu ringan.

"Itu karena sisik ku membuat tekanan darah dan metabolisme mu menjadi lebih cepat." Oksa tahu Lloyd penasaran mengapa tubuhnya terasa sangat ringan.

"Oh, begitukah?" Lloyd menjawab dengan tidak yakin.

Lloyd kemudian diajak oleh Oksa untuk berkeliling desa itu. "Oh, aku lupa mengatakan kalau aku adalah pemimpin desa ini." Kata Oksa seraya berjalan bersama Lloyd.

Lloyd yang sudah menebak hal tersebut sama sekali tidak terkejut karena melihat Oksa yang berwibawa layaknya seorang pemimpin.

Seraya berjalan-jalan, Lloyd memperhatikan sekitarnya dan dia melihat bahwa setiap orang memiliki ekor dengan warna yang beragam.

Lloyd juga menyadari jika wanita di tempat itu memiliki ekor dengan warna yang lebih cerah dari  pada ekor pria.

Lloyd yang sedang melihat salah satu gadis yang berada di depan sebuah rumah. Gadis itu menyadari tatapan membalas Lloyd dengan tatapan seperti akan membunuhnya.

Lloyd langsung memalingkan wajah nya, takut akan dibunuh. Oksa yang juga merasakan tatapan membunuh melirik ke Lloyd yang sedang ketakutan.

"Tenang saja dia tidak akan membunuh mu, dia hanya terlalu waspada sepertimu." Oksa memberitahu pada Lloyd untuk santai saja.

Lloyd percaya pada Oksa dan melanjutkan perjalanan sembari terus ditatap oleh gadis itu. Semakin Lloyd memperhatikan semakin sadar pula Lloud dengan krisis di desa itu.

Oksa dan Lloyd kemudian sampai balai desa atau bisa di bilang rumah Oksa itu sendiri untuk beristirahat.

Saat masuk kedalam, Lloyd melihat anak-anak dan istri Oksa menyambut dengan hangat dan penuh keceriaan.

"Ah, ada tamu ya, silahkan masuk." Istri Oksa dengan ramah menyambut, tapi Lloyd yang menyadari kondisi istri Oksa itu sangat kelelahan.

Lloyd kemudian diajak oleh Oksa menuju lantai atas untuk mengobrol. Lloyd hanya ikut saja karena ingin mencari tahu kondisi di desa itu.

Sesampainya di atas, Oksa menutup pintu keluar mengunci mereka berdua dalam kamar Oksa.

"Kamu pasti melihatkan kondisi desa ini." Kata Oksa dengan pupil yang berubah menjadi tajam menatapnya seraya mendekati Lloyd yang memasang wajah serius.

"Kamu pasti akan memaklumi jika kami tiba-tiba memakanmu, kan?." Oksa layaknya hewan buas yang belum makan apapun seharian.

Saat mereka berdua saling berhadapan Oksa yang memiliki tubuh lebih besar menundukan kepalanya ke bawah untuk melihat Lloyd.

Lloyd dengan tenang berkata dengan serius. "Apakah kalian bisa omnivora?" Pertanyaan sederhana dari Lloyd membuat Oksa terkejut.

"Apa kau tidak takut? Bahkan jika aku berniat memakanmu?" Oksa terkejut dengan tingkat ketenangan Lloyd.

Lloyd hanya menatap Oksa tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Oksa yang bertukar tatapan dengan Lloyd kemudian merasakan jika lehernya tiba-tiba patah.

Merasa terkejut Oksa kemudian melompat kebelakang dengan cepat lalu menekuk lututnya ke lantai karena ketakutan hingga tubuhnya lemas, menjauhi Lloyd yang melihat nya.

"A-Apa yang kau lakukan?!" Oksa bertanya dengan amarah sekaligus takut dengan apa yang dirinya lihat.

Lloyd tak menjawab dan hanya mendekati Oksa, langkah tanpa suara mendekati Oksa dan tanpa disadari Lloyd telah berada di hadapannya.

Keadaan mereka berbalik Lloyd melihat Oksa dengan tatapan sinis merendahkannya, sementara Oksa yang ketakutan hanya bisa balik menatapnya tanpa bisa melakukan apapun.

Lloyd kemudian menekuk lututnya untuk menyamakan tingginya dengan Oksa yang berada dalam posisi berlutut.

Mendekatkan wajahnya ke telinga Oksa, Lloyd kembali bertanya. "Apakah kalian memakan sayuran?" Tanya Lloyd dengan nada tenang.

"I-Itu benar, kami adalah spesies pemakan segala." Oksa yang terintimidasi dengan Lloyd menjawab dengan cepat.

Lloyd kemudian tersenyum lalu berkata dengan percaya diri. "Baiklah, mari kita bertani!"

Lloyd berani mengajarkan cara bertani pada Oksa walau hanya dengan serpihan kecil ingatannya yang baru ia dapat dari danau.

Oksa yang mendengar kata bertani kebingungan lalu bertanya pada Lloyd apa itu 'Bertani' karena di dunia itu tidak ada yang namanya bertani.

"Lalu kalian makan apa setiap harinya?" Lloyd ikut bingung karena apabila mereka tidak bertani dan kehabisan buruan bagaiman mereka bisa hidup.

"Kami biasanya memakan rumput yang ada di bagian belakang desa." Jawab Oksa seraya berdiri.

'Memangnya kalian ini sapi?' Lloyd tidak habis pikir dengan kelakuan 'Manusia' di dunia ini.

Lloyd kemudian bertanya pada Oksa apakah masih ada wilayah kosong di sekitar desa yang dijawab oleh Oksa dengan menyebutkan bagian dekat sungai.

"Antar aku kesana." Lloyd menyuruh Oksa mengantarkan nya ke sana.

"Baiklah." Jawab Oksa.

Lloyd dan Oksa kemudian keluar dari kamar itu dan menuju pintu keluar. Setelah berada di luar mereka berjalan menuju ke tempat yang Oksa sebut.

Saat di tengah perjalan Oksa menyadari sesuatu yang aneh.

'Kenapa saat dia bersikap seperti tadi aku merasa terintimidasi, sementara itu dia sekarang seperti anak yang polos, dan juga kenapa aku patuh saja padanya?'

Oksa bertanya-tanya dengan sikap Lloyd yang sangat berbeda dengan tadi.

Oksa merasa jika Lloyd adalah orang aneh yang dapat mempengaruhi seseorang hanya dengan kehadirannya yang abstrak.

Oksa kemudian bertanya pada Lloyd. "Ahhh, Lloyd bolehkah aku bertanya?" Dengan gugup Oksa bertanya.

"Tentang tadi?" Lloyd menebak-nebak apa yang ingin Oksa tanyakan.

"Iya." Oksa mengiyakan perkataan Lloyd

Lloyd kemudian melihat ke atas seperti sedang berpikir. "Aku tidak tahu, aku hanya mengikuti instingku."

Jawaban Lloyd membuat Oksa sedikit bingung. 'Jika seseorang memiliki insting sepertinya, itu berarti hidupnya lebih buruk dari alam liar.' Pikir Oksa.

Oksa kemudian membuang pikirannya jauh-jauh dan berusaha agar Lloyd tidak berubah menjadi seperti tadi lagi.

Tak terasa mereka akhirnya sampai di tempat tujuannya dan saat Lloyd melihat tempat itu dia kembali terpesona dengan keindahan dari sungai itu.

Lloyd kemudian memeriksa sekitar dan menemukan tempat yang cocok untuk bertani yaitu disebelah pohon yang berada tak jauh dari sungai itu.

"Sepertinya disana bagus." Ucap Lloyd sembari berlari menuju pohon itu, diikuti Oksa dari belakang.

"Disini, kita akan menanam sayuran disini." Lloyd menunjuk ke samping pohon tempat dirinya berada.

Lloyd kemudian berbalik pada Oksa dan dengan antusiasmenya bertanya. "Apa kau punya buah atau sayuran?"

Oksa menganggukan kepalanya, Lloud tersenyum lalu menyuruh Oksa mengambil beberapa miliknya.

"Kalau begitu ambil beberapa."

"Baiklah." Oksa kemudian berlari dengan cepat menuju rumahnya.

Dua puluh tiga detik kemudian Oksa kembali dengan membawa sayuran dengan bentuk yang unik.

"Aku membawa dua Gury dan empat Lasi." Kata Oksa membawa dua jenis sayur lalu memberikannya pada Lloyd.

Lloyd kemudian menerima sayuran itu dan menganalisisnya, berharap itu bisa ditanam kembali.

Setelah menganalisisnya, Lloyd menemukan bahwa Gary punya karakteristik yang sama dengan ubi merah dan kentang.

'Yah, setidaknya aku tahu cara menanamnya.' Ucap Lloyd dalam hati.

'Tapi, jika dipirkan lagi menanam sayuran butuh waktu yang cukup lama dan mereka tak akan bisa bertahan hanya dengan persediaan seperti ini.' Lloyd kembali memikirkan kondisi para warga.

Tak membuang banyak waktu, Lloyd mengubah celana yang ia pakai menjadi sebuah cangkul membuatnya kembali telanjang bulat.

Pemikiran Lloyd yang tidak mempedulikan sekitar nya membuat Oksa heran, kenapa orang asing sepeti Lloyd ingin sekali membantu dirinya yang bahkan ingin menerkamnya.

Oksa hanya melihat Lloyd yang berusaha mengcangkul tempat itu dari bawah pohon.

Oksa tiba-tiba teringat ada seorang anak yang mengatakan bahwa untuk mengatasi krisis pangan mereka harus menumbuhkan sayuran sendiri.

Dia kemudian pergi menuju anak itu berada meninggalkan Lloyd sendiri disana. Lloyd yang melihat kepergian Oksa kemudian memasang kembali sisik Oksa menjadi sebuah celana.

Lloyd memodifikasi celana itu dan membuat sebuah cangkul di tumitnya kemudian melanjutkan membuat ladang.

Hanya dalam waktu satu menit, Lloyd berhasil membuat ladang yang cukup luas. Dia kemudian mengambil sayuran yang ada di bawah pohon.

Lloyd langsung memasukannya kedalam tanah dan menutupnya dengan tanah. Terlihat jelas Lloyd hanya tahu menanam itu adalah memasukkan sayuran ke tanah.

Lloyd tak peduli dengan hasilnya nanti dan lebih ingin bereksperimen dengan sayuran itu, Lloyd kemudian pergi menuju sungai untuk mengambil air dengan ember yang ia buat dari celananya.

Saat akan mengambil air disungai Lloyd melihat seorang gadis yang sedang minum disana, Gadis itu terlihat familier baginya.

Lloyd mendekati gadis itu, lalu menyapanya. "Haloooo, selamat siang." Sapa Lloyd.

"Kiiiii." Gadis itu berteriak dengan suara yang aneh dan melompat kesamping.

Lloyd merasa jika semua orang yang ada disana memiliki insting yang kuat terhadap bahaya.

"Apa yang anda lakukan nona?" Lloyd bertanya pada gadis itu.

Gadis itu memberikan tatapan tajam pada Lloyd lalu melirik bagian bawah Lloyd membuatnya malu.

"Kenapa kau tidak pakai bajuuuu!!!" Gadis itu berteriak pada Lloyd karena merasa malu melihat 'barang' milik Lloyd.

Lloyd menyadari gadis itu merasa malu saat melihatnya, segera mengambil air lalu pergi tanpa mengatakan apa-apa.

Gadis itu melihat Lloyd seperti orang sinting. "Dia itu sebenarnya kenapa?" Gadis itu bergumam pada dirinya sendiri.

Gadis itu bersikap acuh tak acuh, walau penasaran apa yang sedang dilakukan oleh Lloyd.

Saat Lloyd telah sampai di ladang yang ia buat, Lloyd sangat terkejut melihat tanaman yang ditanamnya telah tumbuh dan siap panen.

"Hahaha, yang benar saja." Ucap Lloyd sembari memegangi kepalanya, tak percaya dengan apa yang ia lihat.